Dengan tiada berkata-kata dan tiada tergesa-gesa Edward pulang ke rumah bersama Angelica. Kehidupan kedua anak muda yang sedianya berjalan dengan tenteram dan tenang itu kini dikacaukan oleh pergolakan-pergolakan, yang dialami mereka pada saat-saat yang baru lalu. Mereka berusaha menekan pikirannya yang sedang bergolak-golak serta pengalamannya yang pahit itu dan karena mereka berdua tiada yang dapat memulai suatu percakapan, maka mereka berdiam diri saja.
Ketika Angelica sampai ke rumahnya maka Edward hendak berpisah.
"Kita sudah sampai. Selamat malam, Angelica. Dan selamat tidur."
Akan tetapi gadis itu menahannya Edward, katanya kemanja-manjaan, "Kau hendak berpisah ? Apakah itu dimaksudkan sebagai hukuman terhadapku?"
Anak muda itu mengelakkan pandangnya dan berdiam diri.
"Edward!" kata Angelica sekali lagi, "Kau telah kuperlakukan buruk sekali. Akan tetapi janganlah marah karena itu dan meninggalkanku. Aku tak tahan jika kau berbuat demikian!"
"Sungguh aku tak marah kepadamu, sedikit pun tidak." kata Edward menenteramkan hati gadis itu.
"Kalau begitu, mengapa kau hendak pergi juga? Aku takut dan masih banyak yang ingin kubicarakan denganmu."
"Lain kali saja, Angelica! Lihat saja, kau menggigil kedinginan dan aku kuatir kau akan masuk angin!"
Memang badan anak gadis itu sedang gemetar. Akan tetapi ia tidak mau mengalah, "Masuk saja dahulu! Ayah dan ibu sudah pergi tidur."
Karena Edward nampaknya agak ragu-ragu, maka gadis itu memohon kepadanya, "Hanya sebentar di gang saja !"
Anak muda itu agak segan masuk, maka gadis itu menariknya pada tangannya. Melalui pintu belakang mereka masuk ke dalam.
"Di situ, di sebelah tangga ada sebuah bangku pendek. Hati-hatilah! Jangan sampai terelanggar dan menjatuhkan bangku itu. Mari kita duduk saja di situ."
Edward duduk tanpa berkata-kata. Ia merasa seperti dalam mimpi yang indah, dapat duduk di sisi gadis yang dikasihinya. Keadaan ini membuatnya berani menempuh bahaya manapun. Sungguh Edward melakukan perbuatan yang berani mati dengan menyelinap ke dalam rumah keluarga Hofmann pada malam hari, meskipun ia dilarang keras oleh bapak Hofmann untuk bergaul dengan anak gadisnya itu. Dan bila sampai mereka ketahuan, maka sudah barang tentu serta-merta ia akan diusir dari rumah itu.
Mereka duduk sebelah-menyebelah dan mereka itu tiada sadar, bahwa hanya dua langkah dari situ bersembunyilah seseorang yang mempunyai itikad buruk terhadap mereka.
Mereka mulai bercakap-cakap dengan perlahan-lahan. Angelica yang sangat berterima kasih kepadanya pertama-tama ingin sekali mengetahui, bagaimana caranya ia sampai berhasil masuk ke dalam pesta itu. Akan tetapi Edward tidak mau menjawab pertanyaan itu.
"Kemudian saja, Angelica! Mula-mula suatu hal yang maha penting! Tahukah kau bahwa aku ini sangat menderita akhir-akhir ini?"
"Ya, aku tahu. Dan itu karena kesalahanku. Maka maukah kau maafkan aku?"
Pertanyaan itu tidak dijawab, sebagai gantinya Edward memeluknya tanpa berkata-kata lalu menciumnya.
"Sekarang aku sendiri tiada dapat mengerti perbuatanku itu." bisik Angelica, "Kau percaya aku?"
"Aku mengerti." kata Edward sambil mengangguk, "Segala kejadian itu telah menimpamu dengan tiba-tiba. Ayahmu ingin supaya kau terima undangan dari orang asing itu, itu permulaannya. Apa lagi setelah datang kiriman baju pesta yang memukau itu dan semuanya itu membuat kau terpedaya. Benar tidak?"
"Benar." Angelica mengaku kemalu-maluan.
"Yang ketiga adalah yang paling buruk, Angelica!"
"Yang ketiga?"
![](https://img.wattpad.com/cover/276945208-288-k931585.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HANTU HUTAN DI PERBATASAN
PertualanganSebuah terjemahan dari buku tua berbahasa Jerman berjudul Das Buschgespenst karya Karl May. Karl Friedrich May (lahir di Hohenstein-Ernstthal, Chemnitzer Land, 25 Februari 1842 - meninggal karena sakit paru-paru di Radebeul, Meissen, 30 Maret 1912...