κεφάλαιο 3

16 3 0
                                    

Setelah berminggu-minggu, akhirnya aku kembali mendapatkan tidur yang nyenyak. Bisa disebabkan kelelahan hasil tindakan Icarus atau karena Deo melakukan sesuatu kepadaku. Melihat wajahnya saja tidak sempat, dia seperti seseorang yang sengaja menutupi identitas diri padahal dia adalah seorang artis. Tidak ada gunanya! Begitu aku bangun pagi-pagi, aku langsung mencari akun sosial media Deo. Sungguh aku sempat takjub dengan pengikutnya, anehnya aku juga langsung menekan tombol follow pada sosial medianya. Kebanyakan foto yang dia posting hanya menunjukkan setengah dari wajahnya atau sebagian dari tubuhnya. Jika foto seluruh wajah, pastinya selalu tertutupi oleh cahaya terang.

“Laki-laki gila lainnya.” Aku mengerutkan kening selama scroll foto-foto miliknya dan komentar orang-orang. Mendengar suara alarm yang mengingatkanku untuk bersiap-siap, aku langsung mengeluarkan aplikasi dan membuka pemutar lagu. Memasang musik ketika berada di dalam kamar mandi adalah alternatif untuk mengurangi ketakutan. Terlebih ketika kau hanya tinggal sendirian.

“Aurora!” Suara gedoran pintu rumahku terdengar lantang ketika aku sedang memilih pakaian. Dari suaranya saja aku sudah bisa tau siapa itu. “Cepat buka pintunya! Aku ada berita yang mengejutkan!”

“Ada apa?” Aku menyipitkan mata ketika membiarkan Erica masuk ke dalam rumah kecilku. Dia langsung duduk di atas kursi sembari memperhatikanku memilih baju.

“Pakai lengan panjang saja, sepertinya hari ini akan sedikit dingin. Kau ada kelas malam dan tidak akan berjaga jadi pastinya kita akan tinggal di luar. Bawa jaketmu juga.” Aku mengangguk tanda mengiyakan saran dari Erica. Setelah aku mengganti pakaian, dia langsung menarikku untuk duduk di sampingnya. “Aku mendapat foto ini semalam. Foto Icarus senior kita, dia terlihat terluka cukup parah! Menurutmu, siapa yang membuatnya seperti itu?”

Melihat foto, yang seharusnya ada aku di depannya, membuatku menarik ponsel Erica dengan kasar. “S-sia-siapa yang mengambil foto ini?”

Tentunya pertanyaanku ini membuat Erica memicingkan mata ke arahku dan menarik kembali ponselnya. Jika dia tidak curiga dengan sikapku barusan, aku tidak akan bisa menyebutnya sebagai sahabat yang mau menampungku selama bertahun-tahun. Dia menyimpan ponselnya itu dan melipat kedua tangan di depan dada. Bagaimana bisa aku membuatnya khawatir begitu? Sekarang dia tidak akan berhenti untuk menguak kebenaran yang ada. Tatapannya yang tidak berhenti hanya membuatku merasa bersalah kepadanya.

Bila aku tidak menceritakan kepada dia, tentu dia akan merasa kesal. Namun bila aku menceritakannya, akan ada tiga hasil yang memungkinkan terjadi. Satu, Erica akan melarangku untuk bertemu dengan Icarus. Dua, Erica akan begitu khawatir denganku sampai tidak mau meninggalkan sisiku. Atau tiga, Icarus akan membunuhku secara pasti jika tau aku menceritakannya kepada orang lain. Terlebih, jika aku berkata dia memiliki kekuatan. Foto itu sekarang sudah tersebar, jika dia datang ke kampus tanpa luka, bukankah orang akan merasa bingung dengannya? Kebohongan macam apa yang akan dia lontarkan?

“Jadi begini,” mulaiku yang mengalah dengan suara kecil. “Aku sedang bersama dengan Icarus ketika itu terjadi. Anu ... ketika aku telat kelas kemarin, aku tidak sengaja menabrak seseorang. Dia mengundang genk-nya untuk menemuiku ketika pulang. Untungnya aku bertemu dengan Icarus dan dia langsung mengusir semua gengster itu.” Dalam hati aku tersenyum dengan lebar karena bisa memberikan kebohongan yang begitu mulus, walau tidak semuanya kebohongan.

“Kau tapi baik-baik saja kan sekarang?” Aku mengangguk sebagai jawaban. “Baguslah. Untung kau bertemu dengan Icarus, lagi.” Erica menekankan kata lagi karena tau aku sudah sering diselamatkan oleh senior itu di saat yang tidak pernah tepat. Jika orang bilang, dia semacam stalker namun hero yang akan membantu ketika kesusahan.

Kami berdua terdiam setelah percakapan yang sedikit aneh itu. Ketenangan di antara kami dihentikan oleh notifikasi ponselku yang ditinggal di atas kasur. Aku dan Erica bertukar tatapan sebelum berebut untuk mengambil ponsel. Tentu saja Erica melakukan ini karena penasaran siapa yang akan mengirimiku pesan pagi-pagi begini. Sialnya Erica berhasil mendapatkan ponselku, dia tau password ponselku tapi tidak membukanya, dan membelalakkan mata ketika melihat nama Icarus terpampang di layar ponsel. Dia mengirimiku pesan berkata dia tidak bisa bertemu denganku malam ini karena ada masalah.

StoicheiódisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang