Part 9 (Problem Nerd).

324 23 0
                                    

Vote dulu sebelum membaca ,oke? . Awas banyak typo .
Selamat membaca.

🌸🌸🌸

"Ngak mauuuu ".

" Ngeyel! ".

" Biarin ".

" Pakek ngak?! ".

" Ngak mau ya ngak mau ".

" Aku pakein nih!".

" Ngak mau itu apaan sih, huaaaaaaa!".

Febri mengela nafas kasar, tidak bisakah Ana sekali-kali menurut padanya. Rasanya ada sesuatu yang melilit perutnya saat ini.

" Pakek atau ngak makan sekalian ".

Ana mencibir pelan, cowok yang berperan sebagai pacarnya ini tampak menyebalkan berkali-kali lipat.

" Laginan udah duduk didalam restoran juga, ngapain balik lagi sih" Gumam Ana sebal.

Febri meraup wajahnya kesal, ini semua bukanlah salahnya. Pacarnya ini terlalu cantik saat berada ditempat umum, tidak taukah dirinya cemburu? rasanya ia ingin mencolok mata para laki-laki yang menatap pacarnya terang -terangan.

"Ngak usah banyak tanya deh, kamu cuma perlu pakek ini di pipimu" Ana sontak mengeleng keras melihat itu.

Febri berdecak lirih. Tangan kekarnya menarik paksa tengkuk Ana, mengusap pipinya pelan dengan mata tajam mengamati wajah Ana. Ana yang mendapatkan tatapan tajam itu menjadi senam jantung sendiri, sepertinya cowok itu memiliki kemampuan menghipnotis hingga membuat Ana terlupa dengan perdebatannya tadi.

Tukkk....

Febri menekan pipi Ana setelah menempelkan sesuatu yang menjadi perdebatannya sejak 10 menit yang lalu.

Ana mengerjabkan matanya pelan, apa tadi?. Dengan buru-buru tangannya segera menepis Febri dan meraih kaca yang selalu dibawanya didalam tas.

"Huaaa apa ini jelek bangettt!!! " Ana membelalakan matanya, dengan reflek ia mulai memukul lengan Febri. Febri yang mendapatkan pukulan itu hanya santai menyerkan tubuhnya kekursi mobil.

Tau apa yang Febri lakukan pada Ana?.
Cowok itu dengan gilanya menempelkan sebuah TOMPEL PALSU!! untuk melampiaskan kecemburuanya tadi.

"Ini ngelepasinya gimana " Ana mengusap wajahnya frustasi, Tompel palsu itu tidak mau terlepas saat ia berusaha melepaskanya.

"Tompel itu hanya bisa terlepas pakai ini"
Febri tersenyum miring. Mengoyangkan sebuah botol kecil berisi cairan.

"Mana ihhh " Dengan tangan kecilnya Ana berusaha mengambil cairan itu dari tangan besar Febri.

"Gini aja, aku kasih cairan ini setelah kita makan dari restoran itu. Gimana?" Febri menunjuk restoran disamping mereka.

"Ngak mau kak, aku malu" Ana menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sedikit membungkuk.

"Yaudah ngak usah dilepas aja sekalian!"
Gertak Febri gemas.

"Jangann, kejam banget sih. Makanya jangan cemburuan jadi orang ".

" Biarin salahin para cowok itu yang natep kamu terus " Dengus Febri pelan.

"Lha terus salah aku dimana" Sumpah demi apapun pipinya terasa gatal akibat tompel palsu itu.

"Kamu terlalu cantik , makanya pakek ini sekalian atau jika perlu kamu dandan nerd aja. Biar ngak ada yang lirik-lirik kamu!! ".

" Lha kok gitu sihh. Situ yang bermasalah kok lagian aku masih pakek pakean lengkap"

"Ngak gitu Ana" Febri mengusap rambutnya frustasi.

"Lo norak banget tau ngak, mau makan aja harus repot sana-sini . Gue juga manusia bukan binatang peliharaan lo yang harus nurut dan seenaknya lo atur setiap saat .Bahkan sama Aldi yang notabenya sepupu gue lo juga cemburuin!" Ucap Ana yang mulai marah dengan sikap Febri yang dari tadi mengatur dan memaksanya. Reflek Ana menunjuk wajah Febri tepat dihadapanya dengan mata melototinya tajam.

"Itu beda lagi LO PACAR GUE NGERTI NGAK SIH? gue udah laper banget asal lo tau, sekali aja nurut BISA NGAK?!" Bentak Febri tanpa sadar hingga membuat Ana kaget dan bergetar takut.

"Tapikan bukan cuma aku doang yang diliatin, kakak juga. Banyak cewek juga yang lirik-lirik kakak, bahkan sampe gosipin kalo aku ngak pantes jadi pacar kakak. Katanya kakak itu ganteng ngak pantas sama aku yang burik, sekarang ditambah tompel jumbo ini mau disebut apa lagi aku. Kakak sengaja ya biar aku keliatan buruk rupa dan diejek mereka! "
Jelas Ana dengan sedikit menaikan nada bicaranya tak lupa matanya ikut berkaca-kaca.

Febri terdiam sebentar. Bukan itu tujuannya, ia hanya tak rela jika pacarnya ini ditatap puja oleh laki-laki lain. Egois? YA, Febri mengkuinya.

Sepanjang dari sekolah tadi, dirinya selalu oriter kepada Ana .Bahkan gadis itu harus menyelesaikan tugas dan catatan yang menumpuk karena ia tak memperbolehkan gadis itu keluar dari UKS samapai pulang sekolah. Baru saja Ana ingin pulang kerumah, ia kembali berulah memaksa Ana untuk menemaninya makan direstoran dengan alasan perutnya sangat lapar. Sesampainya kerestoran pun Febri kembali menyeret Ana yang sudah duduk kemobil, dirinya sangat tidak tahan melihat bisikan laki-laki yang berada disana seolah merusak pikiranya.

"Maaf.." Febri mengela nafas kasar saat sudut matanya menangkap Ana yang membuang muka kearah jendela mobil.

Karena engan mengalah cowok itu lebih memilih menempelkan sesuatu pada pipinya sama halnya dengan Ana.

Febri mengelus pipinya pelan menatap angkuh cermin dihadapannya. Baginya ia akan tampan memakai apapun itu bahkan penampilan nerd sekalipun. Narsis emang.

Kruyuk...kruyuk..

Tuhkan perutnya sudah memberontak sekarang. Cowok itu berusaha mempertahankan wajah datarnya padahal ia meringis keras dalam hati, was-was karena Ana mulai menengok kearahnya dengan wajah heran.

"HAHAHAprtffftttt-".

"Ayo kita foto kak, pakek caption 'Si Nerd' gitu".

Febri hanya diam dan menatapnya dingin.

"Gini kan cakep" Febri hanya pasrah saat tangan Ana meraba wajahnya sesekali menoel tompel palsu dipipinya gemas, hingga Febri meringis sendiri.

"Prftt-Yaudah kita makan yuk, kaca mata buletnya jatuh nanti " Kata Ana meledek, mengigit pipinya dalam berusaha tidak tertawa.

Biarlah wajahnya terlihat jelek . Namun melihat Febri seperti ini, kapan lagi coba?.

Tampaknya Febri menjadi korban pembullyan saat ini. Hiks..

~~~

Awas banyak typo .Soalnya author juga agak ragu publis nya .

Jangan lupa vote dan foloww...

My Posesif Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang