Ellyana tercengang melihat beberapa benda tajam serta kuda berbesi berada di hadapannya saat ini. Selain itu, banyak juga panah api yang membuat kedua bola mata Ellyana ingin keluar Dari sarangnya, saking terkejut melihat benda-benda tajam yang tidak pernah Ellyana ketahui sebelumnya.
Alfred membawa Ellyana ke ruangan khusus barang-barang perperangan. Ya, hari ini Alfred akan berperang dengan Raja kenth untuk merebut hak penduduk. Alfred sudah menyiapkan beberapa prajurit untuk menemaninya berperang. Tidak lupa, Alfred membawa Ellyana untuk menjadi penyemangatinya saat berperang.
"Apa semuanya sudah siap?!" tanya Alfred dengan nada tegasnya.
Para prajurit yang sudah berkumpul di satu ruangan itu menegakkan tubuhnya. "SIAP! YANG MULIA!"
Alfred menganggukkan kepalanya, mengeluarkan beberapa kertas keraton dari balik baju besinya. Membuat beberapa peta untuk para prajuritnya berperang.
"Kita tidak punya banyak waktu untuk berdiskusi. Saya ingin perperangan ini adalah yang terakhir, sudah saya jelaskan kemarin, kalau Raja kneth tidak jauh beda dengan Raja Laneglar. Mereka berdua mempunyai kriteria persamaan dalam hal balas dendam. Dan terakhir saya ingatkan agar selalu waspada. Kneth bukanlah seorang Raja biasa, dia akan melakukan segala cara untuk meruntuhkan pertahanan Brevorc. Maka dari itu, kneth harus kita musnahkan sekarang juga."
"Tidak semudah itu untuk memusnahkan Raja kneth, apalagi dengan situasi genting seperti ini. Kneth bukanlah orang biasa yang sering kau bodoh-bodohi," celetuk Jhon. Kakak dari Alfred yang mempunyai kelebihan ganda, salah satunya bisa memutuskan pita suara seseorang yang menatap manik mata biru kelamnya.
Alfred membalikkan badannya menghadap ke arah kakaknya. Ia berdecih sinis, dengan telapak tangan yang dikepalkan menahan emosi. "Kalau begitu, kau saja yang berperang dengan Raja kneth. Lagian, aku hanya menjalankan perintah Ibunda Ratu. Bukan keinginanku sendiri untuk memusnahkan Raja kneth."
Jawaban Alfred mampu membuat Jhon terkekeh. Laki-laki itu berjalan mendekati Alfred, menepuk pundak adiknya tiga kali, seakan-akan memberi dukungan untuknya. "Ibunda mempercayaimu untuk berperang dengan kneth. Maka jalankanlah, aku hanya memberi solusi agar kau tetap waspada dalam melakukan sesuatu."
Alfred mendengkus sebal. "Tidak usah merangkai kata-kata bijakmu. Tanpa dukungan darimu pun, aku pasti bisa melawan Raja kneth. Kau lihat saja hasilnya nanti."
Jhon tertawa mendengar cibiran dari adiknya itu. "Baiklah, baiklah. Kau memang yang terbaik Alfred, aku akui itu."
"Ya sudah, kalau kau tau itu. Maka diamlah," ketus Alfred menjalan menaiki kuda besi yang sudah siap untuk berperang. Namun, ketika ia ingin melakukan kudanya. Alfred teringat dengan Ellyana yang menunggunya di ruangan senjata.
"Ellyana!"
Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya, kaget. Terlalu fokus mengangumi wajah Jhon, sehingga Ellyana tidak sadar kalau dirinya sedang bersama Alfred dan para prajuritnya yang lain.
Jhon tertawa terbahak-bahak melihat Alfred menatapnya sinis. Ya, Jhon mengetahui kenyataan itu, sedari tadi Jhon menahan tawanya agar tidak pecah. Tetapi melihat Ellyana yang menatapnya tanpa berkedip, dan menatap adiknya yang kesal membuat perutnya ingin meledak.
"Apa kah kau tuli Ellyana? Aku memanggilmu!" sentak Alfred saat menyadari Ellyana tetap bengong menatap kakaknya serius.
"Ya, aku mendengarnya," balas Ellyana berlari ke arah Alfred. Lalu berhenti di samping kudanya. "Kenapa kau memanggilku? Bukannya kau akan berperang sekarang?"
Alfred menatap Ellyana datar. "Kenapa aku memanggilmu?" tanya Alfred tertawa hambar. "Kau tahu. Aku akan berperang sekarang, dan apakah kau lupa? Aku mengajakmu untuk menemaniku berperang. Apakah daya ingatmu hanya cukup sampai di dengkul saja?"
Ellyana menepuk jidatnya seraya tertawa renyah, seperti tidak punya dosa. "Ha ... ha ... aku lupa tentang itu. Ya sudah, ayo berangkat."
Kedua kakinya bersusah payah untuk menaiki kuda berbaju besi milik Alfred. Tetapi kakinya tidak sampai-sampai, sehingga Jhon dan para prajuritnya yang lain menertawainya, dengan suara pelan.
Menyadari tidak ada benda yang menempel di punggungnya, Alfred pun menoleh ke belakang. Melihat cara Ellyana menaiki kuda berbaju besinya dengan keringat yang bercucuran.
"Hah! Alfred. Bagaimana cara menaiki kudanya?" tanya Ellyana mengatur napasnya yang naik turun akibat berusaha menaiki kudanya. Tetapi hasilnya, nihil.
Alfred mengusap dadanya sabar. "Gengam tanganku, dan duduk di depan. Aku takut kalau kau duduk di belakang, kau akan hilang dibawa orang."
Ellyana menyengir kuda. "Bagaimana cara menaikinya bodoh? Kudanya sangatlah tinggi. Sedangkan badanku? Sama seperti pohon cabai yang pendeknya tidak standar dengan pohon jeruk."
Jhon yang melihat Ellyana kesusahan pun berjalan mendekatinya. "Biar aku bantu."
Saat tangannya hendak memegangi pinggang Ellyana. Tiba-tiba Alfred memukulnya menggunakan rantai yang berada di genggaman tangannya. "Singkirkan lenganmu, Jhon. Dia milikku. Kau tidak ada hak untuk menyentuhnya, biar aku saja yang membantunya."
Jhon memutar bola matanya sinis. "Se-possesive itu kah engkau, Alfred?"
"Ya. Dan kau, tahu itu," balas Alfred turun dari kudanya, dan membantu Ellyana untuk menaiki kudanya. Setelah itu ia pun ikut naik dan melakukannya dengan santai, diikuti para prajuritnya di belakang.
Saat diperjalanan menuju tempat perang. Alfred tidak henti-hentinya membaca pikiran Ellyana yang mengsumpah serapahi tentangnya dari mulai keluar ruangan, hingga sampai ditempat tujuan.
"Apakah masih lama?" tanya Ellyana tidak nyaman dengan posisinya yang dipeluk oleh Alfred dari belakang, sebab dirinya mengarahkan kudanya agar tidak salah jalan.
"Sedikit lagi kita sampai," jawabnya singkat. "Aku ingatkan kepadamu kembali. Kalau seandainya kita sudah bertempur. Aku ingin kau menghindari kami saat pertempuran itu berlangsung. Aku takut kalau kau masuk ke daerah sana, kau akan terluka karena pertempuran kami."
Ellyana menganggukkan kepalanya patuh. Saat mereka sudah sampai di tempat tujuan. Mereka disambut dengan berbagai serangan panah dari para prajurit Raja kneth, membuat Alfred mengeluarkan sayapnya dan menyelimuti tubuh Ellyana agar panah api itu tidak mengenai tubuhnya.
"Turun. Dan lari secepat mungkin. Bersembunyi ditempat yang aman. Aku akan selalu menjagamu dari kejauhan," bisik Alfred dengan nada tegasnya.
Ellyana meneguk salivanya susah payah. Selain kaget dengan serangan panah secara tiba-tiba itu, ia juga dikejutkan dengan sayap Alfred yang lebar keemasan. Dan dari sanalah Ellyana percaya, kalau Alfred, bukanlah manusia. Melainkan seorang Raja Demon yang selalu berubah wujud dimanapun dan kapanpun dia berada.
"Lari!" bentak Alfred menurunkan tubuh Ellyana hingga mengenai ujung tanah.
Ellyana segera berlari menjauhi area perperangan. Bersembunyi dibalik semak-semak yang tidak dapat orang lain lihat. Ellyana memperhatikan Alfred yang sudah menyerang Raja kneth bertubi-tubi. Begitupun dengan Raja kneth yang menyerang Alfred tanpa memberinya jeda.
Ellyana tercengang melihat pedang yang berada di genggaman Raja kneth, tertancap di dada bidang Alfred. Hal itu membuat bulu kuduknya bergidik, dan badannya pun seakan lemas melihat bagaimana Raja kneth menghajar Alfred menggunakan tongkat saktinya.
"Kenapa Alfred tidak bangun-bangun? Apakah dia mati?" tanya Ellyana kepada dirinya sendiri, dengan bola mata yang melotot ke depan.
--- TBC ---
KAMU SEDANG MEMBACA
King Alfred The knight [SELESAI]
FantasiaLuka, derita, derai air mata. Semua itu telah Ellyana dapatkan. Ditinggalkan kedua orang tuanya bukanlah kebahagiaan untuk Ellyana. Melainkan keburukan yang harus dijalaninya selama hidup di muka bumi ini. Jerit hati dan luka duri yang keluarganya t...