PEMERASAN YANG TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN

35 8 0
                                    

Dokter yang menangani pekerja tambang dan kaum miskin, dr. Werner sedang berjalan di Hohenthal. Dokter itu memasuki sebuah rumah dan membuka pintu kamarnya. Udara pengap berhembus keluar, sehingga ia agak ragu-ragu untuk masuk ke dalamnya.

"Selamat siang, Dokter!"

Seorang laki-laki berwajah cekung duduk di belakang meja. Di atas meja itu terletak sebuah papan gambar. Orang itu bangkit dari tempat duduknya.

"Anda sungguh keterlaluan Wilhelmi, mengapa anda membiarkan udara dalam kamar ini begitu pengap?" Tegur dokter itu.

Orang itu mengangkat bahunya dengan hati yang sedih.

"Itu bukanlah kemauan saya."

"Masukkan udara segar ke dalam kamar!"

"Udara di luar sangat dingin, Dokter. Dan mereka yang terbaring di sana sedang menggigil kedinginan karena menderita demam! Dapatkah saya dalam keadaan yang demikian memasukkan udara segar ke dalam kamar ini?"

Sambil mengucapkan perkataan itu, ia menunjuk ke arah salah satu sudut kamar. Di situ sedang berbaring di atas tempat tidur yang terlihat buruk, istri dan ketiga anaknya yang terlihat kurus kering. Mereka terus-menerus menggigil disebabkan demam yang dideritanya. Wajah mereka membara, tubuh mereka hanya ditutupi oleh beberapa helai pakaian tua.

"Namun nasehat saya itu perlu juga anda turuti!" Demikian dokter itu mempertahankan pendapatnya.

"Brrr! Dingin sekali!" Rintih wanita yang sakit itu.

"Nah, dengarkan! Anda dapat mendengarkan sendiri kan?" Kata orang itu sambil menarik nafas panjang, "Tolong tutup saja pintu itu dokter. Jika angin masuk ke kamar, istri dan anak-anak saya akan mati kedinginan."

"Maka nyalakan saja tungku itu, supaya kamar menjadi hangat!"

Sekali lagi orang itu mengangkat bahu, "Apa Dokter? Bukankah batu bara dan kayu itu harus dibayar dengan uang?"

"Benar, tetapi bukankah anda mempunyai penghasilan?"

"Ya, saya memang memiliki penghasilan. Akan tetapi tahukah anda berapa penghasilan saya itu?"

Wilhelmi berjalan ke arah pintu dan menutupnya, meskipun dilihatnya dokter itu menggeleng-gelengkan kepala.

"Sedikitnya penghasilan anda itu cukup untuk menghidupi keluarga anda. Bukankah anda itu ahli menggambar pola? Bukankah pekerjaan itu digaji tinggi?"

"Ahli menggambar pola di Perusahaan Seidelmann dan Putera!" Kata Wilhelmi dengan mengeluh, "Tahukah anda apa artinya itu?"

Dokter itu menggigit bibirnya dan diam saja, karena bukan hanya berdasarkan dugaan saja, melainkan dapat juga dibayangkan dengan nyata apa artinya itu. Ia sudah bertahun-tahun bekerja sebagai dokter untuk para pekerja tambang dan kaum miskin di Hohenthal dan daerah sekitarnya dan pekerjaan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Oleh karena jabatannya itu maka ia harus bergaul dengan segala lapisan penduduk, belajar mengenal orang-orang kaya maupun miskin, orang-orang yang tinggi kedudukannya maupun rakyat jelata, berhubungan dengan orang-orang yang jujur dan berbudi luhur maupun dengan kaum penjahat dan penipu. Jika ia harus berterus terang maka harus ia akui bahwa ia tidak dapat memasukkan keluarga Seidelmann itu ke dalam golongan orang-orang yang berbudi luhur serta jujur.

Ia teringat akan berbagai peristiwa. Salah satunya adalah tindak tanduk August Seidelmann, si pengumpul derma pada malam setelah diadakan ceramah. Ketika wanita miskin itu memasuki rumah saudagar hartawan itu, maka wanita itu diusir dengan cara yang sangat kejam dari rumah itu. Maka dapat dimaklumilah sikap pendeta yang setelah kejadian itu bersama dengan wanita miskin itu meninggalkan pertemuan itu. Di mana sedikit pun tiada terbayangkan kasih sayang ataupun tolong menolong terhadap sesama manusia.

HANTU HUTAN DI PERBATASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang