Sehabis memburu di hutan Lorde. Ellyana dan Alfred kembali ke istana dengan sekantong darah burung cendrawasih di tangannya. Alfred segera memberikan darah itu kepada para prajuritnya yang terkapar lemas akibat pertempuran kemarin, melawan raja naga yang sekarang telah punah karenanya.
Sedangkan Ellyana berjalan ke tepi istana, melihat awan-awan yang mengelilinginya seperti di alam mimpi. Senyuman tipis pun terbit disudut bibir kanannya, meneliti setiap keindahan yang berada di dalam istana.
Tidak lama kemudian datanglah Alfred yang tiba-tiba duduk disebelah Ellyana tanpa meminta izin kepadanya terlebih dahulu. Ellyana mendengus, menatap sinis ke arah Alfred.
"Melamun? Kau memikirkan sesuatu?" tanya Alfred bersuara.
"Aku ingin pulang." Dengan cepat Ellyana menoleh ke arah Alfred. Melihat reaksi laki-laki itu saat Ellyana mengatakan jawaban ingin pulang ke dunianya.
Bukannya berkomentar, Alfred malah menatap Ellyana dalam diam. "Katakan sekali lagi. Kau ingin apa?"
Ellyana menundukkan kepalanya. "Tidak. Aku tahu, kalau kau pasti tidak akan mengizinkan aku untuk pulang ke duniaku. Lagian, aku tidak mengetahui jalan untuk keluar dari istana yang megah ini."
Memandang istana di sekitarnya sungguhlah indah dan megah. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manis. "Apa seumur hidupku, aku akan tinggal disini terus? Bahkan hingga aku mati?"
Alfred menggeembuskan napasnya panjang. Mengusap puncak kepala Ellyana membuatnya terusik. "Tidak Ellyana, kalau kau mau pulang. Aku akan mengantarmu pulang saat ini juga."
Ellyana melotot tidak percaya. "Benar kah?"
"Memangnya kapan seorang Raja berbohong?" tanya Alfred menaikkan satu alisnya ke atas, menggoda. "kau boleh saja keluar dari istana ini, dan bahkan. Aku bisa mengantarkanmu menemui Paman dan Bibi kejammu itu sekarang jug-."
"Jadi kau akan mengantarkanku pulang ke duniaku? Kalau begitu, percepatlah!" Potong Ellyana berseru riang.
Alfred mendengus sebal. Melihat Ellyana kegirangan ingin pulang dari istana membuat Alfred kesal dengan tingkahnya. Tidak lama kemudian, Alfred pun mulai bersuara kembali.
"Kau boleh pulang dari istana, kembali ke dunia asalmu. Namun, dengan satu syarat."
Ellyana mengernyitkan dahinya heran. "Apa syaratnya?" tanyanya penasaran.
"Aku akan ikut ke duniamu."
****
Sebuah cahaya bersinar dari ruangan bawah tanah yang sudah lama tidak terpakai. Cahaya itu mulai meredup saat bersamaan dengan kilatan sayap yang menghilang dari punggung tulang rusuknya. Menarik napas dalam-dalam dan membuka matanya secara perlahan.
Ellyana bergejolak kaget, saat mengetahui dirinya benar-benar kembali ke dunia nyatanya. Matanya mendelik, melirik Alfred yang berada di sebelahnya. Tetapi ada yang aneh dari cara penampilan seorang Alfred.
"k-kau?"
"Bagaimana? Apakah aku sudah cocok menjadi seorang manusia biasa?" tanya Alfred memperhatikan pakaiannya sendiri.
Ellyana mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya. Alfred sangat berbeda jauh dengan yang Ellyana harapkan. Bayangkan saja, sekarang Alfred memakai baju oblong berwarna hitam, serta celana jeans panjang, tanpa ada pengait besi yang selalu digunakannya saat berada di istana.
Bukan hanya itu. Tetapi model rambut Alfred pun berubah, yang dulunya panjang sekarang pendek. Namun, terlihat tampan dan berkharisma, membuat siapapun yang memandangnya akan langsung jatuh cinta.
Melihat Ellyana yang hanya memandangnya tanpa berkomentar ia menjadi kesal sendiri, kedua bola matanya mulai menajam, menatap Ellyana dengan sorot mata tidak suka. "Katakan, apa aku salah mengganti pakaianku seperti ini?"
Ellyana meneguk salivanya gelagapan. Saking terpesonanya kepada Alfred, Ellyana hampir kehilangan kesadarannya. "S-sangat bagus ... dan-."
"Dan apa?!" sentak Alfred terasa geram.
Ellyana membuang wajahnya ke arah lain, berjalan menaiki tangga untuk menemui keluarganya yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Dengan langkah kaki terburu-buru, Ellyana menjawab.
"Dan tampan ..."
Sayangnya, Alfred tidak bisa mendengarnya karena terlalu emosi melihat sikap Ellyana yang tiba-tiba cuek terhadapnya. Dan sialnya lagi, karena tidak berkonsentrasi, Alfred tidak sempat untuk membaca pikiran Ellyana saat berada di dekatnya.
"Sial!" umpatnya, mengepalkan tangannya kuat seraya berjalan mengikuti Ellyana yang sudah berada di ruangan keluarganya.
Ketika sudah sampai di tengah ruangan. Alfred bersembunyi dibalik pintu arah jalan menuju dapur. Dengan sorot mata tajamnya, Alfred memperhatikan Ellyana yang menundukkan kepalanya, seperti menahan tangis.
"Apa kau sudah tidak waras Ellyana? Menghilang, lalu pergi tanpa ada kabar ... dan sekarang? Kau tiba-tiba datang ke rumah. Dengan pakaian yang lusuh seperti ini, apa kau masih waras?!" bentak Yolanda mencengkram dagu Ellyana menggunakan satu tangannya.
"M-maafkan a-aku Bibi ..." cicit Ellyana nyaris tidak ada suaranya.
Yolanda menjambak rambut panjang Ellyana kasar. Ketiga orang yang berada dibelakangnya hanya bisa menonton aksi Yolanda dengan senyuman histerisnya masing-masing. Kecuali, Latore.
Laki-laki itu hanya bisa menatap Ellyana datar. Tangannya mengepal, ingin menonjok Yolanda yang tidak ada rasa kasihan terhadap adik sepupu satu-satunya itu.
"Banyak sekali kau meminta maaf. Dan aku, sangat tidak menyukai wajah sedihmu itu. Sekarang katakan, kemana saja kau selama ini?!" tanya Yolanda dengan nada tingginya.
Ellyana menundukkan kepalanya. Berharap ada keajaiban yang dapat memberikan solusi untuknya saat ini. "A-aku---."
"Ellyana tinggal bersamaku selama ini. Dan dia, sudah menjadi istriku, sebab atas kesalahanku, aku menghamilinya di luar pernikahan. Maaf, aku hanya bisa membawanya pulang sekarang," jawab Alfred yang keluar dari balik pintu, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
Ellyana tercengang kaget. Apalagi seluruh tubuhnya bergetar nyaris tidak bisa bergerak dengan teratur. Napasnya kian memburu, mata kelamnya menggelap seperti dibutakan oleh perkataan bualannya.
Yolanda mengalihkan pandangan kepada Alfred. Begitupun dengan Ledies, Eglar dan Latore. Bahkan, Latore terkalut emosi sehingga ia mendorong bahu Yolanda yang menghalangi jalannya. Dan memukul wajah Alfred brutal.
Bugh.
Bugh.
Hantaman demi hantaman kian Latore keluarkan. Seperti membabi buta, laki-laki itu memukul Alfred tanpa ampun. Tetapi apa yang di lakukan Alfred saat ini?
Laki-laki itu hanya bisa tersenyum tipis, saat pukulan Latore mengenai wajah tampannya. Alfred sama sekali tidak merasa sakit karena dia bukan manusia sesungguhnya. Darahnya pun berwarna biru, membuat Yolanda, Ledies dan Eglar menganga kaget.
Tetapi Latore tidak menyadarinya karena ia tidak bisa mengontrol emisinya, saat pikirannya terngiang-ngiang dengan perkataan Alfred, bahwa Ellyana telah dinikahi oleh laki-laki bajingan seperti itu tanpa sepengetahuan keluarganya.
"Mati kau! Bangsat!!"
---- TBC ----
KAMU SEDANG MEMBACA
King Alfred The knight [SELESAI]
FantasíaLuka, derita, derai air mata. Semua itu telah Ellyana dapatkan. Ditinggalkan kedua orang tuanya bukanlah kebahagiaan untuk Ellyana. Melainkan keburukan yang harus dijalaninya selama hidup di muka bumi ini. Jerit hati dan luka duri yang keluarganya t...