Gue udah bikin dosa sebesar apa, sih? Sampai dihukum segininya? Apa gue orang jahat?
-Bintang
"Bintang harus ngejalanin terapi, kaki kanannya sementara ini ...," Yudistira kemudian menatap Niko sendu. Hanya bisa diam, memutus ucapannya.
"Lumpuh?" ucap Niko pelan, sedikit gemetar.
"Ekhm ... ya, ta-tapi, gak akan lama, kecelakaan itu ngerusak beberapa syaraf di kakinya, tapi, gu-gue yakin, kok, kalau Bintang pas--"
"Ya, Bintang pasti sembuh, kita bakal jaga dia," potong Niko. Ia tahu, Yudistira pasti tengah mengkhawatirkan reaksi Bintang ketika siuman nanti, ia juga pasti takut akan kemungkinan terburuk, bahwa bisa saja lumpuh di kaki Bintang berakibat lebih fatal dari ini. Bukan hanya sementara, tapi ... selamanya.
"Lo tenang aja, kita ini sahabat Bintang, Yud. Lo tau kan? Kalau kita bakal saling jaga dan saling ngelindungin satu sama lain, jadi lo gk perlu khawatir. Bintang juga bakal semngat buat sembuh secepatnya, kok. Lo gak perlu khawatir, ok, besti!" hibur Niko pada Yudistira. Yudistira nampak lebih lega saat ini. Yudistira kini harus percaya, bahwa Bintang pasti mampu menghadapi semua dan pulih sepenuhnya. Ia dan ketiga temannya akan menemani Bintang sampai pulih. Ia akan membuat Bintang semangat dan bangkit.
"Efek obat biusnya sebentar lagi mungkin bakal hilang, mungkin bentar lagi Bintang bakal siuman," ujar Yudistira. Niko mengangguk.
"Woy, akhirnya sampai juga gue, haduh, hah, hah."
Yudistira dan Niko menatap kedatangan sosok itu dengan senyum terhangat. Akhirnya, yang ditunggu sejak tadi datang juga. Namun, ada yang sedikit menganggu dari munculnya sosok itu. Ia datang dengan kondisi yang cukup acak-acakan. Rambutnya yang berpotongan wolf cut nampak berantakan tak tertata. Bajunya juga nampak sedikit kotor. Sosok itu menghampiri Yudistira dan Niko. Masih sedikit terengah-engah, ia menangkap bahu Yudistira yang kini berdiri di hadapannya.
"Gi-gimana, hah, hah. Gimana sama Bintang, dia gak kenapa-kenapa 'kan?" tanya sosok itu.
"Ehm, dia ..." Yudistira menatap Niko sebentar. Niko tersenyum kecil.
"Duduk dulu, istirahat lo, Bum. Capek banget pasti lo lari-lari kesini," tawar Niko untuk mengalihkan topik.
"Bintang gimana, Nik?" sosok itu adalah Bumi. Dia terlihat sangat khawatir. Niko hanya terdiam begitupun Yudistira. Ada sedikit hal yang mengalihkan atensi Niko, yaitu sedikit bercak darah di dekat rambut Bumi. Ia mengernyit, apa yang terjadi pada Bumi? Apakah pemuda itu terluka?
"Lo gapapa?" tanya Niko, saat ia hendak menyingkirkan sedikit poni yang menutupi bercak darah itu, Bumi langsung menepisnya. Ia terlihat kesal.
"Lo apaan, sih? Gue tanya, Bintang gimana?"
Niko membisu, Yudistira yang awalnya juga hanya diam akhirnya buka suara.
"Bintang harus ngejalanin terapi, dia ngalamin kerusakan bagian syaraf di kakinya. Itu bikin dia ngalamin kelumpuhan sementara."
Bumi kini terpaku, tak mampu berkata-kata.
Namun, tak lama, ia memperlihatkan smirk nya. Tertawa kecil. Menatap Niko dan Yudistira.
"Semesta tuh curang banget, ya. Semua kesulitan dikasih ke orang gak berdaya kayak kita. Sementara orang yang dari lahir kaya, berkuasa dan sejahtera malah bahagia terus hidupnya. Heran gue, kelahiran kita tuh salah kah? Kayak gak boleh banget kita tuh happy sehari aja."
Yudistira hanya bisa membalas ucapan Bumi dengan senyuman miris.
***
"Udah lo urus administrasinya?" tanya Yudistira pada Tegar yang baru saja kembali. Tegar mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M A LOSER
Fanfiction|| Genre : Angst, Drama, Mental Health || ⚠ Terdapat beberapa kata kasar, bagi yang tidak nyaman, silahkan skip ⚠ Orang bilang, saat kau jatuh cinta maka hidupmu akan jauh lebih sempurna. Orang bilang, saat kau punya sahabat maka hidupmu kan terasa...