"Buat aku?" Ayu mendongak menatap Gio yang baru saja meletakkan secangkir kopi susu di depan Ayu. Ia sedang menempati meja makan dapur.
Gio mengangguk, di tangan kirinya ada secangkir kopi hitam. Matanya mengintip sekilas lembaran print out jurnal di tangan Ayu.
"Makasih," Ayu tersenyum.
"Hm," jawab Gio sambil mengusap pelan puncak kepala Ayu. Ia kemudian mengambil duduk di seberang Ayu.
Ayu menahan uapannya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebenarnya sudah setengah jam belakangan ia berusaha fokus membaca, mau bikin kopi pun rasanya tadi gak kuat. Habis mau gimana lagi, kalau bukan dini hari begini—waktu sebelum si anak bayi bangun—, ia tidak akan bisa dengan tenang menyelesaikan laporan penelitiannya.
Ayu menyerah membaca dan meletakkan kertasnya di atas meja. Ia bertanya sebelum menyisip kopinya, "kamu kebangun karena aku?"
Gio meletakkan cangkir kopi yang baru diminumnya sedikit, hidungnya mengkerut merasakan pahitnya kopi yang disukainya. "Ah.." kehangatan kopi kemudian memenuhi dadanya. Rupanya Gio juga sedang mengumpulkan nyawanya. Ia menatap Ayu kemudian menggeleng. "Kamu lagi bikin penelitian?" Tebak Gio.
Ayu mengangguk. "Iya, sama Bang Juno. Gak enak aku sebenernya, udah nunda lama. Aku gak nyangka ngurus bayi bisa sesibuk ini..."
Sudut bibir Gio sedikit naik. Sebagai orang yang juga membagi tugasnya dengan Ayu dalam mengurus Gideon, ia mengamini dalam hati. "Cheers," Gio mengadukan cangkirnya dengan Ayu yang kini tertawa pelan.
"Yu," kata Gio setelah keduanya diam untuk beberapa saat. Beberapa saat yang dihabiskan Ayu untuk membaca kembali dan Gio untuk memperhatikan Ayu dalam diam.
Ayu mengangkat kedua alisnya, mengalihkan pandangan dari kertas di tangannya.
"Would you go on a date with me?" Heningnya dini hari itu membuat suaranya terdengar lebih jelas.
Ayu tertawa pelan, "I'm sorry, sir, but I'm married."
"But does your husband even take you on dates?"
Ayu memajukan bibirnya. "He used to, but he seems busy now. Plus we have a baby too."
"Sounds like an awful husband." Gio mengerutkan kedua alisnya.
"Ugh, tell me about it." Ayu memutar bola matanya sambil meminum kopinya.
Gio melepas tawa yang ditahannya melihat Ayu yang ikut dalam permainan. "Hey, let's go on a date. I'll make up what your husband doesn't."
Ayu berpikir sejenak, sebuah senyuman masih menempel pada wajahnya. "Tapi tega gak ya ninggalin Eyon? Aku kasian.. dia kan gak pernah ditinggal sekaligus sama kita berdua."
"Sebentar aja datenya, makan atau nonton, terus pulang. Minggu depan gimana? Eyon kita titip James-Ia, soalnya Oma-Opanya masih di Balikpapan minggu depan."
"Ah aku takut gak tega.. kamu emang tega?"
"Ya kan cuma sebentar, sekali-kali gak papa kan? Sekalian Yu, minggu depan kan kita anniv." Jawab Gio, yakin.
"Hmm yaudah deh, deal."
---
"Gi?" Ayu mengangkat wajahnya dari menu pada tangannya.
"Hm?" Gio yang sedari tadi menatap chatnya dengan James, menatap balik Ayu. Sial ternyata gak enak banget pisah dengan Gideon di saat-saat yang seharusnya bisa berkumpul. Rasanya ingin ngajak main seperti Sabtu malam biasanya. Kangen mendengar ketawanya yang khas, badannya yang gembul dan hangat ketika dipeluk, matanya yang melebar ketika melihat Gio mengajaknya bicara, rambutnya yang halus dan wangi ketika dicium..
"Jadi mau pesen apa?" Ayu mengulang pertanyaannya. Baru saja mereka sampai ke dalam restauran itu, setelah beberapa saat memilih. Ini saja sebenarnya sudah mengubah rencana yang tadinya mau nonton bioskop dan makan, menjadi hanya makan saja agar bisa cepat-cepat pulang.
"Eh? Oh.. bentar," Gio menatap sekilas pelayan yang berdiri menunggu di samping meja mereka. "Hmmm.." Gio berusaha membaca menu di depannya. "Yu, bungkus aja apa? Kita makan di rumah James-Ia?" Tanya Gio akhirnya.
Ayu menghela napas lega. "Iya! Aku kangen banget sama Eyon. Daritadi aku mau ngomong cuma gak enak. Ayo kita balik, Gi." Alisnya mengerut. Alis yang sama dengan Gideon. Sial makin bikin Gio kangen aja.
"Yaudah, yang ini ya, Mbak, 3 paket ditake away." Gio menunjuk bagian menu. "Yang kamu udah dipesen kan tadi?"
Ayu mengangguk.
Sang pelayan mencatat dengan cepat. "Baik, ada lagi, Pak?"
"Itu aja. Tolong yang agak cepat ya, Mbak." Tambah Gio.
Akhirnya Gio dan Ayu merayakan annivnya dengan makan bersama di rumah James dan Giani. Keempatnya menghabiskan malam dengan mengobrol sampai hampir tengah malam, dengan Gideon yang terlelap di pangkuan Ayu. Sesekali Gio mengusap kepala Gideon.
Ah terserah deh mau date kapan lagi, gerutu Gio dalam hati, melihat wajah anaknya yang tertidur dengan tenang. Tidak sanggup berpisah dengannya.
Mungkin suatu saat nanti ketika ia—dan Ayu—sanggup berpisah dengan Gideon.
Yang pasti bukan dalam waktu dekat.
YOU ARE READING
Hospitalship (extended stories)
FanfictionAU lokal BTS Kisah 7 manusia dalam menghadapi hidup bersama mbak pacarnya masing-masing. Disarankan baca hospitalship sampai tamat dulu sebelum membaca ini.