Seven

55 7 0
                                    

Hammy bukan hanya pacar Lucky, dia juga teman Mika, adik Lucky.

Hammy mulai merasa ada yang aneh. Mika akhir-akhir ini selalu tidak hadir di sekolah. Kemudian, saat Hammy menelponnya, Mika tidak mengangkatnya.

Untuk menanyakan keadaan Mika, Hammy menelpon kakak Mika, yakni pacarnya sendiri.

"Sayang,"

"Ya?"

"Apa aku boleh berkunjung ke rumahmu malam ini?"

"U-untuk apa?" Lucky seketika gugup.

"Aku hanya ingin menemui Mika. Kenapa dia tidak hadir di kampus akhir-akhir ini?"

"Oh, itu? Aku rasa kau tidak perlu datang ke rumah malam ini."

"Kenapa?"

"Sebenarnya, Mika hanya sakit demam. Jadi, dia tidak bisa ke kampus untuk saat ini."

"Tapi ..."

"Katakan saja salammu pada Mika. Nanti aku sampaikan."

"Baiklah! Aku titip salam buat Mika. Semoga cepat sembuh untuknya."

"Iya. Nanti aku sampaikan. Terimakasih."

***

Sementara itu, Umika dan Tsukasa menunggu jemputan mereka. Tiba-tiba mobil berwarna hitam datang.

"Aku rasa, jemputanmu sudah tiba." Tsukasa menatap Umika.

"Oh ya?"

Seseorang laki-laki turun dari mobil, "Umika? Bagaimana? Apa kau sudah lama menunggu."

Umika hanya menggeleng.

"Baguslah kalau begitu. Ayo, masuklah!" Laki-laki berambut hitam kecoklatan bernama Kairi itu mencubit pipi Umika.

Ya, Kairi adalah tunangan Umika. Pertunangan itu terpaksa dijalani Umika karena masalah keluarga.

Umika sama sekali tidak mencintai Kairi. Namun, dia harus menerima itu untuk menuruti permintaan seseorang.

"Tsukasa, kami duluan, ya?" Umika tersenyum

"Baiklah!" Tsukasa mengangguk

***

Setelah Umika dan Kairi pergi, Tsukasa tinggal sendiri. Kemudian, Keichiro datang dengan sepeda motornya.

"Akhirnya kau datang!" Tsukasa cemberut, "kau selalu saja telat."

"Maaf, sayangku. Aku tadi sibuk."

"Ok, aku mengerti kok!" Tsukasa tersenyum sambil mengacak-acak rambut tunangannya.

"Apa kau rindu denganku?" Keichiro menatap Tsukasa kemudian mencubit hidungnya, "aku benar-benar merindukanmu walau hanya sehari belum bertemu."

"Aku juga merindukanmu, apalagi tahi lalat di mukamu itu." Tsukasa mencium pipi Keichiro.

***

Di perjalanan, Kairi dan Umika hanya duduk tanpa bicara.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Kairi memulai percakapan.

"Seperti biasa."

"Apa kau sudah menemukan petunjuk tentang pelakunya?"

"Belum." jawab Umika singkat.

"Oh ya? Biasanya kau dan Tsukasa sudah menemukan petunjuk tentang sebuah kasus hanya dalam beberapa hari. Tapi ini? Sudah hampir satu minggu."

Umika diam.

"Apa kamu punya kesulitan dengan pekerjaanmu?"

Umika hanya diam.

"Jika kau punya kesulitan, kau bisa meminta bantu padaku."

Lagi-lagi Umika tetap diam.

"Aku bersedia membantumu, kok!" Kairi tersenyum.

Umika tidak merespon

"Ayolah, sampai kapan kau bersikap seperti ini padaku? Aku ini tunanganmu, Umika!"

Umika tetap diam, dia bahkan tak menoleh ke arah Kairi sedikit pun.

"Dengar, malam ini aku ingin kita makan bersama. Kau bersiaplah!"

"Hentikan mobilnya!" Umika menyuruh Kairi.

"Maksudmu?"

"Aku ingin turun!" Nada suara Umika meninggi.

"Tapi,"

"Hentikan! Aku ingin naik taksi saja!" Umika terdengar seperti sedang marah.

"baiklah, kalau itu maumu ..."

Mobil berhenti. Umika turun dari mobil lalu menuju trotoar.

"Apa perlu aku pesan taksi online?"

Umika tidak menjawab.

Dalam hati, Kairi hanya bisa membatin, "kenapa Umika sama sekali tidak peka terhadapku?"

***

"Bagaimana harimu, sayang?"

"Lumayan! Lumayan bagus."

Terlihat sepasang kekasih berpelukan dan mengendarai sepeda motor yang sedang melaju.

Ya, Tsukasa dan Keichiro. Mereka membicarakan banyak hal tentang hari-hari mereka selama perjalanan kecil itu.

***

Malam itu, Lucky terkejut dengan kedatangan Hammy yang secara tiba-tiba ke rumahnya.

To be continued

Terjebak?Where stories live. Discover now