Makan bersama

113 3 0
                                    

Kamu terbangun dari tidur.

Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhmu, seperti habis berlari dari sesuatu.

Kamu langsung mengecek keadaan sekitarmu dan dirimu sendiri.

David tidak ada di ruangan. Rantai yang dilepas sebelumnya telah kembali ke tanganmu, namun kali ini ada perban yang dibalut dibawah belenggu itu.

Sambil mengatur nafas, kamu berusaha untuk lebih tenang.

"Calm down [], ini kesempatan. Mumpung orang gila itu lagi nggak ada"

Kamu mencoba untuk pindah dari tempat tidur, kemudian kamu menyadari rantai yang mengikatmu tidak lagi menahan tubuhmu untuk tetap di tempat tidur.

Rantai itu cukup panjang, dan sepertinya ada sebuah mekanisme yang bisa menarik dan mengulurkan rantai.

"Kalau aku bisa lepas dari lantai ini, aku bisa kabur dari dia"

Kamu mengecek dibalik tempat tidur. Sebuah tongkat terlihat dari balik bilik kasur. Kamu memperhatikan kabel atau apapun yang mungkin bisa memanjangkan atau bahkan melepas rantaimu.

Kamu mencoba untuk menggeser tongkat tersebut. Sedikit saja agar rantaimu tidak terlalu memendek.

Rantai memanjang. Kamu berhasil menemukan mekanisme agar bisa bergerak lebih leluasa.

Rantai yang mengikatmu cukup panjang untuk kamu berjalan sampai mendekati pintu. Jika rantai di kedua tanganmu terlepas, maka kamu bisa mencapai pintu keluar dari kamar ini.

Kamu berusaha mencari kunci atau sesuatu untuk bisa melepas belenggu di tanganmu. Kamu memerhatikan semua benda yang ada di ruangan.

Sebuah meja dan kursi makan yang ada di samping kasur. Kamu teringat David menggesernya lebih dekat untuk meletakan makanan dan minuman. Makanan yang seharusnya menjadi sarapan tidak terlihat dimanapun.

Sebuah lukisan yang terpajang di dinding, serta jam dinding yang tidak menyala adalah dua benda lain yang ada di ruangan itu.

Tidak ada benda lain yang terlihat berguna. Tidak ada benda yang terlihat dapat membantumu untuk melepas belenggu selain mekanisme yang ada di bawah kasur.

"Bagaimana kalau aku coba lepas ujung rantai yang di bawah kasur?"

Kamu kembali mengecek apakah ada yang bisa kamu ubah dari mekanisme tersebut, namun suara langkah David terdengar dari balik pintu.

Kamu kembali ke atas kasur namun lupa untuk memendekkan kembali rantai yang telah dipanjangkan.

"Siang, []. Akhirnya kamu bangun juga"

David memandangmu sambil tersenyum. Kedua matanya tertuju kepada matamu, membuatmu terperanjak dan sedikit panik.

"Maaf ya, aku bikin kamu ketakutan..."

"Daripada minta maaf, lepasin gue"

"Maaf..."

David mendekat menuju kamu. Dia membawa mangkuk yang sepertinya berisi bubur, beserta teko air dan gelas kaca.

Namun, baru selangkah ia mendekat, David menyadari rantai yang memanjang di samping kasur.

"Aah, kamu udah paham cara manjanginnya ya"

Kamu memandang ke arah lain dan menelan ludahmu.

"Nggak papa, aku sengaja bikin alatnya begitu biar kamu bisa lebih leluasa kok. Kamu boleh keliling kamar ini"

Kamu memandang David dengan amarah.

"Apanya yang leluasa? Apa yang lu lakuin ke gue, itu ngerampas kebebasan gue! Dasar gila!"

Kamu sudah tidak peduli dengan tata krama dan menggunakan cara bicara yang lebih kasar.

David meletakan baki yang ia bawa di atas meja. Lalu ia mendekatimu dan duduk diatas kasur. Kamu langsung bangkit dan menjauh hingga dinding menyentuh punggungmu.

"Jangan deka- uhuk! uhuk! guh-"

Gerakan yang tiba-tiba dan rasa terkejut membuat tenggorokan keringmu menjadi sakit.

David mengambil gelas air yang ia bawa bersama dengan bubur. Ia langsung mendekat dan mencoba memberikan gelas itu ke kamu. Tapi kamu langsung memukul tangan yang memegang gelas tersebut hingga gelas itu jatuh dan pecah.

David sedikit terkejut, tapi dia tidak berusaha mendekati kamu lebih dari itu. Entah karena dia tidak mau terkena pecahan gelas, atau alasan lainnya.

"Jangan bergerak dari situ, nanti kamu kena beling. Tunggu ya"

David keluar dari ruangan.

Kesempatan! Pikirmu.

Kamu mengambil pecahan gelas dan menyembunyikannya di balik kantung piyama.

Meskipun pecahan ini tidak bisa melepaskan belenggu, setidaknya aku bisa pakai untuk menyerang dia. Pikirmu.

Tidak lama David datang dengan membawa perangkat pembersih dan P3K. Sepertinya dia mau membereskan sisa kaca di lantai.

Begitu David mendekat, kamu langsung mengeluarkan kaca dari sakumu dan menusuk lengan David. Darah mengalir dari pecahan gelas tersebut.

Sayangnya, meski terluka David tetap bergeming seperti tidak merasakan sakit sama sekali. Akan tetapi kedua matanya membelalak dan melihatmu dengan tajam.

Kamu panik dan merasa ketakutan. Kedua telapak tanganmu yang digunakan untuk menyerang terpaku di depan dadamu, seperti mencoba untuk menangkis sesuatu.

David langsung meraih kedua tanganmu, lalu kamu mengeluarkan sedikit teriakan.

"Ah!"

"Tangan kamu luka!"

Seakan tidak peduli dengan dirinya sendiri, David lebih mengkhawatirkan luka di tangamu akibat pecahan gelas yang kamu gunakan untuk menusuknya.

Terperangah, kamu tidak dapat mengucapkan apa-apa.

David langsung merangkul tubuhmu, mengangkatmu kembali ke atas kasur dan segera mengambil kotak P3K yang ia bawa. Kamu yang masih ketakutan tidak dapat melakukan apa-apa selain diam dan memerhatikan.

David meraih tanganmu yang terluka dan bergetar, sambil meminta maaf dan memandangmu dengan penuh kasih sayang.

"a- uhuk!"

Kamu berusaha mengucapkan sesuatu tapi suaramu tertahan karena tenggorokan yang kering.

"Maaf ya, kamu jadi ga sempet minum gara-gara gelasnya jatuh. Nanti aku ambilin minum yang baru"

"Buat sekarang, kamu tahan dulu ya dengan ini"

David mengambil teko air yang dia bawa sebelumnya. Meneguk langsung air yang ada di dalamnya.

Dengan gerakan yang sangat cepat, ia merangkulmu kembali, memegang wajahmu dan mengangkatnya keatas.

Gluk

Air yang kamu teguk terasa hangat, bersamaan dengan hawa hangat yang terasa di wajahmu.

Kamu tidak dapat mengelak David sama sekali. Kamu tidak menyangka sama sekali David akan memaksamu meminum air dari mulutnya.

Kamu berusaha mengeluarkan air itu dari mulutmu, namun karena posisi kepalamu yang mengadah, kamu terlanjur menelannya.

"Gagh!"

Bajumu sedikit basah dari air yang tidak masuk ke mulutmu. Air mata sedikit mengalir dari matamu.

"Maaf, kalau nggak begini pasti kamu ga akan minum"

Masih terkejut, kamu tidak bisa memberikan respon selain batuk terus menerus.

Rasa kesal dan muak bercampur, namun sebelum kamu bisa mengumpulkan fokusmu, David sudah beranjak keluar ruangan.

Dengan tanganmu yang diperban dan basah, kamu mengusap-usap sensasi di wajah dan bibirmu. Air mata membasahi pipimu kembali.

Kenapa... kenapa ini terjadi padaku...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Private TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang