Chapter 7 || Don't Fight the Feeling (3)

663 65 27
                                    





"Nayeon-ah!" Nayeon berbalik lalu tersenyum manis melihat si pemanggil.

"Minari! Kau ke kampus juga? Konsultasi?" Mina mengangguk sekilas. Nayeon yang menyadari gelagat Mina langsung membawa sang sahabat duduk di kursi dekat taman yang agak jauh dari keramaian dan lalu lalang orang.

"Wae? Apa Gyosunim menolak judul skipsimu lagi? Atau kau perlu bantuan revisi?" Namun Mina menggeleng.

Mina menghela nafas, menatap Nayeon dengan tatapan yang tak pernah Nayeon ingin lihat. Tatapan bersalah dan kecewa.

"Kau benar-benar melakukan saran Jihyo?"

Deg!

Mata Nayeon melebar. Tangannya berubah dingin dalam genggaman Mina.

"Jihyo tidak sengaja cerita kemarin padaku." Hening. Nayeon maupun Mina terdiam sejenak. "Nayeon-ah... Mianhae. Jeongmal mianhae. Na tteumune...."

Nayeon segera menggeleng. "Aniya. Ini bukan salahmu. Ini adalah pilihanku. Jangan pernah salahkan dirimu karena hal ini. Akulah yang memilih melakukannya."

"Hiks! Seandainya aku tidak menyarankanmu bekerja di tempat Jihyo... "

"Aniya. Jangan katakan apapun, Mina. Justru dengan itu aku bisa lepas dari jeratan hutang pada Jungkook dan bisa melunasi semua keperluanku sekarang."

Mina menatap Nayeon dibalik netra berlinangnya. "Tapi batinmu kesakitan dan terluka, Nayeon-ah. Kau menyakiti dirimu dengan hal yang amat sangat tidak kau suka."

Nayeon menunduk terdiam. Benar. Dia memang bebas dari Jungkook dan bisa melunasi semua kebutuhannya bahkan biaya praktikum Tzuyu. Tapi dia juga sadar jika dia melakukan ini sama saja menghancurkan dirinya sendiri. Melukai hati nuraninya yang menjunjung tinggi harga diri sebagai seorang wanita terhormat.

"Kau benar. Tapi semua sudah terjadi. Aku tak bisa melangkah kebelakang dan menghindari pilihan ini."

"Nayeon-ah, jika boleh tahu, siapa dia?"

Nayeon menatap Mina sejenak lalu menarik nafas lelah. "Apa Jihyo tidak mengatakannya?" Mina menggeleng. "Pemilik OSH Company sekaligus donatur terbesar di kampus ini. Oh Sehun."

"APA???!!!!!" Mina sontak melotot dan berteriak tak percaya.

Nayeon sampai menutup kedua telinganya. "Yak! Kau mengagetkanku!"

"Mian! Kau tidak bercanda? Bagaimana bisa-"

"Sssttt!! Jangan katakan apapun disini. Cukup kau tahu dia dan jangan berkomentar apapun." Mina akhirnya mengangguk.

"Nayeon-ah, apa kau nyaman menjalani hubungan itu?" Nayeon menatap Mina tak mengerti.

"Kalian tidak terlibat perjanjian untuk tidak saling jatuh hati bukan? Jangan sampai kau malah merasa nyaman dan akhirnya menyukainya." Mina menatap wajah Nayeon. Menyadari gelagat tak biasa dari sang sahabat, Mina melotot tak percaya.

"Jangan bilang kau sudah menyukainya?! Benar kah? Yak! Im Nayeon! Kau sadar kan kalau-"

"Arrasseo. Aku juga bingung. Belakangan ini, dia terasa berbeda. Perhatiannya dan sikap lembutnya membuatku nyaman dan entah bagaimana aku ingin berharap kalau dia melakukannya karena menyukaiku. Aku... Aku takut, Mina-ya..."

Mina segera meraih pundak Nayeon dan memeluk sang sahabat. Menenangkan Nayeon yang terisak karena perasaannya.

Wajar jika hal itu terjadi. Apalagi kaum wanita yang merasa diperlakukan istimewa lama-kelamaan hatinya akan tersentuh. Dan rasa nyaman itu membuat kaum wanita terlena dan berharap. Namun yang menjadi pertanyaan, apa sikap istimewa itu bermaksud sebagai isyarat atau malah hanya sikap biasa semata?

Taste of Love || Sehun-NayeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang