part #4

855 183 16
                                    

sehari setelah bermain hujan buatan. malam harinya ran dan rindou jatuh sakit tapi itu membuat mereka tidak kapok dan ingin melakukan nya lagi terutama rindou yang sangat bersenang senang tadi.

dalam ruangan keluarga itu mereka berbagi selimut besar bewarna biru. sambil menonton televisi dan ditemani teh hangat. tayangan komedi yang mereka tonton membangkitkan suasana menjadi sedikit berisik. "aku ingin melakukan nya lagi, aku tidak kapok jika harus sakit lagi" celoteh rindou.

Mendengar itu pun sang kakak hanya terkekeh dan menepuk kepala adiknya pelan "hahah kau ini, aku saja merasa bersalah membuat mu sakit seperti ini"ujar ran.

****

Keesokan harinya. Ran terbangun karna sinar matahari masuk dari pintu bening yang menghadap ke halaman belakang. Seperti biasa ia meregangkan otot-otot nya dan mengumpulkan kesadaran.

Ia sudah merasa agak baikan dan siap untuk beraktivitas kembali. Sebelum itu ia pun menatap ke arah adiknya yang mendekap kuat selimut disana.

Agak merasa curiga. Ia pun mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi adiknya dan benar saja dugaannya benar.

Badan rindou makin panas padahal semalam ia baru saja minum obat "oh tidak! Ini salahku, harusnya ak-" ran merasa bersalah pun dengan segera menelpon dokter pribadi milik keluarga mereka.

"Halo! Dokter tolong rindou dia-"

***

"Bagaimana dok, adik saya akan baik baik saja kan?" Celoteh ran sambil mengigit kuku nya.

Sang dokter pun melepaskan stetoskop nya kemudian mengambil secarik kertas mini dari dalam tas nya. Menuliskan sesuatu di sana lalu mengambil beberapa obat.

Ia pun memberikan nya pada ran "ini, adikmu sedang demam tinggi tapi dia tidak apa apa sekarang. Hanya perlu istirahat dan beri dia obat ini" ucap dokter itu lalu pamit dari rumah mereka.

Ran menatap kertas itu dan obat nya. Ia merasa bersalah harusnya ia tak melakukan itu tapi dia hanya ingin adiknya tidak sedih lagi. Ia pun kemudian mendekati rindou yang masih terkulai lemas di sana.

Ia elus puncuk kepala nya lalu matanya memerah kemudian sedikit demi sedikit air mata berbentuk seperti butiran beras jatuh perlahan. "Maafkan kakak, tapi kakak hanya ingin kau tersenyum lagi Rin" ujar ran.

Sang adik pun mengerang pelan dan perlahan membuka matanya mendapati kakaknya tengah menangis.

Ia pun tersenyum lalu berbicara dengan nada lirih "tidak masalah kakak, aku menikmatinya. Lagipula aku sangat senang kemarin kita belum menyelesaikan beberapa 7 hal itu. Tunggu aku sembuh kita akan melanjutkannya, oke?" Ucap rindou.

Ran pun menunduk mengalihkan pandangannya dari adiknya. Ran sangat takut jika adiknya tidak bahagia, hanya karna ia seorang kutu buku sampai tidak ada yang mau berteman dengan nya.

"Baik, aku akan merawat mu sampai sembuh dan kita akan bermain lagi" ujar ran.

***

Menjelang siang hari. Ran duduk di teras belakang rumah nya memandangi langit-langit biru dengan awan yang melayang dan disempatkan dengan lewatnya pesawat terbang.

Tak sadar ia pun mengingat sebuah berita bahwa pesawat yang di tumpangi oleh orang tua mereka jatuh.

Awalnya Rindou dan Ran tidak percaya hingga seseorang datang membawakan sebuah foto keluarga mereka yang sudah terbakar dan Menguning. "Aku tidak akan mempercayai ini sebelum mayat orang tua kami sudah ditemukan!" tegas ran pada saat itu.

Hari silih berganti, bulan hingga ke tahun. Ran dan Rindou tetap menunggu kabar dari pencarian korban pesawat ini tapi tidak ada satupun yang menemukan orang tua mereka. Hanya foto ini jejak satu satunya.

Hingga pada titik terakhir dan keputusan untuk pasrah. Mereka pun akhirnya merelakan kepergian orang tua mereka yang tak kunjung di temukan.

Air mata kembali jatuh. Ran mengubah posisi duduknya dengan menekuk lututnya dan memijat kepalanya.

"Hah, aku rindu kalian berdua" gumam ran.

Tak lama itu seorang pria dengan Surai kuning biru pun datang dan ikut duduk di samping kakaknya sambil mendekap selimut.

Rindou pun menyadarkan kepalanya pada bahu kakak "kakak, aku lapar dan sudah waktunya minum obat" ucap rindou lalu mengosok kepalanya pada pundak sang kakak.

Ran yang menyadari itu pun kemudian meminta maaf pada adiknya karna lupa dengan jadwal minum obat dan makan siang nya. "Maafkan aku Rin, baiklah tunggu di sini aku akan membuatkan mu makan siang" dengan lekas ia pun berdiri meninggalkan sang adik di teras

Rindou kemudian memanggil lagi kakaknya yang hampir sepenuhnya masuk ke dalam rumah "kak!" Panggil rindou pelan

Sang kakak pun reflek berbalik menatap adiknya "iya?! Kau butuh sesuatu lagi?" Tanya ran.

Rindou pun hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum "aku juga merindukan ibu dan ayah, tapi mereka sekarang sudah berada di tempat yang indah. Kau jangan sedih lagi" ujar rindou.

Ran pun menghela napasnya lalu pergi menuju dapur tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi.

.
.
.
.
TBC..

𝐇𝐀𝐈𝐓𝐀𝐍𝐈 𝐚𝐧𝐝 𝐬𝐞𝐯𝐞𝐧 𝐟𝐮𝐧 𝐥𝐢𝐬𝐭𝐬  [TAMAT ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang