Part 7 (Di Bully).

315 24 0
                                    


🌸🌸🌸

"Awss hati-hati kak ".

" Fyuhh.., hih ini udah pelan-pelan kok".

"Hih rasanya perih tau ngak ".

" Kamu diem aja bisa ngak sih? ".

" Lagian kak Febri lagi ngobatin luka apa ngulek bumbu sih kasa-.AWww ".

Ana memicingkan matanya menatap Febri yang masih dengan wajah tenangnya, sedangkan tanganya dengan sengaja menekan-nekan lebam didahinya yang sedikit lecet.

Karna Febri terus melakukan hal yang sama akhirnya tangan Ana menjadi gatal untuk tidak mencubit keras lengan Febri.

" Sstt.. " Febri meringis pelan lalu mengakhiri tangannya yang semula mengobati dahi Ana.

Febri menatap dingin Ana, dia merasa tidak terima, susah-susah mengedong dan mengobatinya sepenuh hati malah mendapatkan pembalasan seperti ini .

"Hehe abisnya ngobatinya kek gitu " Ana berusaha menatap tenang Febri yang seakan ingin melahapnya sekarang.

"Ck...," Febri hanya berdecak pelan, kakinya mulai turun dari brankar UKS untuk mengembalikan kotak P3K ke tempat semula.

"Kak mendingan sekarang masuk gih sana, kata bang Alvin tadi kan abis istirahat langsung ulangan " Kata Ana terdengar mengusir.

Setelah kejadian tadi Febri langsung mengendong paksa Ana ke UKS tidak menghiraukan jam istirahat yang hampir habis.

"Kamu lagi ngusir aku ?!" Sentak Febri kasar.

"Ehmm m-maksudnya ngak gi-tu kak " Ana menjadi gelagapan sendiri, ia merasa seperti kelinci yang ingin lari dari harimau sekarang.

"Lalu? " Febri mengangkat sebelah alisnya heran, perlahan tanpa menunggu persetujuan Ana dirinya duduk di brankar itu lagi dengan posisi didepan Ana yang tengah bersandar pada dinding.

"Ana cuma mau kak Febri ngak dihukum nantinya, tadi kan kak Febri belum izin " Cicit Ana sambil menundukan kepalanya.

"Apa Alvin dan lainnya tidak mempunyai mulut, sampai-sampai aku mendapat hukuman ".

Ana mengaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya dia tidak merasa nyaman berdekatan dengan Febri. Ada rasa cangung dan menusuk setiap berdua dengannya.

" Oh iya, dahimu tadi kenapa? "Melihat Ana yang tiba-tiba terluka membuat Febri curiga, tadi saja setiap ia ingin bertanya Ana selalu mengalihkan pembicaraanya.

" Eumm tadi anu, t-tadi Ana kejedot pintu"
Jawab Ana gugup, tanganya meremas roknya hingga kusut dan bola matanya bergerak kesana-kemari menghindari kontak mata dengan Febri yang membuatnya gelisah dan tidak bisa berkutik.

"Kau ketara sedang berbohong, katakan yang sebenarnya. Aku tidak akan marah " Ucap Febri sedikit melembutkan kata-katanya saat menyadari Ana takut dengan dirinya.

"Hufft.., ini semua salahmu! " Ujar Ana ngegas.

Febri mengerutkan dahinya heran, seperti inilah jika dia bersikap tidak tegas pacarnya yang manis ini akan melunjak setiap ada kesempatan.

"Gosip itu? ".

"I-iya! ".

" Ada yang membully mu? ".

Ana tidak menjawab, tubuhnya butuh sandaran sekarang. tubuhnya perlahan mendekat Febri, setelah dirasa dekat Ana memutar badannya. Ana menyadarkan kepalannya kedada Febri tangannya pun ikut mencegram lengan bajunya. Tangan cowok itu terulur mengusap punggung Ana dengan sebelah tangan memeluknya posesif.

Bahunya sedikit bergetar dan Febri juga merasakan dadanya sedikit basah sekarang. Febri akui tindakannya kemarin itu terlihat egois dimata Ana, namun itu juga demi kebaikan Ana juga. Dengan mengatakan Ana pacarnya tidak akan ada yang berani mengangunya , termasuk Arkan yang mempunyai tujuan menusuknya secara perlahan melalui Ana.

Arkan sangatlah pengecut, dirinya begitu bergantung pada Febri. Numun dendam seakan menyelimutinya hingga mencari seribu cara untuk membuat Febri jatuh termasuk untuk mencelakai Ana.

Febri berjanji ia tak akan membiarkan itu semua terjadi. Baik nanti, sekarang maupun besok Ana harus bersamanya. Ya, bersamanya untuk mengais rasa kejamnya dan manisnya dunia ini, maupun di akhirat nanti.

~~~

Jangan lupa vote ,komen dan ikuti author ya..

Maaf banyak Typo di cerita ini 🌸

My Posesif Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang