Six

73 7 0
                                    

Kabar pembunuhan Stinger merupakan tugas baru bagi dua dokter wanita cantik bernama Umika dan Tsukasa.

"Umika, apa kita punya tugas lagi?" keluh Tsukasa pada rekan kerjanya itu.

"Memang benar." jawab Umika sambil membereskan beberapa berkas.

"Yah ... bisa-bisanya ada tugas baru."

"Daripada kau mengeluh seperti itu, lebih baik bantu aku mengerjakan beberapa hal. Lagipula, tugas kali ini sangat mudah."

"Aku akan membantumu membeli segelas kopi." Tsukasa bercanda.

"Aku sedang serius." Umika mulai kelihatan marah.

"Iya, iya! Katakan, apa yang bisa aku bantu?"

"Aku sudah menemukan pemilik sidik jari pelaku." Umika menatap Tsukasa, "lebih tepatnya si tersangka."

"Oh ya? Kalau begitu beritahu Kairi untuk melacak alamatnya."

Sesaat Umika terdiam. Dia kemudian menatap Tsukasa dengan tajam.

"Aku rasa, kita bisa memecahkan kasus ini tanpa Kairi."

"Ayolah! Kalian sudah tunangan. Untuk apa kau berusaha menjauhi Kairi?"

"Kau pikir pertunangan itu membuatku bahagia? Aku terpaksa. Aku juga sama sekali tidak mencintai Kairi!"

"Dengar, cinta akan datang suatu hari nanti. Cobalah dekati Kairi. Perlahan kau pasti mencintainya. Ayolah, apa susahnya? Aku pikir Kairi mencintaimu. Jadi, santai saja!" Tsukasa menepuk bahu rekannya. "Lagipula jangan bawa masalah pribadimu dalam pekerjaan."

"Tidak! Aku tidak ingin bicara dengannya. Lagipula kau mengatakan itu karena kau beruntung dapat bersatu dengan orang yang kau cintai."

Tsukasa hanya tersenyum, "baiklah, terserah kamu."

Umika mengangguk. Dia menghela nafas kemudian.

"Kalau begitu langsung pada pertanyaan. Siapa pemilik sidik jari tersebut?"

"Dari hasil pemeriksaan saya, pemilik sidik jari ini bernama Lucky."

" Lucky? Ah, nama yang lucu."

***

Sementara itu, Lucky sedang menuju kampus lalu dihampiri oleh Eris.

"Lucky!!!"

"Eris?"

"Kau baru sampai?" tanya Eris. Lucky hanya mengangguk.

"Apa kau mau permen?" Eris menawarkan, "katanya kamu suka permen ini."

"Tidak, terimakasih!" Lucky kemudian melangkah menjauhi Eris.

"Ayolah! Coba sekali saja! Kau pasti suka."

" Tidak. Aku tidak mau!" Tolak Lucky yang kemudian dihampiri oleh Hammy.

"Sayang!" Hammy berlari ke arah Lucky dan memeluknya.

"Hammy,"

"Ayo, kita ke kelas!" Hammy menarik tangannya, lalu pergi.

"Baiklah!"

"Kau tau, aku merindukanmu walau sehari tidak bertemu."

"Aku juga, sayang."

***

"Ih ... si Hammy muncul lagi. Sampai kapan wanita itu berpacaran dengan Lucky? Semoga di waktu mereka putus, aku akan menggantikan posisi Hammy di hati Lucky!"

"Eris!" Naga datang. Dia mengejutkan Eris.

"Kamu?"

"Aku minta permennya, dong!" Naga kini memasang muka sok imutnya.

"Sudah habis. Kau terlambat."

" Yah ... Aku pikir, barusan tadi kau menawarkan permen untuk Lucky."

"Aku sudah memakan permennya."
Eris menjauhi Naga.

"Kau mau ke kelas bersamaku?" Naga mengikuti Eris. Eris tidak menjawab.

"Nanti kita ke kantin, ya? Aku yang traktir." Naga menawarkan. Eris tetap tidak menjawab.

"Dari tadi kamu diam saja. Apa kamu sedang sakit gigi?"

"Diam!!!!" Eris marah dan melihat Naga. "Kenapa kau selalu mengikutiku? Tidak ada hari dimana tidak melihat wajah menyebalkanmu itu!"

"Jika aku tidak ada, kau pasti akan merindukan aku, bukan?" Naga bercanda.

"Tidak! Aku sama sekali tidak akan merindukan dirimu! Lebih baik kau mati, setelah itu kau tenang dan damai di alam sana. Dan akhirnya aku pun bahagia setelah kepergianmu!"

Naga tertawa, "aku ingin ke surga bersamamu. aku tidak akan bahagia di alam sana tanpamu!"

"Terserah! Mulai sekarang jangan mengikuti aku lagi!"

"Aku tidak akan berhenti mengikutimu," Naga menyilangkan tangan di dadanya.

"Kenapa? Hah?!" Eris mulai kesal.

"Karena aku mencintaimu!" Naga berteriak.

Dunia seakan berhenti setelah Naga mengatakan hal itu. Eris diam menundukkan kepalanya.

"Ya, Eris! Aku mencintaimu." Naga mendekati Eris dan mulai memojokkannya di dinding ruangan, "aku mencintaimu, Eris!"

Eris tersenyum sinis. "Kau mencintaiku? Hah ... Lucu sekali." Eris tertawa.

"Apa kau pikir ini lucu?"

"Ya, lucu sekali. Kau mencintaiku dan aku sama sekali tidak mencintaimu!" bentak Eris.

Naga hanya diam.

"Aku tidak mencintai orang lugu, polos, konyol, dan menyebalkan seperti dirimu! Simpan saja cintamu untuk orang lain!"

"Cintaku hanya untukmu,"

"Terserah! Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mencintaimu!"

"Suatu hari, kau pasti akan mencintaiku, Eris!" Naga tersenyum.

"Tidak akan!"

"Kau pasti akan mencintaiku! Lihat saja nanti!"

"Terserah!"

Eris berlari menjauhi Naga. Dia sudah tidak tahan menghadapi laki-laki menyebalkan itu lalu menuju kelasnya.

"Kau pasti akan jatuh cinta padaku, Eris!" Naga tersenyum lalu menuju kelasnya.


To be continued ️❤️

Terjebak?Where stories live. Discover now