Niko Ghalih Lutfiandy

58 12 0
                                    

"Hei, lagi apa?" tanya gadis dengan rambut tergulung tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, lagi apa?" tanya gadis dengan rambut tergulung tersebut. Ia tersenyum manis pada pemuda disampingnya.

Si pemuda menengok dan membalas senyumnya. Ia menggeleng pelan, "cuma liat timeline aja. Gak ngapa-ngapain, hehe."

Gadis itu menghela napas, menopang dagunya dengan tangan dan menatap pemuda itu hangat. "Andai kita punya kesempatan yang sama, ya, Niko."

Pemuda yang disapa Niko itu tersenyum getir, "Ya, lo kan tau. Boro-boro kuliah, gue SMP aja gak tamat."

Gadis itu kemudian menegakkan tubuhnya dan menghela napas lagi, lalu pergi. "Ya, emang sedih banget, ya, nasib kita ini. Kayak angst banget kalau kayak genre wattpad mah."

Gadis itu mengambil lap basah dan mulai membersihkan meja. Ia dan Niko kini tengah berada di cafe tempat mereka bekerja selama setahun belakangan ini.

"Huft, andai kita turunan sultan, ya. Lo ama gue gak mungkin sampe putus sekolah. Minimal yang gue harapin tuh, ya ... lulus SMA kek, ini mah belum juga naik kelas 3 SMP udah harus jadi dewasa sebelum waktunya,"

Niko tersenyum ramah sambil menatap gadis itu dari jauh, "lo keren banget, loh. Lo dari muda udah bisa jaga Ibu lo yang sakit dan sekarang punya kerjaan, nafkahin diri lo dan ibu lo."

"Ish!" gadis itu melempar lap basahnya ke lantai dengan raut kesal. Niko terkejut karena itu. Ok, dia tampaknya sudah salah bicara.

"Kalau bukan karena laki-laki ban*sat itu! Hidup gue sama ibu gue gak bakal sesusah ini! Bisa-bisanya, dia ninggalin ibu dalam keadaan sakit dan milih buat pergi sama tante girang itu! Gak tau diri emang tuh laki bangkotan! Di temenin dari nol sama ibu gue, pas udah sukses malah lari ama yang lain. Manusia gak punya ot--"

Tiba-tiba, Niko sudah ada dihadapannya. Hal itu membuat gadis tersebut terkejut bukan main. Sejak kapan Niko melangkah menghampirinya?

"Syut, gak boleh gitu. Gak baik cewek cantik kayak lo omongannya kasar-kasar, ok!"

Si gadis hanya mampu diam dan perlahan tersipu. Niko selalu berhasil menghilangkan amarahnya. Ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Niko. Karena, hanya Niko dan ibunya yang kini ia miliki. Sungguh, ia tak mau jika harus kehilangan salah satunya.

"Iya, maaf, gue kelepasan. Habis ... gue bener-bener benci banget sama laki-laki itu! Sumpah, ya, Nik. Gue berharap banget kalau kehidupan dia sama keluarganya ancur dan mereka gak da--"

Bibirnya kini dibuat bisu oleh oleh tindakan sederhana Niko. Niko mengisyaratkan untuk diam, menatapnya lembut dan menarik ujung telinganya pelan.

"Nakal, ya, udah dibilangin lo gak boleh kasar. Gue gak suka, ok!"

Niko pun kembali ke area barista. Ia menyiapkan sejumlah peralatan untuk membuat kopi. Ini pukul 06.45 pagi, toko akan segera buka pada pukul 07.00, ia harus bersiap.

Sementara si gadis hanya bisa terpaku di tempatnya. Perlakuan Niko kadang membuat jantungnya berdegup begitu kencang, ia tahu ini gila, tapi ... untuk beberapa saat, ia sering berharap bahwa Niko dan dirinya bukan hanya sekadar sahabat. Lebih. Ia harap lebih.

I'M A LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang