0.1 : 5 Pemuda di Tengah Canda Tawa

64 10 4
                                    

Tutt ....
Tutt ....
Tutt ....

Nada sambung terus terdengar di handphone Bintang, namun orang yang tengah dihubunginya itu, tak kunjung menjawab panggilannya.

"Ck!" Bintang mendecak kesal. Ia menghentakkan kaki kanannya, lalu membanting handphone-nya kasar ke meja.

Untuk sekian detik, ia tidak bereaksi. Namun, setelahnya, ia mengecek apakah handphone itu lecet atau tidak. "Huft, untung bae-bae aja lo, hp! Kalau lo rusak, mustahil gue bisa beli lagi yang baru."

An yang baru saja menuangkan sayur bayam kedalam mangkuk hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Bintang. Ia melangkah menuju sosok Bintang di meja makan.

Bintang menatap An yang kini ada dihadapannya, nyengir kuda. Lalu, dengan secepat kilat mengambil nasi yang telah tersedia didepannya.

"Ngapa sih, lo? Dari tadi kesel banget bawaannya."

Bintang kembali menatap An yang bertanya padanya. "Hehe, nggak kok. Ini, gue cuma kesel ama Bumi. Itu bocah kagak ngangkat-ngangkat telepon gue. Bikin gue moody aja, jadinya."

"Dih, lagi PMS lo?" An menatap Bintang dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ya, kali! Ngadi-ngadi bae, lo!"

"Santai kali, Hotman paris!"

"Buset, Hotman paris katanya. Boro-boro gue kayak dia. Ada duit gopek jatoh di jalan aja, gue pungut."

"Lah emang lo tau, dia kalau nemu duit gopek di jalan dipungut apa kagak? Siapa tau, ternyata dia pungut juga."

"Mana ada! Yang ada, nih, ya. Duit gopek cuma buat bersihin sela gigi dia doang, kalau-kalau ada cabe nyelip di gigi."

"Lah, kok bisa pakai gopek? Gimana caranya? Mending pakai lidi daripada duit gopek!"

"Dih, lu mah gak tau aja."

"Ah, udah lah! Apaan sih, jadi bahas Hotman paris segala."

"Kan lu yang mulai!"

"Kan lu yang memperpanjang!"

"Kan lu yang ngatain, makanya gue jawab!"

"Kan gue cuma bilang, kenapa lu bahas topik gak jelas!"

"Kan gue menghargai."

"Kan gue gak minta!"

"Kan gue cuma mau bantah. Kenapa gue disamain ama dia."

"Ya, doa kek. Lo bisa se-holkay dia. Ya, kali aja, lu sampe liat duit seratus ribu di jalan juga jadi bodo amat, kagak butuh."

"Ya, kali! Jago bener, sampai seratus ribu aja gak butuh."

"Ya, bisa aja! Kalau lo tuh Hotman paris, lu kaya, lu bisa beli semua, beli ini-itu gak liat harga."

"Nyatanya, gue miskin!"

"Ya, makanya, usaha! Gimana lo mau nikahin gue, kalau duit aja gak ada. Mana bisa orang tua gue restuin lo, Bintang!"

Seketika, Bintang bungkam. An juga menyadari perkataannya barusan. Ok, ini sudah berbeda dari topik candaan yang mereka lontarkan sejak tadi.

"M--maafin gue, gue gak bermaksud ngomong gitu. Gue ..."

"Gapapa, gue ngerti kok. Lo gak usah ngerasa gak enak. Gue fine."

Hening sejenak.

"E-ekhm, gi--gimana ibu lo? Baikan?" tanya An mencoba mengalihkan topik.

"Ya ... kayak biasa, gak ada perkembangan. Gue ... udah pesimis, An. Gue udah harus pasrah kalau ib--" ucapan Bintang terputus. Bibirnya ditutup mendadak oleh An menggunakan sendok, ujung sendok itu sampai menyodok kedua lubang hidung Bintang.

I'M A LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang