15. Pesan

7 2 0
                                    


Angin sepoi-sepoi malam berhembus kesana kemari. Gadis itu duduk bangku meja belajarnya menghadap jendela kamarnya. Udara malam masuk sangat terasa menusuk ke tulang-tulangnya. Dieratkannya hoodie abu-abu itu pada tubuhnya. Tangannya bergerak kesana kemari sibuk membola-balikan bukunya. Tinta hitam pun juga tercetak jelas dikertas putih. Jam dinding dikamarnya sudah menunjukkan pukul 23.40, tapi gadis itu masih sibuk sendiri. Selesai belajar dengan Laskar tadi, ia segera membersikan badannya dan memutuskan untuk melanjutkan belajar tentang materi sekolahnya. 

Tumpukan buku-buku pelajaran terlihat berjejeran di depannya. Buku itu terlihat sedikit berdebu. Ya bagaimana tidak sedikit berdebu, menyentu bukunya saja Lola tidak pernah. Itu dulu, sekarang beda lagi. Gadis itu mulai memutuskan tekatnya untuk mulai serius dengan studi belajarnya. Ponsel pintar bewarna silver itu bergetar. Terlihat disana terpampang nama Elvan. 

"Apaan" tombol hijau itu digeser oleh Lola

"Ngapain lo" 

"Hmm" Laki-laki disebrang sana diam tidak mengucapkan sepata kata lagi. Sedangkan gadis itu tidak perduli dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Lol ngomong kek"

"Apaan Van"

"Gue gabut, main yok"

"Ga mau" tangan gadis itu terhenti

"Kenapa  coba, lo biasanya juga oke-oke aja" bukan berati mereka main malem akan pergi ketempat haram ya guys. Mereka sering melakukan hal-hal konyol tengah malem, seperti pura-pura menjadi hantu di jalan dan membuat kekonyolan lain.

"Elvan lo ganggu gue aja tau ga sih" ucap Lola dengan nada keras. Emang selalu seperti itu ya guys, saat kita lagi serius-seriusnya ada aja gangguan dari goib. 

Elvan bingung apa yang sebenarnya Lola lakukan " Lo emang lagi ngapain sih, gw tambahin Caca sama gayatri?"

"Hmm"

"Halooo gaisss"

"Lah gak diangkan sama Gayatri"

"Belajar Gayatri mah" ucap Caca

"Ngapain sih telpon kalian mah, gabut pasti"

"Ga tau tuh nih Elvan tiba-tiba nelpon"

"Haut nih anaa" ucap Caca tidak jelas

"Ngomong apaa sih lo Ca"

"Gw lagi maskeran" ucap Caca dengan sedikit tidak jelas 

"Kirain ngomong sama kembaran lo tikus"

"Tau ah gw males, dah bye" Caca mematika telpon itu sepihak sehingga hanya meninggal Lola dan Elvan

"Ye kurang ajar tuh anak, Lol lo ngapain sih" 

"Lo tau gak gue lagi mencoba yang lebih baik Van!" jawab Lola dengan penuh penekanan 

"Hala apaan sih lo kaya iya banget kek orang sibuk" ucap Elvan dengan nada bercanda

"Ye kurang asemu lu males gw gw like banget"

"Hahaha canda Lol"

"Gw lagi belajar Van" ucap Lola dengan nada cukup serius

"Ha belajar apaan kek iye aja lo Lol" Laki-laki disebrang sana menggelengkan kepalanya tidak percaya

"Ah males ah lo Van gw nih mau berubah dibantu kek" 

"Hahaha iya Lol semangat belajarnya, gw matiin ya mau tidur dah ngantuk gw. Night Lol"

"Haha makasih Van, babay" Gadis itu mematikan telponnya. Dilihatnya layar ponselnya itu, terlihat satu pesan yang masuk.

Laskar
Tidur Lala

Iya ini mau tidur

Laskar
Jangan boong buruan masuk nantik masuk angin

Sok tau

Laskar
Liat kedepan coba
Buruan

Read

Kedua mata gadis itu reflek mengalihkan matanya ke arah depan setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Laskar. Di depan sana terlihat laki-laki dengan jaket hitam yang melekat ditubuhnya. Tangannya laki-laki itu melambai-lambai ke arah Lola memberitahukan kalo dirinya ada disana. Gadis itu tersenyum melihat Laskar disana. Laki-laki itu memberikan kode kepada Lola untuk mengangkat telpon dirinya. 

"Halo kenapa kak"

"Kenapa ga tidur hmm, nantik masuk angin masuk La terus sakit"

"Iya kak entar" gadis itu malah meletakkan dagunya di cendela 

"Tutup cendelanya"

"Ngapain kakak kesini malem-malem"

"Mumpung lewat"

"Ohh kirain" 

"Kirain apaa? kangen gitu?" ucapnya dengan nada yang sedikit mengejek

"Ishh ngeselin banget" Gadis itu mengangkat tangan ke atas seperti ingin memukul Laskar

"Hahaha mukulnya besok aja ga nyampek soalnya"

"Tau ah males sama kakak"

"Emang kalo gua kangen sama lo boleh?" 

Lola seketika mengangkat kepalanya. Badannya berdiri tegak setelah mendengarkan perkataan Laskar. Dia tidak menjawabnya, otaknya tidak bisa diajak berpikir seketika. Laskar tersenyum melihat gadis itu dari arah luar. 

"Heheh bercanda La, ngga usah dipikirin ya cantik sekarang tidur ya tutup cendelanya nantik masuk angin"

"Iy.."

"La 520 " Laskar mematikan telpon itu sepihak

Bisa dilihat disana gadis itu masih tidak bergerak dari tempatnya. Telpon abu-abu miliknya pun juga masih bertengger mansi ditelingahnya, padalhan sambungan telponnya sudah dimatikan oleh Laskar. Laskar melihat gadis itu sebentar kemudian menaiki motor kesayangannya. Ditancap gas motornya itu meninggalkan rumah gadis itu.

Gadis itu masih mematung. Padalhan Laskar telah pergi dari depan rumahnya. Tangannya turun memegang dadanya. Bisa dirasakan dadanya berdegub dengan kencang. Napasnya pun juga terasa tidak karuan. Perutnya terasa tergelitik seperti ada puluhan kupu-kupu berterbangan. 

"ARGHHHH" Kedua tangannya menarik pelan rambutnya hingga berantakan dan menutupi wajahnya. Diketoknya pelan ke dinding berkali-kali. Kejadian barusan masih teringat jelas dipikiran gadis itu. Dia sangat malu pasti tadi wajahnya sangat merah. Bagaimana kalo Laskar melihat rona merah diwajahnya. Tapi kan jarak Laskar dengan dirinya jauh. Assh sudah lah dirinya sudah lelah. Wajahnya tertekuk, tangannya membersikan tumpukan buku yang berserakan dimana-mana. Ia tatakan kembali ke tempat asalnya hingga rapi. 

****************

Halloo guiss terimakasih buat kalian yang udah membaca

Jangan lupa buat vote sama comment juga ya <3

See u next week!

/A.KA.RA/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang