8. Kebun Teh

26 20 15
                                    

"Kamu tuh kaya bunglon ya, suka berubah-ubah"

Gadis itu bangun dari tidurnya. Matanya melihat sekeliling kamar. Sunyi dan gelap dengan seragam yang kemarin masih terpasang di tubuh mungilnya. Badannya terasa lemas sekali. Perutnya berbunyi meminta diisi karena memang dari kemarin sejak dia masuk kamar hingga sudah berganti hari Ia belum menyantap makanan. Kaki jenjangnya perlahan menuruni ranjang. Dengan langkah gontai Ia menuju ke kamar mandi. Memang sedikit gila gadis ini mandi sangat pagi sekali. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, gadis itu memoles sedikit make up tipis. Sweater coklat sudah menempel rapi di badan gadis itu. 

Perlahan Ia membuka pintu kamarnya. Nampak sangat hening dan sepi. Dengan cepat kilat Lola segera mengambil motornya di garasi. Hanya hitungan menit saja motor itu sudah melaju meninggalkan rumah megah bernuansa coklat. Dinginnya angin pagi terasa menusuk ke tulang gadis itu. Perutnya sudah perih. Motor itu berhenti ke salah satu supermarket yang buka 24 jam. Tangannya mengambil beberapa makanan kemasan, roti dan susu kotak rasa coklat kesukaannya. Gadis itu duduk di depan sambil menikmati sarapannya. Handphone silver yang sejak kemarin mati Ia nyalakan. Terpampang jelas puluhan telfon dan chat dari sahabatnya dan kakaknya. Tapi gadis itu tetap saja tidak memperdulikannya, dengan cepat Ia menaiki motor kesayangannya dan melanjutkan perjalanan. Jalanan di kota ini sangat sepi.

50 menit berlalu, gadis itu telah sampai di tempat tujuannya. Udara sejuk terasa di hidungnya. Pohon-pohon hijau berjejeran di daerah itu. Mata gadis itu melihat ke arah handphone yang menunjukkan pukul 07.30. Masih sangat pagi sekali untuk mengunjungi tempat wisata. Ia tidak yakin masih bisa masuk atau tidak ke kebun teh itu, karena keadaannya yang masih sangat pagi. Dari arah belakang seorang laki-laki tua menghampirinya.

"Selamat pagi mbak"

"Pagi pak"

"Mbaknya mau ke kebun teh ya mbak? Kok pagi sekali datengnya"

"Hehehe iya pak kepagian"

"Dari mana mbak asalnya?"

"Saya dari kota pak"

Laki-laki tua itu tersenyum hangat kepada Lola. Ia mengajak gadis itu pergi ke dalam. Mempersilakan gadis itu masuk. Sangat kasihan bukan sudah datang jauh-jauh tetapi tidak bisa masuk. Dengan senang hati Lola menerima ajakan bapak itu. Hamparan tumbuhan hijau terpampang jelas di depannya. Kabut sedikit menutupi, sinar sang surya. Gadis itu duduk di salah satu bangku. Matanya menatap takjub akan ciptaan Sang Pecipta itu. Matanya perlahan menutup menikmati hembusan angin dan sinar matahari pagi sangat damai. Lola ingin sekali melepas beban-beban dan masalah yang Ia hadapi. Setelah puas menikmati keindahan selama kurang lebih satu jam, gadis itu bangkit menyusuri kebuh teh. Senyum manis terpampang jelas di wajahnya. Kakinya melangkah dengan pasti menyusuri setiap sudut kebuh teh dari ujung ke ujung kurang lebih satu setengah jam.

Brukkk 

Suara itu terdengar sangat kencang. Bokong gadis itu jatuh akibat terpeleset tanah yang licin akibat embun pagi ini. Gadis itu meringis kesakitan memegang bokongnya yang sakit. Sungguh sial dirinya hari ini. Untung saja sepi jadi Ia tidak malu. Saat ingin berdiri kaki kirinya terasa sangat sakit. Ia mendudukan kembali badannya. Lola melihat kaki kirinya dan ternyata merah. Ini mah jelas-jelas terkilir. Saat mencoba berdiri gadis itu sedikit oleng karena kakinya. Ia sudah bersiap jika akan jatuh untuk yang kedua kalinya. Tiba-tiba seorang pemuda datang dan menarik tangan Lola agar tidak jatuh dan membawa kedekapannya. Lola sedikit terkejut dengan apa yang barusan terjadi. Benar-benar sangat cepat. Gadis itu berusaha melepaskan pelukan itu. Baru saja mendorong laki-laki itu tubuhnya sudah oleng, dengan cepat laki-laki itu menyangga tubuhnya. Laki-laki itu menggelengkan kepala melihat tingkah gadis didekapannya ini. Ia melepas pelukannya pada gadis itu kemudian tangannya membopong badan Lola ke bangku dengan cepat. Keadaan sekarang wajah kedua orang itu sangat dekat. Bahkan Lola bisa merasakan hebusan napas dari laki-laki itu yaampun wangi banget cowok ini batin Lola. Wajah yang sempurna dengan bola mata bewarna coklat. Lola terdiam melihat wajah tampan laki-laki ini. Kesadarannya kembali ketika laki-laki itu membawanya ke sebuah bangku yang ada di dekat sana. Laki-laki itu berjongkok di depan Lola. Kaki Lola yang terkelir diletakkan di atas pahanya. 

"Kenapa bisa jatuh?"

"Ya mana saya tau saya kan ikan" jawab Lola sambil ngelawak 

"Aneh" ucapnya sambil membersihkan kaki gadis itu yang kotor akibat terpeleset menggunakan tissu basah yang ada di saku jaketnya. Setelah memastikan kakinya bersih, laki-laki itu memegang perlahan pergelangannya dan mulai memijatnya

"Ahh ahh sakit" Laki-laki dihadapannya itu tidak memerdulikan perkataan gadis itu dan melanjutkan memijat pergelangan kaki gadis aneh.

"We anjir pelan-pelan, sakit hiks hiks"

Laki-laki itu seketika menghentikan pijatannya mendengar isakan keluar dari mulut gadis itu. Air mata sudah turun membasahi wajahnya. Wajahnya sudah sangat merah seperti tomat. Ia tertawa melihat ekspersi gadis itu. Wajahnya seperti anak TK yang menangis tidak dibelikan mainan oleh kedua orang tuannya. 

"Ngapain ketawa lo ha"

"Anjir bisa-bisanya masih sempet marah-marah" ucap laki-laki itu kemudian menurunkan kaki gadis itu dari pahanya. Ia membalikan badannya membelakangi gadis itu. sedangkan gadis itu masih saja binggung dengan apa yang dilakukan laki-laki ini. Laki-laki itu menghela napas kasar.

"Naik"

"Ga mau"

"Cepetan naik"

"Ga"

"Ya udah gue tinggalin disini" Mendengar ucapan laki-laki itu, Lola segera menaiki punggungnya. Tangan Lola itu memegang erat leher laki-laki itu. 

"Gue Laskar" ucap laki-laki itu di tengah keheningan

"Lola"

"Mau bawa kemana sih" Namun tidak ada jawaban dari orang yang menggendongnya.

Keadaan itu menjadi hening kembali. Suasana yang tadinya dingin sudah tidak berasa sedingin tadi. Ya iya lah beb lo kan meluk Laskar ya hangat lah. Lola mengamati keadaan sekitarnya. Kebuh teh yang tadinya sepi sekarang sudah banyak orang berdatangan. Laki-laki itu membawa gadis itu ke mobilnya. Mendudukan gadis itu ke bangku depan.

"Naik apa kesini"

"Delman"

"Gue serius"

"Siapa juga yang ngajak bercanda"

"Serah"

"Motor"

"Dimana"

"Apaan kalo ngomong jan setengah-setegah otak gue gak nyampek"

"Ya cocok lah sama nama lo"

Dengan cepat gadis itu melayangkan pukulan kepada Laskar. Tapi dengan cepat juga laki-laki itu segera menghindar dari pukulan Lola. Keadaan hening kembali menyeliputi keduanya. Lola mengambil sepatunya dan memakainya. Laskar memperhatikan apa yang dilakukan gadis itu.

"Ngapain"

"Mau macul ikut gak. Ya pulang lah"

"Sama gue"

"Engga gue bisa"

"Bisa apanya kaki lo sakit" ucap Laskar dan segera membenarkan posisi gadis itu dan menutup pintu mobilnya. Kakinya dengan cepat memutari mobil itu dan langsung duduk di bangku sebelah Lola. Tangannya mulai memutar kunci mobil dan menancap gas meninggalkan kebun teh itu.

"He gila lo, motor gue anjir"

"Berhenti anjir, gila lo ya"

"We Laskar berhenti anjing, lo mau nyulik gue ya"

"He bangsat"

"Sekali lagi lo ngomong kasar dan ngegas gue tutup mulut lo"

"Gue ga takut"

Dalam hitungan detik tancapan gas mobil itu sudah berhenti. Badan laki-laki itu sudah berhadapan dengan Lola. Tangannya menyangga di jendela. Wajahnya berada sangat dekat dengan gadis itu. Sampai-sampai Ia juga bisa merasakan hembusan napas yang tidak beraturan dari gadis ini. Kedua pasang mata itu saling menatap satu sama lain.

***************

Halloo guiss terimakasih buat kalian yang udah membaca

Jangan lupa buat vote sama comment juga ya <3

See u next week!

/A.KA.RA/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang