10

1.2K 112 118
                                    

Pagi harinya Sehun bersiap untuk pulang ke rumah Aira, karena kemarin Sehun bilang pada istrinya itu bahwa dia akan pulang hari ini dan juga dari semalam Aira terus menelpon meminta dirinya untuk pulang.

Padahal Sehun sudah bilang kalau dia akan pulang besok paginya, tapi istrinya itu terus menelpon dari semalam.

Walaupun sedikit kesal tapi Sehun tidak  bisa menunjukan kekesalannya pada sang istri.

"Mas suratnya jangan lupa dibawa" ujar Rania memberitahu seraya menyerahkan surat tersebut.

"Oh iya, mas hampir lupa" ucapan Sehun.

Kepulangannya kali ini Sehun berencana untuk memberikan surat gugatan cerainya pada Aira.

Sebelum Aira melahirkan, karena perkiraan Sehun istrinya itu melahirkan minggu depan.

"Gak bisa ditunda pulangnya,  mas?"  tanya Rania basa-basi. Kali aja Sehun mau menunda waktu kepulangannya.

"Gak bisa sayang, mas udah janji pulang hari ini sama Aira, perkiraan minggu depan Aira lahiran jadi untuk sementara mas di rumah Aira dulu, ya" jawab Sehun.

Rania mempoutkan bibirnya, "Emm, ya udah deh mas" katanya.

Yeah, mau bagaimana lagi Sehun-nya masih berstatus sebagai suami sah Aira jadi mau tidak mau Rania harus berbagi  Sehun dengan perempuan itu.

"Tapi mas janji kalau mbak Aira udah lahiran mas harus cepet-cepet beresin urusan mas sama mbak Aira"  pinta Rania.

Dan diangguki oleh Sehun "Iya, mas pulang hari ini sekalian mau kasih suratnya dan jelasin semuanya ke dia soal kita" balas Sehun.

Rania mengangguk paham.

"Mas usahain secepatnya setelah Aira lahiran semuanya udah beres, semoga aja Aira lahiran lebih cepat dari perkiraan, dan setelah itu kita urus pernikahan kita" Sehun memberitahu.

Rania mengangguk lagi.

Dalam hati Rania merasa puas sekali, karena Aira memang sudah melahirkan tadi malam.

Rania puas karena berhasil membuat Aira melahirkan tanpa ditemani oleh Sehun.

Semalam ketika Sehun sedang tidur Rania mengambil ponsel milik Sehun, menghapus semua pesan yang dari keluarganya supaya Sehun tidak kalau Aira sudah melahirkan.

Biarkan saja itu menjadi kejutan untuk Sehun ketika dirinya pulang.

"Jadi untuk sementara waktu kita gak ketemu dulu, mas?" Rania bertanya.

"Iya, mas ambil cuti sampai Aira lahiran".

"Kalo gitu, pas mbak Aira lahiran kita fitting gaun ya? Aku punya kenalan pemilik butik, udah bilang juga kalo aku nikah mau pakai gaun dari dia".

Rania sudah tidak sabar rasanya untuk menikah dengan Sehun.

"Iya, dicicil aja dari sekarang, misal undangan mau kaya gimana kamu kirim gambarnya, nanti kalo ada waktu mas temenin kamu ke tempat percetakan undangan".

"Boleh mas, atur aja waktunya nanti kita pergi sama-sama" Rania tersenyum senang.

"Aku gak sabar mas" ujar perempuan itu sambil memeluk Sehun.

Rania begitu antusias menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahannya dengan Sehun.

"Ya udah, mas pulang dulu, nanti kalau udah sampai rumah mas kabarin, kamu baik-baik, ya Ra"  pamit Sehun seraya melepaskan pelukan Rania lalu mengecup kening kekasihnya seklias.

"Hati-hati mas, aku gak nganterin ke depan ya, aku mau cari-cari gedung yang bagus buat resepsi nanti".

Sehun terkekeh, "Iya gak pa-pa, mas pergi dulu kalo gitu".

Andante (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang