Bumi Mahesa

99 20 28
                                    

"Hime, hime! Hime! Suki, suki, daisuki hime!" pemuda berambut wolfcut itu terus melompat-lompat sambil menyanyikan sebuah lagu dari anime favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hime, hime! Hime! Suki, suki, daisuki hime!" pemuda berambut wolfcut itu terus melompat-lompat sambil menyanyikan sebuah lagu dari anime favoritnya.

Ia mengambil gitarnya yang ada di pojok ruangan. Berlari kecil kearah laptopnya yang sejak tadi memutar lagu. Ia pun mematikannya dan mengganti lagu tersebut dengan sebuah lagu dari boyband Korea, TXT.

"I say run!
Micemah keukeh usoco! Nemonemoni good bye! I say run!"

Pemuda itu menghela napas terlebih dahulu, lalu bernyanyi dan memainkan gitarnya lagi secara asal.

"Teu tadi doro ujimah, desoni hani bet!
I'm a loser! I'm a loser!
Lover with dollar sign is a loser! "

Ya, dia bernyanyi dengan lirik asal-asalan, kecuali bagian bahasa inggrisnya. Seperti realita setiap kpopers, mereka hanya akan bernyanyi sesuka hati meski tidak hafal lirik. Yang terpenting, mereka bisa bahagia dan menjadikan hal tersebut sebagai healing.

"Bumi!"

Pemuda itu melotot, melepaskan gitarnya secara spontan. Gitar itu langsung terjatuh ke lantai, pemuda yang dipanggil Bumi tadi tampak masa bodo, dia kini buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia bersembunyi dibaliknya.

Brak!

Tubuh Bumi tersentak, ini adalah hal yang biasa baginya, lalu mengapa ia belum kunjung bisa beradaptasi?

Sosok yang menggebrak pintu tadi langsung melangkah cepat, menghampiri Bumi. Wajahnya tampak memerah, pertanda ia tengah marah. Ia dengan penuh rasa kesal yang coba ditahan langsung menarik selimut yang menutupi tubuh Bumi.

Namun, Bumi tentu takkan membiarkan sosok itu berhasil melakukannya. Bumi menahan selimut yang menutupinya, mulutnya terus merapalkan sesuatu.

"Tolong, tolong, gue cuma pengen bebas."

Kalimat itu terus ia ucapkan secara perlahan. Wajahnya tampak ketakutan. Keringat mulai membasahi keningnya.

"Sudah kukatakan untuk tidak mendengarkan lagu-lagu seperti itu lagi! Kenapa kau begitu keras kepala!" bentak sosok itu. Ia yang tak berhasil membuat tubuh Bumi menjauh dari kasur dan selimutnya, kemudian pergi ke pojok kamar Bumi untuk mengambil sebuah sapu.

"Buka sendiri selimut itu atau aku akan memaksamu untuk
membukanya!"

Bumi masih saja merapalkan kata-kata tadi. Ia menggeleng keras dan semakin mengeratkan selimut tersebut ke tubuhnya.

"Baiklah, kau yang memilih, Bumi!"

Buk!

"Ah!"

Buk!

"Ah!"

"Buka atau aku pukul lagi kau!" ucap sosok itu dengan tatapan nyalang di wajahya.

"Aku tidak mau merubah apapun dari diriku, Ayah! Aku menyukainya!"

Sosok itu adalah Ayahnya.

"Sialan kau!"

Buk!

"Ahhh!" kali ini pukulan yang didaratkan Ayahnya lebih keras.

"Kau benar-benar memaksaku, Bumi! Kau adalah putraku satu-satunya, calon pewaris perusahaanku! Seharusnya kau bisa bersikap dan berpikir sepantasnya penerus tunggal keluarga kita, tapi apa yang kulihat? Kau membuatku malu!"

Buk!

"AH!" pukulan itu mengenai kepala Bumi. Bumi memegangi kepalanya erat. Air mata akhirnya meluncur karena rasa sakit yang teramat sangat.

Sementara sang Ayah melempar sapu itu dan pergi begitu saja. Tak memedulikan Bumi yang tengah terisak dan meringis karena luka di kepalanya kini.

Bumi tersenyum getir dibalik selimut itu, "Hekh, harusnya gue udah terbiasa sama ini. Ini adalah perlakuan yang gue dapat setiap dengerin musik 'kan?"

Ayah memang gak pernah sayang sama gue batin Beomgyu.

I'M A LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang