"Udah beban keluarga, beban pikiran lagi"
"Kaki lo gimana Lol"
"Ya sakit lah pakai tanya lagi"
Setelah kejadian perdebatan Lola dengan sih bocah tengil arka, Gayatri dan Caca membawa bocah itu keluar terlebih dahulu dan memberikan Elvan ruang untuk berbicara empat mata dengan Lola.
"Lol gue bener-bener minta maaf ya suer deh Lol gue gatau kalo kejadiannya bakalan kek gitu"
Lola membenarkan posisi duduknya agar bisa berhadapan dengan sahabatnya ini. Ditatapnya datar wajah Elvan kali ini. Kedua tangannya Ia lipat di depan dada.
"Gue marah sama lo Van...."
"Ihh maafin Lol"
"Ihh jangan nyelah gue mau ngomong dulu"
"Ya maap"
"Gue marah males pokoknya sama lo so.."
"Lol"
Bantal putih yang tadinya berada di pangkuan gadis itu, dengan hitungan detik sudah melayang di kepala Elvan.
"Gue heran deh Van gue kesel sama lo tapi kenapa sekeselnya gue sama lo semarah apa pun itu pasti ga bisa bertahan lama anjir gue sampai kesel sama diri gue sendiri. Tau ga sih pengen rasanya gue buang lo dari puncak gunung rinjani"
Lola mengeluarkan semua keluh kesalnya kepada Elvan. Sedangkan Elvan tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu. Tangan kekar itu terangkat memeluk sahabat bar-barnya. Dengan senang hati Lola membalas pelukan itu, sehingga tubuh mungilnya seperti hilang tertutup badan kekar dan bidang Elvan.
"Ihh Gayatri liat masa mereka berdua peluk-pelukan" Caca sedikit merasa cemburu dengan dua sejoli tersebut.
"Apa lo Ca"
"Kan Caca juga mau peluk ih" ucapnya seraya menggangkat kedua tangannya dan berlari memeluk Elvan dan Caca
"Gat sinii"
Gadis itu berjalan pelan menghampiri ketiga sahabatnya ini dan dipeluknya dengan erat
"Eh anjir sesek woii ini, kaki gue juga sakit"
Jam dinding di kamar itu berdetak kencang memenuhi ruangan abu-abu yang sunyi itu. Suara teriakan yang tadinya memenuhi ruangan itu berubah menjadi sunyi. Lola duduk di dekat jendela. Kepalanya terangkat menatap indah bintang-bintang di langit malam ini. Pikiran gadis itu berkelana kemana-mana. Dia bingung dengan semuanya. Perasaannya pun juga terasa campur aduk.
"Huhhhh" helaan napas keluar dari mulut gadis itu
"Lola"
Gadis itu terkejut mendengar suara dari arah belakangnya. Badannya berputar melihat dari asal mula suara itu.
"Ih papa Lola kaget"
"Kamu ngapain hmm" ucap laki-laki tua itu menghampiri anak bungsunya yang termenung di dekat jendela. Gadis itu menggelengkan kepalanya menanggapi papanya. Matanya masih asik menatap langit malam itu.
"Tidur La nanti kamu masuk angin"
"Pa"
Gadis itu terdiam sejenak. Matanya menatap fokus ke jendela luar. Andreas masih senantiasa menunggu ucapan dari anak bungsunya ini.
"Pa kasih Lola waktu ya, Lola mau buktiin ke papa. Biar papa ga malu punya anak kayak Lola"
Andreas terkejut dengan perkataan anaknya ini. Hatinya juga terasa ngilu saat mendengarkan anaknya mengucapkan kalimat terakhirnya itu. Diputarnya badan anaknya itu agar menghadap dirinya. Dipeluknya badan mungil Lola dengan penuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
/A.KA.RA/
Teen FictionLola Alicia Smith biasa disebut Lola tumbuh dalam keluarga Smith. Gadis yang memiliki tingkah laku yang bisa membuat siapa saja geram dan juga selalu diremehkan oleh banyak orang. "Aku itu bagaikan akara bagi kamu" Update 2 minggu sekali setiap har...