κεφάλαιο 1

30 5 11
                                    

Aku berusaha untuk berlari secepat mungkin agar tidak terlambat kelas pertamaku. Baru aku akan memasuki semester tiga dan sudah siap untuk membuat reputasi buruk. Alasan hari aku terlambat seperti biasa, kesulitan tidur hingga terlambat bangun. Beberapa minggu terakhir aku selalu memiliki mimpi buruk, mungkin karena itulah aku jadi takut untuk tidur.  Apa pun penyebabnya, aku hanya bisa berusaha dan berharap tidak akan terlambat untuk kesekian kali. Mungkin para profesor itu tidak peduli dengan kehadiran muridnya—mereka memperhatikan dengan jeli—tapi aku tidak bisa membiarkan diri ini terlambat terus. Setidaknya di mata senior atau anak lain aku harus terlihat baik.

Dengan napas yang terengah-engah, aku menatap belokan terakhir, berdoa agar tidak ada halangan lain di depan jalan. Sial aku harus melewati macet dan berakhir berlari seperti ini. Ketika gedung kampusku sudah terlihat cukup dekat, mataku langsung menatap arloji yang terikat di pergelangan tangan kiri. Jam yang sudah bersamaku sejak kecil dan tidak akan pernah aku tukar dengan apa pun. Aku tidak tau siapa yang memberikanku ini, tapi menurutku ini adalah benda yang berharga. Seperti mengingatkanku akan kedua orangtua yang tidak pernah aku miliki, atau mungkin kakak? Entah alasannya, aku akan terus menyimpan benda ini.

“Kau lemah, Icarus! Akuilah!”

“Lihat! Betapa bodohnya dia terlihat. Begitu lemah tapi memaksa ingin ikut lomba?”

“Kalau kau memang ingin bertanding dengan kami, gunakan seluruh kekuatanmu, Icarus!”

Nama tersebut terdengar familier di telingaku, seperti aku sudah pernah mendengarnya. Sadar aku masih memiliki beberapa menit sebelum waktu berkumpul, langkahku langsung terhenti untuk melihat ke arah kerumunan yang ada di taman kampus. Dari pakaian mereka, aku sudah bisa mengenalinya, klub judo, salah satu klub terbesar di kampus yang menyandang berbagai medali dan juga penghargaan. Klub yang didominasi oleh laki-laki itu terlihat menjadi pusat perhatian, lagi. Suara gelak tawa para penonton juga terdengar nyaring. Suara-suara itu anehnya menggangguku sehingga tanpa disadari kakiku sudah melangkah ke arah sana untuk mengetahui apa yang terjadi.

Bisa dikatakan memiliki tubuh kecil ada keuntungannya. Aku bisa menyalip dan merangsek masuk dengan mudah tanpa perlu mendapat ocehan, makian, atau rutukan dari orang-orang yang aku tabrak. Mataku menangkap sekumpulan anak, terlihat lebih tua, menyudutkan anak yang terlihat seumuran denganku. Atau mungkin dia seseorang yang lebih tua tapi memiliki wajah bak anak muda, alias baby face. Anak yang disudutkan, sepertinya Icarus, membungkuk dengan kedua tangan menopang pada lututnya. Tubuhnya terlihat naik turun karena kehabisan napas. Begitu dia berdiri tegak, sensasi aneh pada punggungku terasa menyetrum diri ini.

“Kalian pikir ... dengan melakukan ini aku akan mundur?” Icarus berbicara dengan nada yang begitu mengancam sampai-sampai penonton yang ada juga ikut mundur.

“Ha! Lihat dia masih mencoba untuk kuat. Icarus, sudah cukup dengan yang kau lakukan. Kau itu hanya berandal jalanan, kau itu tidak cocok untuk klub judo ini.” Penghinaan seperti itu sama sekali tidak berhak didengar oleh seseorang atau ditujukan oleh orang-orang tertentu, membuatku langsung berteriak dengan keras dari tempat aku berdiri.

“Siapa yang bilang?” Semua mata langsung mengarah kepadaku. “Siapa yang bilang kalau dia hanya berandalan? Jika memang seperti itu, bukankah seharusnya dia sudah ambruk melawan kalian semua? Apa justru bukan kalian yang berandalan, hanya bisa melawan dengan genk dan tidak sendiri-sendiri?”

“Siapa ...?”

“Aku Aurora, semester tiga, major literature. Apa ada masalah?”

“Ha! Hanya anak literatur saja sudah melantur?”

Icarus yang sudah lebih baik dari sebelumnya, aneh dia bisa sembuh dengan cepat, terlihat semakin marah. “Kau memiliki masalah denganku dan bukan gadis itu. Tinggalkan dia dan lawan aku kalau berani!”

StoicheiódisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang