14. Rintik

6 3 0
                                    

"Maaf saya tidak suka matematika kecuali dalam bentuk rupiah"

Kedua kaki jenjang itu berlarian menerjang hujan deras. Rintikan air hujan membasahi seragam putih yang ia kenakan. Tas abu-abu yang ia angkat ke atas kepala melindunginya dirinya dari air hujan. Rambutnya sedikit basah akibat terkena air hujan. 

"Huffftt apes banget sih gua" gadis itu memukul pelan seragamnyanya yang basah dan mengebaskan sedikit bajunya agar baju dalamnya tidak terlihat. Baju yang ia gunakan bewarna putih sehingga sedikit tembus pandang. Berlulang kali ia mengebaskan bajunya berharap dapat kering dalam sekejab. 

Tanpa ia sadari dibelakangnya sudah ada satu seseorang yang menunggunya. Ia menatap semua apa yang dilakukan gadis itu. Hoodie hitam ditangganya segerah ia letakkan di tubuh gadis itu. Untuk menutup punggung gadis itu yang sedikit terlihat karena seragamnya yang sedikit tembus pandang.

"Buruan ganti di toilet nantik masuk angin" Laskar berkata dibelakang gadis itu tepat di telinga Lola. Lola yang terkejud segera membalikan tubuhnya dan sudah ada Laskar yang berdiri di belakangnya.

"Buruan ganti, daleman lo kelihatan"

"Yak! ga usah diperjelas kak!" Lola berteriak didepan laki-laki itu. Matanya menatap tajam Laskar. Dengan cepat menutupi badannya dengan hoddie dan berlari menuju kamar mandi. 

Laki-laki berpawakan tinggi itu duduk disalah satu bangku yang ada di caffe itu. Matanya menatap keluar jendela. Dimana disana terlihat hujan turun dengan cukup deras. Suasana dingin ditemani dengan secrai kopi hangat, sungguh nikmat bukan. Dari arah depan dilihatnya gadis SMA wajah layaknya anak SD berjalan kearahnya dengan tatapan sangat kesal. Seragamnya yang tadi basah sudah terganti dengan hoddie abu-abu kedodoran di badan gadis mungil itu. 

Tangan Laskar memberikan secangkir coklat panas "Minum"

Kedua mata gadis itu menatap Laskar. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Tidak ada dari mereka yang memulai pembicaraan lagi. Keduanya hanyut dalam suasana sore ini. 

"Kakak itu aneh" Gadis itu berucap tiba-tiba. Ia memutuskan kontak mata dengan Laskar. Matanya berali menatap ke arah jendela memandangi rintikan hujan yang membasahi kota ini. 

"Jadi gimana?" 

"Bantu aku ya kak"

"Bakalan aku bantu sebisa mungkin ya La. Mau muali dari mana?"

"Ga tau"

"Di sekolah udah belajar sampek mana aja"

"Mana ya kak aku ga tau" ucap Lola yang nampak kebingungan

Laskar menghela napasnya "2 minggu lagi bukannya kamu udah try out?"

"Iya"

"Pelajaran yang kamu suka apa"

"Tidur"

"Oke kita belajar matematika dulu"

"KAK!" 

Laskar melirik gadis didepannya ini. Wajahnya terlihat sangat kesal. 

"Kenapa?"

"Jangan MTK gw ga suka kak susah"

"Katanya mau dibantu"

"Iya tapi jangan MTK buat pembukaannya susah gw ga bisa"

Laskar menatap gadis didepannya ini. Dicondoknannya badannya sehingga wajahnya lebih dekat dengan gadis ini "Bukannya lo ga bisa Lala, cuma kurang usaha aja"

Laskar mengeluarkan setumpuk buku tebal dari tasnya. Diletakkannya dim meja depan gadis itu. Mata gadis itu melotot lebar melihat tumpukan buku yang dikeluarkan Laskar. Helaan napas panjang berkali-kali terdengan keluar dari hidungnya. Digeletakkannya kepalannya di meja itu. Dihentak-hentakkan kakinya dibawa meja. Laskar yang melihat itu memberantakkan rambut gadis itu dengan pelan.

"Jadi gini La cara untuk mencari nilai tengah atau x itu pakek rumus batas atas ditambah dengan batas bawah dibagi dua....." Laskar menjelaskan panjang lebar kepada Lola. Sedangkan gadis dedepannya ini berusaha memahami apa yang dikatakan oleh Laskar. Tapi tetap saja apa yang dijelaskan oleh Laskar snagat sulit untuk diterima oleh otaknya.

"Kak aku gapaham" gadis itu menatap Laskar dengan wajah frustasi

Laskar menghentikan penjelasannya. Dipandanginya gadis didepannya ini. Ia berdiri dari bangkunya dan berpindah duduk disebalah gadis itu. Ditariknya pelan buku itu agar bisa dilihat dengan jelas oleh Lola.

"La coba deh lo lebih rileks, buang pikiran kalo MTK itu susah. Sekarang atur napas kamu dan buat diri lo lebih enjoy dan santai"

Laskar memperhatikan gadis disebelahnya ini yang terlihat berusaha memfokuskan dirinya. Setelah memastikan gadis itu lebih enjoy dan santay ia kembali memuka buku pelajaran itu.

Laskar membolak-balikan buku itu "Gw jelasin lagi ya" 

"Jadi La, kalau seumpama kamu nemuin soal mengenai bagaimana caranya mencari nilai tengah kamu bisa pakek rumus ini. Dimana batas atas ditambahkan dengan batas bawah, hasilnya itu nantik dibagi 2. Sekarang kamu coba kerjain soal nomor 43 ini"

"Ka-"

"Pasti bisa" sela Laskar dengan cepat

Gadis itu mengambil buku di depannya itu. Tangnnya mulai menuliskan angka-angka dari soalnya. Berkali-kali tangannya membolak-balikkan buku tebal milik Laskar itu. Bulpen ditanggannya pun juga berkali-kali ia ketukkan pelan di meja. Sudah 15 menit lamanya gadis itu mencoba memecahkan soal yang diberikan oleh Laskar.

"Kak" gadis itu memberikan hasil yang ia kerjakan kepada Laskar

Tangan Laskar mengambil buku yang berisi jawaban dari gadis itu. Dilihatnya jawaban yang dituliskan oleh Lola. "Bener kok La, apa yang aku bilang kamu itu pasti bisa. Cuma kamu males aja, Matematika tuh harus banyak berlati Ci supaya bisa. Emang harus banyak latihan soal juga. Sekarang kan kamu udah bisa coba nih kerjain soal nomor lainnya"

Lola menatap Laskar. Kata-kata yang terucap dan keluar dari mulut laki-laki itu entah mengapa membuatnya senang seperti terasa tersihir. Gadis itu mulai mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh Laskar. 

Cantik, batin Laskar.

"Kak ini gini engga sih kok kau bingung"

Laskar segerah mengembalikan kesadarannya saat mendengar suara Lola yang memanggil dirinya. dilihatnya gadis itu yang kebingungan dengan bolpen yang ia ketukan di kepalanya. 

"Jadi gini La kan ini ada 141-145 untuk yang bawahnya itu 141 jadi untuk batas bawanya itu 141-0,5 jadinya 140,5 sedangkan atasnya 145 ditambah dengan 0,5 jadinya batas atasnya 145,5. Jadi setiap mencari batas atas itu bakalan ditambahkan 0,5 tapi kalo batas bawah itu dikurangin 0,5. Paham?"

"Ahh iya Lola paham"

"La kalo emang udah capek jangan dipaksain ya"

"Engga kak Lola masih mau coba" ucapnya tanpa memperhatikan lawan bicaranya 

Laskar tersenyum melihat Lola. Gadis itu mulai mengerjakan kembali latihan-latihan soal yang diberikan oleh Laskar. Bolpen ditangannya bergerak kesana kemari menulis belasan hingga puluhan angka dikertas putih itu.  

****************

Halloo guiss terimakasih buat kalian yang udah membaca

Jangan lupa buat vote sama comment juga ya <3

See u next week!

/A.KA.RA/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang