Ku terpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat duniaKuharap kau tahu bahwa ku
Terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu
Tapi bolehkah ku selalu di dekatmu?Katanya cinta
Memang banyak bentuknya
Ku tahu pasti
Sungguh aku jatuh hati(Raisa - Jatuh Hati)
Perasaan tadi lagi duduk anteng liat-liat foto di ruang tamu...
Langkah Zahra terhenti ketika pandangannya bertemu punggung Juno, lelaki yang baru 32 hari dipacarinya. Berbeda saat dulu Juno masih kuliah di Depok, saat ini 1 semester menjelang wisuda dan menuju dunia koas, Juno sudah pindah kuliah di Jakarta. Jarak keduanya yang semakin dekat memungkinkan Juno untuk sering berkunjung ke rumah Zahra. Juno ternyata masih anteng juga, cuma kali ini yang dilihat adalah rak buku besar di dalam kamar Zahra. Kamar Zahra terletak persis di sebelah ruang tamu. "Oh, itu kamarku. Kalau mau liat-liat rak bukunya juga boleh." Ucap Zahra tadi saat Juno tanya tentang rak buku yang terlihat dari celah pintu yang terbuka.
Ukuran kamar Zahra lumayan besar, catnya berwarna biru pucat. Sebuah jendela yang tertutup tirai coklat muda menghadap ke sisi depan rumah. Kamarnya terlalu berantakan untuk dilihat Juno.
Niatnya mau langsung mengusir karena malu, tapi ia malah menatap wajah Juno─lengkap dengan lesung pipitnya─yang sedang mendongak melihat buku di barisan rak paling atas. Rak buku berwarna coklat itu sangat tinggi, hampir setinggi dinding kamarnya, Zahra saja harus bolak-balik naik kursi kalau mau ambil buku paling atas. Tapi rasa-rasanya, kalau Juno mau, tangannya bisa ngelap 'atap' rak bukunya yang suka berdebu itu. Bego. Kenapa malah ngebayangin Juno ngelap rak bukunya?
Juno berbalik badan saat menyadari kehadiran Zahra di belakangnya. "Sorry, tadi kamu bilang aku boleh liat-liat... jadi aku ke sini."
Zahra mengangguk. "Gapapa. Apa yang diliat?" Tanyanya, bermaksud bertanya tentang judul buku yang mungkin menarik perhatian Juno. Ia berjalan ke samping Juno, lalu memberikan gelas yang dibawanya. Juno berterimakasih kemudian menatap rak bukunya lagi.
"Kamu." Pandangannya menyapu barisan buku di depannya dari ujung kanan ke ujung kiri.
"Aku?"
"This is you, openly showing your soul to me. The exhibition of one's soul─is that the right word for it?"
He's doing it again, thinking out loud. Pikir Zahra, senang membiarkan Juno menyelesaikan pemikirannya.
Juno menoleh pada Zahra. "Aku percaya ada dua dari sekian banyak hal yang ngebentuk diri kita: pengalaman hidup yang kita rasain langsung─itu dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar kita─dan yang kedua, buku. Gak kayak pengalaman hidup yang kita gak bisa milih, kita bisa pilih buku mana yang kita izinkan untuk membentuk kita. This whole bookshelf is who you want to be, these are your choices. And as a wise man said: 'it is not our abilities that show what we truly are. It is our choices.'" Juno tersenyum menatap bagian rak khusus koleksi buku Harry Potter milik Zahra. Sebuah bingkai foto yang memanjang foto Zahra memakai seragam Hogwarts bersama keempat teman perempuannya: Zahra dan 2 temannya mengenakan seragam Gryffindor dan sisanya mengenakan seragam Slytherin.
"So this is who you truly are. These... these stacks of books are precious to you as they are to people who want to see a way to know you─"
"─or to say the right quotes?" Potong Zahra, membuat Juno tertawa spontan. Perempuan di sampingnya ini selalu bisa menyambungkan pikirannya. Seharusnya tidak enak kan kalau omongan kita dipotong? Tapi Juno tidak keberatan, karena Zahra selalu memotongnya dengan kalimat yang membuat pembicaraannya justru menjadi lebih menarik. Rasanya seperti menulis sebuah kalimat bersama-sama.
YOU ARE READING
Hospitalship (extended stories)
FanfictionAU lokal BTS Kisah 7 manusia dalam menghadapi hidup bersama mbak pacarnya masing-masing. Disarankan baca hospitalship sampai tamat dulu sebelum membaca ini.