9. Senja

21 16 4
                                    

"Kamu sama senja tuh 11 12"

"Ngapain sih lo deket-deket" Lola langsung mendorong tubuh Laskar 

"Katanya ga takut, deket gitu doang langsung kicep" ejek laskar dengan keras

"Bacot ya lo" namun hal itu tidak ditanggapi oleh laskar karena males berdebat dengan gadis aneh

Mobil putih itu melaju di keramaian kota. Udara yang tadinya dingin sudah tak dingin lagi. Di dalam mobil terlihat Lola yang sedari tadi mengerucutkan mulutnya dan mengoceh tidak jelas. Sedangkan Laskar tidak menanggapi gadis itu dan terkesan bodoh amat. Laskar menepikan mobilnya. Kakinya melangkah keluar tidak memperdulikan gadis itu yang berteriak-teriak tidak jelas. 

Tak berselang lama laki-laki itu keluar dari sebuah toko obat dengan menenteng satu buah kresek. Di dalam mobil Laskar menarik kaki Lola dan diletakkannya di atas pahanya. Ia mengoleskan krim itu ke kaki gadis aneh. 

"Pelan-pelan sakit"

"Ihh panas"

"Udah jangan banyak-banyak"

"Bisa diem engga"

"Ga gue punya mulut soalnya"

"Udah"

"Makasih" 

Laskar hanya mengangguk-anggukan kepalanya menanggapi Lola. Laki-laki itu menurunkan kembali kaki gadis itu dengan perlahan. Mobil itu kembali melaju dengan perlahan.

"Rumah dimana"

"Gue ga mau pulang"

Laskar memincingkan alisnya mendengar jawaban dari gadis itu. Ya karena Ia tidak mau ikut campur urusan orang lain. Lebih baik Ia menunggu gadis itu bercerita langsung saja. Itu lebih baik bukan. Laskar menancap gas mobilnya membawa gadis itu. Mobilnya berhenti di salah satu pusat kota. Laskar segera keluar dari mobil. Sedangkan Lola masih kebingungan dengan apa yang dilakukan dengan laki-laki itu. Tanpa Lola sadari laki-laki itu membukakan pintunya dan berjongkok di depannya dengan posisinya yang membelakangi Lola.

"Ayo naik"

"Ngga mau"

"Lo ga bisa jalan"

"Gue di mobil aja"

"Gue itung sampek tiga"

"Satu... Dua... Tiga.. oke kalau gak mau" 

Laskar yang sudah tidak tahan berjongkok langsung berdiri menghadap gadis itu. Dengan cepat tangannya membopong badan mungil Lola. Lola yang mengetahui itu memelototkan matanya. Kedua tangannya memukul dada bidang Laskar. Tanpa mereka sadari keduanya telah menjadi pusat perhatian.

"Turunin gue ihh"

"Oke-oke jangan gini mending gue naik dipunggung lo aja"

"Lama" Laskar membopong tubuh Lola dan berjalan memasuki kerumunan manusia. Jam yang melingkar di tangannya menujukkan pukul 13.00 siang. Puluhan pasang mata memperhatikan kedua manusia itu. Tapi Laskar tidak peduli. Ia mendudukan gadis itu di bangku dekat air mancur yang ada disana. Ya mereka sekarang berada di alun-alun kota Batu. 

Laskar mendudukan bokongnya di samping gadis itu. Bisa dilihat dari ekor matanya gadis itu sedang mengucapkan puluhan sumpah serapah padanya. Tanpa disadari senyum tipis muncul di wajah laki-laki tampan itu. Laskar menyederkan kepalanya ke bangku itu dan menutup kedua bola matanya. Sedangkan Lola sudah mengeluarkan sumpah serapah hingga wajahnya memerah, tapi dengan sangat gampangnya laki-laki itu malah tertidur. Ingin sekali Lola memukul laki-laki disampingnya ini.

"Udah"

Lola mengangkat alisnya. Menatap bingung laki-laki di sampingnya ini

"Ngocehnya udah" ucap Laskar dengan mendekatkan wajahnya ke gadis itu. Jarinya menoel pelan hidung gadis itu. Lola yang belum siap pun hanya bisa terdiam di tempat tanpa bisa melakukan apa-apa. Sungguh sangat sial sekali. Gadis nakal seperti Lola bisa dibuat diam oleh laki-laki yang hanya bertemu beberapa jam yang lalu. Laskar tertawa di depan gadis itu. Dan lagi-lagi Lola dibuat terdiam melihat senyum manis yang terbentuk di wajah Laskar. Benar-benar manis. 

/A.KA.RA/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang