Belum aku dan Claus bisa menyelesaikan pembicaraan yang ada, seseorang langsung memanggilnya untuk masalah bersih-bersih aula. Claus sempat memicingkan matanya ke arahku sebelum berkata untuk menemuinya akhir pekan ini. Dia bahkan tidak memberitauku waktu dan juga tempat kami bertemu. Dia langsung pergi begitu saja tanpa memandang ke arahku lagi. Jelas sekali kalau di dalam pikirannya itu sedang memiliki banyak pertanyaan. Melihatnya yang pergi begitu saja membuatku ikut kembali menuju tempat perjanjianku dengan Erica.
Perasaan tidak tenangku membuat seharian tidak bisa menikmati semua yang terjadi. Untuk fokus dengan pelajaran saja sudah mulai sulit, meninggalkanku dengan tugas-tugas sekolah yang akan menumpuk. Claus dengan mudahnya tau kalau aku seorang Cheiodis meski Triton sudah berusaha untuk menutupinya. Hanya dengan sekali menggunakan kekuatannya, dia bisa menemukan jati diriku. Mungkin dia sudah tau semenjak pertemuan pertama kami, namun tetap saja hal tersebut tidak terasa benar.
Kepanikanku membuat aku langsung menghubungi satu-satunya yang bisa kupercaya sekarang, Icarus. Meski dia terlihat sedikit gegabah dalam mengambil keputusan, namun dengan yang dia ceritakan soal core dari semua kekuatan ini membuatku yakin dia bisa lebih dipercaya daripada yang lain. Terlebih aku tidak begitu dekat dengan Deo, Icarus bisa memberitaunya jika dia mau nanti. Hal yang terpenting sekarang adalah menanyakan semua permasalahan ini kepada Icarus.
“Hm, ada apa menelepon malam-malam?” Jelas terdengar suara Icarus yang serak, sepertinya aku membangunkannya dari tidur.
“M-maaf mengganggu tidurmu!”
“Tidak apa,” ujar Icarus setelah terdiam cukup lama. “Jadi ada apa? Tidak biasanya kau meneleponku lebih dulu.”
“Ah, itu.” Begitu bertanya seperti itu, lidahku terasa kelu dan aku sama sekali tidak bisa menjawabnya. Perasaan takut memenuhi diriku, dan walau aku sudah berusaha untuk melawannya, aku masih tidak bisa menjawabnya. Aku menggaruk pipiku yang sama sekali tidak gatal dan menarik napas dalam. “Aku rasa ... aku rasa di kampus ini ada Cheiodis lain!”
“Begitu?” Jawaban Icarus terdengar sangat tenang, jauh berbeda dengan yang dia berikan pagi ini. “Lalu, apa dia melakukan sesuatu kepadamu?”
“Uhm itu .... Tunggu! Kenapa kau tidak terkejut ketika aku berkata ada Cheiodis lain?”
“Aku ... bukan, Deo, sudah merasakannya sejak dia pertama kali masuk. Dia pintar menutupi dirinya, karena itu Deo yang menemukannya. Selain dia, ada juga beberapa yang memiliki kekuatan namun terasa lemah. Karena itu mereka tidak bisa mendeteksiku dan Deo.”
Penjelasan itu membuatku menyipitkan mata. “Jadi maksudmu, kalian adalah yang terkuat dari terkuat, begitu?”
“Anggap saja begitu. Keluarga Lenore sudah memiliki sejarah. Tidak ada banyak yang bertahan seperti kami, maksudku adalah banyak keluarga yang sudah menghilang karena eksperimen. Namun keluarga Lenore terus menyambung, para ilmuwan gila itu tidak mau sampai kehilangan core-nya, kan?” Icarus menghela sebelum terdengar bunyi dirinya yang berpindah di atas kasur. “Intinya, kami berdua sudah tau siapa saja yang merupakan Cheiodis dan juga Elemental. Bisa dipastikan mereka semua tidak berbahaya. Lalu, siapa yang kau temui?”
“Ah itu, katanya dia bernama Claus Ergan Lander. Science major, umurnya 21 tahun, seumuran denganmu.”
“Claus?! Apa yang dia lakukan kepadamu?” Kini aku bisa tau kalau Icarus pasti baru saja terbangun dari kasurnya dan sedang dalam posisi duduk.
“Dia sedang melakukan trik, katanya hipnotis. Aku sama sekali tidak terpengaruh sehingga dia mengajakku berbicara berdua. Setelahnya, karena pembahasan kami belum selesai, dia mengajakku untuk bertemu akhir pekan ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Stoicheiódis
FantasíaAurora yang memulai semester barunya di kampus harus bertemu kembali dengan seseorang yang ingin dia jauhi, Icarus sang kakak kelas di masa SMA. Perjumpaan yang terjadi kembali ini sama sekali tidak membawa kebahagiaan kepada Aurora, justru dia mend...