1.3 : Sulit

28 9 0
                                    

"Jadi, lo mau ngomong apa?" tanya Angel.

Yudistira terdiam sejenak, ia menatap Angel dengan tenang. Angel yang terus ditatap jadi salah tingkah sendiri. Astaga, ada apa ini, god!

"Ga, pengen ketemu aja, kangen," ujar Yudistira.

"H-hah? Haha, gak salah? Yudisilawati kangen? Makan jengkol sekilo, ya, lo? Makanya mabok?" ledek Angel.

"Dih, serius."

"Syuut! Shut up! Kata lo di chat tadi, ada hal penting yang mau diomongin 'kan? Dah, langsung to the point aj deh, ga usah basa-basi."

"E-ekhm, ga-gak, jadi."

"Hah? Kok--"

Tiba-tiba, kang antar makanan pun sampai. Yudistira dan Angel menoleh secara bersamaan. Yudistira tersenyum menang.

"Nah, kuy, ambil dulu makanannya, kita makan bareng!" ajak Yudistira sambil menarik pergelangan tangan Angel.

"Gak! Bilang ama gue, lo mau ngomong apa?" tanya Angel lagi, kali ini dengan penuh penegasan. Rasanya kesal sekali jika ia sudah buru-buru untuk datang, tapi yang diprioritaskan malah seperti ini. Rasa ingin menampol mendadak flight to the moon!

"Eng--, duh, itu nanti mamang Krab food nya nungguin. Gue bayar dulu!" elak Yudistira lalu melenggang pergi menghampiri kang Krab food.

"Berapa totalnya, mas?" tanya Yudistira.

"Totalnya 120.000 bang, baklornya 15.000, Bobanya 35.000, Balok coklat lumernya 40.000, Seblaknya 15.000 sama ongkir 15.000."

Yudistira pun memberikan uang 100.000 dan 50.000, sang pengantar makanan mencari recehan di kantongnya sebagai kembalian, namun tak kunjung menemukannya.

"Ambil aja kembaliannya, lagian mas pasti kan cape bolak-balik ke tempat yang beda-beda."

Kurir itu tersenyum dan sedikit membungkukan tubuhnya, "makasih, ya, Mas. Mudah-mudahan mas sama mbak nya langgeng sampai pelaminan, ya."

Yudistira terlihat terkejut, "loh, tau dari mana saya sama mbak nya pacaran?"

Kurir itu nyengir kuda, "ah, ketauan banget, kali, mas. Cowok beliin makanan segitu banyak pas bareng cewek, kalau bukan pacarnya, ya, paling adiknya. Hehe."

Yudistira tersenyum, "ehe, ketauan banget, ya? Kok langsung nyangka dia pacar saya, bukan adik?"

"Ehm, maaf, mukanya kayaknya ketuaan sih kalau jadi adiknya mas."

Yudistira terkekeh mendengar jawaban sang kurir, "dia lebih muda dua tahun dari saya loh, mas. Jangan salah. Katanya, sih, saya yang mukanya terlalu awet muda. Makanya agak jomplang, hehe."

Sang kurir dan Yudistira tertawa geli karena menggibahi gadis tak bersalah itu. Sungguh sikap yang sangat jantan untuk bergosip ria mengenai pacar sendiri.

***

"Jadi, lo mau ngomong apa? Plis, jangan basa-basi, gue gak suka."

Yudistira menatap Angel dengan sedikit takut-takut. Ia memainkan jarinya, nampak gugup. Angel memutar bola matanya malas dan mendecak.

"Ada apaan, sih?"

"Makan dulu aja, hm ... baklornya, boba, coklat sama seblah, tuh. Nanti seblak ama baklornya keburu dingin."

"Denger gak, tadi gue bilang apa? Gue gak suka basa-basi, ok?"

Yudistira menelan salivanya, ia jadi salah tingkah. Menggaruk tengkuknya.

"Angel, gue, sebenernya ... gue mau ngomong--"

"Apa?"

"Gue gak tau ... tapi, sebenernya--"

"Ngomong, dis!" Angel nampak marah, memaksa Yudistira untuk segera bicara.

"Gue gak yakin, gue ... bisa lam--" lagi-lagi ucapannya terputus tatkala teleponnya berdering, Yudistira segera mengeluarkannya dan menjawab panggilan tersebut.
"Halo Gar, ada apa?"

"Bintang, Bintang, Yus!"

"Bintang? Ada apa sama Bintang?"

"Bintang kecelakaan, Yus!"

"Apa?!"

I'M A LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang