Part 2 (Arkan).

657 37 1
                                    

🌸🌸🌸

" Ini apa ya Allah...ngak ngerti gue! " Ana mengerutu kesal dengan menghentak-hentakan bolpoinnya ke meja.

" Brisikkk naa " Ucap gadis disamping Ana, bibirnya mengerucut sebal lantaran begitu pengang dengan suara merdu Ana.

"Terserah Feb, kalian itu sesama Feb nyebelin NGAK USAH NGOMONG!! " Ucap Ana tak jelas, wajahnya menelangsa dengan tangan yang menatap malas catatan Kimia.

" Apa salah hamba ya Allah, punya temen kaya dia. Udah dikasih catatan ngak ada terimakasih.., terimakasihnya "

Febiana Letta Maratih sahabat sebangku Ana.Dan juga dibelakang barisan mereka ada dua sahabatnya lagi yang bernama Sasya Melodi Azzahra gadis berpostur tubuh tinggi keturunan ayahnya dari Inggris dan juga Ale Misyela, gadis cerewet dengan wajah imut nan polos sebelas dua belas dari Ana, namun Ale memiliki sifat yang terkesan ceplas-ceplos dan polos yang kadang membuat ketiga sahabatnya itu greget dengan ucapannya.

Kringg... kring..

"Udah bel na, cepet sini bukunya. tadi kata Pak Alan disuruh ngumpulin ".
Sasya sahabat paling rajin dari mereka mulai mengumpulkan buku-buku kimia yang diamanahkan Pak guru tadi.

" Kumpulin yang lain dulu aja sya, punya gue terakhir aja, belum jadi banyak banget ini " Ucap Ana dengan mengibas-ibaskan tangannya tanpa melihat kearah Sasya.

"Tapi ini udah kekumpul semua na, tinggal lo doang " Sasya mengambil paksa buku Ana yang membuat Ana mengelus dada sabar.

"Sasya lo kejam banget sih sama gue. itu tinggal tiga soal doang kok yang belum gue jawab. Plisss tunggu sebentar ya ".
Ana menatap Sasya dengan puppy eyesnya berharap siempu akan luluh.

" Kita udah laper na " Ale memegang perutnya yang merana minta diisi sedangkan Febi juga bersiap-siap pergi kekantin.

Ana mengusap wajahnya frustasi mengambil paksa bukunya lagi dan menulis jawaban asal.

" Buset dah na, salah nanti baru nyaho lo"
Febi keheranan melihat Ana yang menulis jawaban dengan cepat.

" Kayak lo ngak aja Feb, tadi gue juga liat jawaban terakir lo ngak nyambung "kata Ale polos.

"Owh jadi lo nyontek jawaban gue, Al!" Febi menatap sinis Ale yang menampakan wajah tak bersalahnya.

"Gue penasaran doang Feb " Ale menyengir dengan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.

" Nih udah " Ana memberikan bukunya kepada Sasya, lalu tanganya mengelap dahinya yang bercucuran keringat.

"Gue kekantor dulu guys, dadah " Sasya mengelang pergi dibalik pintu kelas yang terbuka dengan tumpukan buku penuh di tangan cewek itu.

"Ayo na kita kekantin keburu masuk ini"
Ale merengek kepada Ana yang malah menumpukan tangan diatas meja dengan wajah lesu.

"Gue males.. " Lirih Ana pelan apalagi saat mengingat Febri yang akan menemuinya saat istirahat.

"Lo ada urusan sama bang Febri ya na?"
Febi memicingkan matanya curiga dengan Ana.

"Emagnya mereka jadian Feb" Teriak Ale heboh.

"Ngak usah sok tau " Febi meraup wajah Ale dengan gemas.

"Abisnya tadi gue kira Abang lo sama Ana mau kencan Feb, hehehe " Ale nyengir polos kearah Febi.

"Gue ngak ada urusan sama dia " jawab Ana.

"Halah kemarin dirumah bang Febri nanya-nanya tentang lo kok, dan tadi apa sesama FEB nyebelin? "

" Eng-gak kok.., tadi itu gue telat masuk karena kak Febri " Jawab Ana dengan gugup.

"Kok bisa? " Febi merasa tak puas dengan jawaban ada yang mencurigakan.

"Udah ah, jangan bahas lagi. Gue udah laper " Ana mengengam tangan Ale sembari berjalan keluar mecoba mengalihkan pertanyaan Febi.

"Yey makan... makan " girang Ale mengiraukan pembicaraan Febi dan Ana tadi.

"Yaudah ayo kekantin " Pasrah Febi.

Mereka melangkah pelan menuju kantin menikmati para cogan sekolah yang sedang bermain basket.

Ana berhenti sejenak melihat para siswa laki-laki yang sedang bermain basket dilapangan, Ale dan Febi pun juga mengikuti Ana yang berhenti.

"Itu bukanya kelas 12 IPS I ya? " Gumam Ana pelan setelah tak sengaja melihat Alvin.

"Iya na, itu ada bebeb Andra " Ale melambai-lambaikan tangannya kearah Siswa yang bernama Andra.

"Gila..., Bara sexy baget na " Febi mengigit kuku telunjuknya dengan tangan yang reflek menabok pundak Ana.

" Iya makanya kalau masih ngangur jangan sok cuek aja kalau dideketin, giliran dibelakang jingkrak-jigkrak ngak jelas " Jawab Ana sarkas sambil menabok pundak Febi balik.

"Jual mahal itu juga penting na, lo ngak akan paham prinsip gue " Febi mengelus pundaknya panas yang mendapatkan tabokan Ana.

Ale, cewek itu sedang menerobos masuk kedalam sekumpulan para siswi didepan lapangan.Bersorak dengan keras dengan tidak tau malunya.

Saat melihat pertandingan berlangsung, mata Ana tidak sengaja bertemu dengan Febri, Ana membuang muka kearah samping dengan gugup.

Ana melangkah kedepan untuk menghindari Febri yang memberi peringatan lewat tatapan matanya.

Ana berjalan dikoridor menuju kantin, samar Ana melihat tali sepatunya yang belum terikat.

Ana mengerutkan keningnya, dan berhenti sejenak.

Ana hendak duduk berjongkok tetapi ada sebuah benda keras yang menghantamnya.

Brukkkk...

"Eh.., maaf -maaf lo gapapa? " Ucap Orang yang menabrak Ana.

"Aws.., kalau jalan liat-liat dong " Gumam Ana mengusap dahinya perih.

"Maaf ya tadi buru-buru " cowok itu membantu Ana berdiri.

Kaki panjangnya perlahan ditekuk, tangan kekarnya mengikat tali sepatu Ana yang terlepas.

"Eh udah.., ngak usah kak " Ana melihat sekeliling yang melihat kearahnya membuat Ana merasa tak enak.

"Sudah " Ucap cowok itu sambil tersenyum.

Kakinya mulai berdiri dan menatap Ana.

"Maaf ya tadi gue jalan ngak liat-liat ".
Sesal cowok itu.

" Iya kak ngapapa "

"Btw nama lo siapa ? ".

" Ana kak " Kata Ana sambil tersenyum.

"Nama gue Arka dari kelas 12 IPA I , kalau gitu salken ya " Arka mengulurkan tangannya yang langsung disambut Ana.

"Yaudah Ana mau pamit ke kantin dulu ya kak " Salam Ana hendak pergi namun tangannya di cegah oleh Arkan.

"Gue jadi haus, bareng aja gimana ke kantin nya ".Ana hanya menganguk saja tanpa keberatan.

Ana dan Arkan berjalan kekatin bersama-sama sesekali bercanda ria.

Tanpa disadari ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka berdua dari tembok, tangannya mencegram kuat. Rasa cemburu menyelimutinya apalagi saat melihat orang yang ia diam-diam sukai bercanda ria dengan laki-laki lain.

Brukkkk....

Bunyi tinjuan keras pada tembok mendominasi dengan mata penuh amarahnya.

"Gue bakal dapetin lo na!!.... " Lirihnya dengan buku tangan yang lecet.

My Posesif Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang