Triton yang menyadari apa yang dia ucapkan memutuskan bahwa kami tidak boleh keluar hari itu, tanpa memberitahu Erica duduk perkaranya. Triton benar-benar memegang prinsip yang dia miliki dengan kuat, bahwa tidak boleh ada orang luar yang tau. Pembahasan seperti ini harus dirahasiakan. Siapa yang tau kalau dengan menceritakannya kepada orang lain mereka justru berniat melakukan kejahatan atau justru jadi incaran para ilmuwan gila untuk dijadikan uji coba. Triton tidak mau mengambil risiko untuk mencelakai orang yang sama sekali tidak ada hubungannya.
Dengan begitu, kami menghabiskan waktu di dalam rumah saja, bahkan Triton memaksa untuk mengantar kami, lebih tepatnya mengantar Erica agar dia bisa berbicara denganku empat mata saja. Diam-diam dia sudah menceritakan bagaimana aku memiliki kemungkinan termasuk dari keluarga Lenore. Gilanya lagi, aku justru terpikir tentang kembaran Deo. Aku tidak tau ulang tahunku karena aku ditemukan di depan rumah Erica dan aku juga tidak memiliki penanda apa pun. Satu-satunya cara, kalau kata Triton, mencari orang yang bisa mengendalikan pikiran.
Triton sendiri bisa mengendalikan pikiran orang, menghapus memori dan bahkan memanipulasi ingatan orang-orang itu. Tapi mengembalikan ingatan seseorang jelas tidak ada di dalam kamusnya. Tentu ini membuatnya kembali dipukul oleh ibunya dengan berkata bahwa untuk pertama kalinya dia bisa berguna, justru dia sama sekali tidak berguna. Ucapannya itu berhasil membuatku tersenyum canggung, ini bukan sepenuhnya kesalahan Triton tapi dia seolah-olah menyalahkan anaknya itu. Sungguh, aku sudah tidak tau apa harus merasa kasihan atau tidak.
“Kenapa juga aku tidak boleh membicarakan ini dengan Icarus dan yang lain,” omelku ketika berjalan menuju kampus. Aku membuka ponselku yang semula berdering hanya untuk menemukan pesan Triton yang mengatakan kalau aku harus diam untuk urusan ini. Pesannya hanya membuat hariku terasa buruk.
“Apa yang tidak boleh kau ceritakan kepada kami?” Suara rendah Icarus yang tepat berada di telinga membuat tubuhku merinding begitu saja.
“K-kalian mengapa di sini?!” Aku membalikkan tubuh untuk tentu saja menemui Icarus dan juga Deo, untuk pertama kalinya melihat mereka pergi bersama, sedang memperhatikanku dengan mata terpicing. “Tidak ada yang perlu aku katakan sampai membuat kalian memberiku tatapan begitu.”
Icarus menegakkan tubuh dan melipat kedua tangannya di depan dada. “Apa aku harus mempercayaimu? Kau ... terlihat sungguh mencurigakan.” Deo yang masih mencondongkan tubuhnya ke arahku mengangguk semangat, menekankan ucapan kakaknya itu.
“Betul! Kau sungguh mencurigakan. Apa ada yang terjadi padamu?” Tau mereka tidak akan membiarkanku lolos dengan mudah, aku akhirnya merutuk pada diri sendiri dan meminta maaf kepada Triton di dalam hati. Lebih baik aku berbohong dengan semua ini.
“Aku sempat ... bertemu dengan Cheiodis lain.” Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Deo sudah menggenggam kedua pundakku dan menggoyang-goyangkannya cukup kuat. “T-tolong lepaskan aku, ada hal yang harus aku jelaskan.”
Icarus menarik adiknya menjauh dariku sembari mengusap dahi tanda dia pusing, entah karena sikap adiknya yang berbanding terbalik dengannya atau karena aku yang memang masih segan untuk menceritakan segalanya kepada mereka. Meski begitu, Icarus memberikanku sebuah tatapan tajam, jelas dia ingin membuatku sadar kalau aku tidak bisa mengelak dari ini. Lagipula, aku juga tidak mau mencari gara-gara dengan seorang Icarus Alexios Lenore. Mendengar nama lengkapnya saja sudah berhasil membuatku kembali merinding.
Dengan tarikan napas panjang, aku sudah siap menjelaskan semuanya. Aku berkata bahwa ternyata tutor yang dulu mengajarku dan Erica juga seorang elementary. Anehnya, mereka tidak terlihat terkejut ketika aku berkata bertemu dengan Cheiodis lain dan bukan hanya sekedar elementary. Terlebih ketika aku berkata kalau salah satu kekuatannya adalah mind control. Dari penjelasan yang diberikan Icarus dan juga Deo dulu, seorang Cheiodis sejati bisa memiliki lebih dari satu jenis kekuatan yang berbeda, sedangkan elementary hanya akan bisa membawa satu kekuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stoicheiódis
FantasíaAurora yang memulai semester barunya di kampus harus bertemu kembali dengan seseorang yang ingin dia jauhi, Icarus sang kakak kelas di masa SMA. Perjumpaan yang terjadi kembali ini sama sekali tidak membawa kebahagiaan kepada Aurora, justru dia mend...