Two

157 12 1
                                    

"Ayah ..."

laki-laki yang sebelumnya menjadi saksi akan pembunuhan tidak disengaja itu hanya bisa meneteskan air mata. Dia mengusap kepala adiknya yang berlumuran darah itu lalu menangis. "Mika ... seharusnya kakak melindungimu."

"Anak itu memang sudah tidak pantas untuk hidup." jawab Tsurugi membuat Lucky menghentikan tangisnya dan menatap ayahnya.

"Lihat apa yang ayah lakukan!"

"Apa karena dia hamil di luar nikah, ayah tega menghabisi nyawa Mika? Dia anak ayah ...." Lucky berdiri, dan menatap tajam ke arah pria paruh baya itu.

"Dia sudah menodai dan membuat malu nama baik keluarga kita! Dia memang pantas mendapatkan semua ini. Lagipula, bukankah semua hal tadi adalah ketidaksengajaan?"

"Ayah salah. Disengaja atau tidak disengaja, ayah sama saja telah melakukan kesalahan! Aku ... aku akan melaporkan ini ke pihak berwajib!" Lucky segera pergi ke luar ruangan itu. Namun, Tsurugi mengejarnya.

"Lucky!" Tsurugi segera menarik kerah baju Lucky dan menyeretnya ke dapur. Meski sudah agak tua, sang Ayah memiliki tenaga yang masih besar sehingga mampu menyeret Lucky saat itu.

Setelah itu, Tsurugi menodongkan senjata api ke arah anak laki-lakinya itu. Dia menyimpan sebuah senjata api di dapur, dan itu akan ia gunakan untuk mengancam putranya.

"Dengar! Jika kau tidak ingin mati seperti adikmu, maka tutuplah mulutmu!"

"Ayah,"

"Kau mau mati atau tidak?" Tsurugi bersiap menekan pelatuk pistolnya.

"Lebih baik aku mati daripada harus menyimpan rahasia yang akan membuat aku menyesal selamanya!" Lucky menatap sang Ayah dengan muka serius. Sementara tangan kirinya sedang berusaha meraih sesuatu.

Tsurugi bersiap untuk menembak. Namun, sesaat dia diam dan memandang wajah anak laki-lakinya itu. Tidak mungkin ia melenyapkan putranya. Tetapi ini adalah satu-satunya jalan agar dia tidak mendapat masalah dari pihak kepolisian.

Sementara Lucky berusaha meraih sebuah pisau buah. Setelah berhasil meraihnya, Lucky melempar pisau itu dan akhirnya pisau itu melukai pipi Tsurugi.

Senjata di tangan Tsurugi jatuh seketika. Lalu segera Lucky mengambilnya lalu mengarahkannya ke kepala Tsurugi.

" L-lucky ..." Tsurugi tidak menyangka Lucky akan melakukan itu. Tsurugi benar-benar ketakutan saat Lucky akan bersiap menembaknya.

"Ayah ... Aku minta maaf! Aku sebenarnya sangat sayang pada ayah, tapi ... aku harus melakukan ini."

DOR!

Lucky menembak Tsurugi tanpa aba-aba. Dia memejamkan matanya saat peluru itu akan menembus kepala laki-laki tua itu. Setelahnya, Tsurugi pun meninggal saat itu juga.

Lucky gemetar dan menjatuhkan pistol itu ke lantai. Dia tidak percaya sudah melakukan hal seburuk ini. Ia tak tahu harus berbuat apa. Hatinya dipenuhi dengan ketakutan.

Lucky kembali keruangan di mana mayat Mika tergeletak. Dia segera mengubur tubuh adiknya itu di halaman belakang rumah.

"Kakak minta maaf, Mika! Seandainya kakak ada saat itu untuk melindungimu, kau pasti ..." Lucky menunduk.
"Semua ini pasti tidak akan terjadi padamu."

Kemudian Lucky menyeret mayat ayahnya dan membiarkan mayat itu tergeletak di sebuah gudang. Dia terlalu lelah untuk menggali tanah di halaman belakang rumah.

Setelah semua kejadian tragis itu, Lucky membersihkan jejak darah di lantai dan dinding, juga segera membersihkan dirinya.
Dia memasukkan pakaiannya dalam mesin cuci lalu pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri.

Hatinya tetap saja tidak bisa tenang. Semua kejadian tadi selalu terpikir olehnya.

Tiba-tiba handphonenya berdering.

LOVE ❤️

Namun, dia tidak mau mengangkatnya.
Beberapa kali handphone itu berdering, dan itu adalah panggilan dari pacarnya. Akhirnya Lucky pun mengangkat telepon tersebut.

To be continued

Terjebak?Where stories live. Discover now