Semua siswi yang hampir masuk dikejutkan oleh teriakan seseorang yang tak karuan.
Suara itu berasal dari lapangan, dengan lantang.
Dia berteriak memanggil kepala sekolah juga semua guru.
Barulah siswa lain diteriakinya.
Mereka semua berlarian, menuju lapangan utama. Lapangan dimana untuk kegiatana rutinitas hari senin, upacara.
Semuanya sudah hampir terkumpul, betapa terkejutnya mereka melihat Teneng yang kacau berantakan.
Entah apa yang ada dipikiran mereka semua.
Ketahuilah, mereka lebih dulu mengetahui.
hal ini juga diprediksi akan terjadi.
" Pak kepala sekolah yang terhormat, tahukan anda bahwa ada beberapa siswi yang membuat onar, " Ucap Teneng pelan sambil menghampiri kepala sekolah
Kepala sekolah, sebut saja dia Agustian .
" Pak Tian, sebelumnya saya ingin bertanya pada anda! saya harap anda memberikan jawaban yang bisa memuaskan, "
Agustian bukan hanya bingung dengan penampilannya hari ini, dia juga kaget sama seperti guru lainnya.
" Tunggu, Teneng! Apa yang sebenarnya terjadi? " Tanya Agustian
" Siapa yang memiliki jabatan paling tinggi disekolah pak? " tanyanya tanpa menjawab pertanyaan dari Agustian
" Ap-, " Agustian menggeleng-gelengkan kepalanya seolah apa yang sedang terjadi akan mempermalukannya
" Teneng, ada baiknya kamu berbicara. apa yang terjadi? " Tegas Agustian
Teneng menyeringai, menatap sinis.
" Pak Tian, apa sulitnya menjawab pertanyaan seperti itu? " ucapnya
Keduanya sama-sama diam.
" Saya merasa lidah anda menjadi kaku dan kelu, anda tidak bisa menjawab rupanya, "
" Hufhhh,,, baiklah akan ku tanyakan pada guru yang lain. " kata Teneng dengan berjalan menghampiri guru-guru
Mula-mula dia memperlihatkan ekspresi yang sedih,
" Siapa yang akan memeluku diantara kalian?, "
" Siapa yang akan berkata padaku, tenanglah nak, ibu disini untukmu, "
" Ceritakanlah. " Setelah itu dia tertawa dengan kesedihan yang tak akan pernah dilihat oleh orang lain
Tidak ada suara satupun, pandangan mereka hanya tertuju pada Teneng.
Mereka sangat penasaran dengan apa yang akan dia lakukan.
Sudah lama sejak libur semester dia tak membuat kekacauan, dugaan mereka benar.
Keberadaan Teneng hanya untuk kekacauan, tanpa memikirkan orang lain.
Teneng terdiam cukup lama dan menahan diri untuk tidak berkata kasar, setelahnya ia kembali berjalan pelan pada Agustian.
" Pak? Kau sudah pikirkan jawabannya? "
Agustian tersenyum kecut, " Kau ingin tau? Tentu saja saya. " katanya bangga
Teneng benar-benar tersenyum kali ini, senyuman yang licik.
" Benarkah? kenapa? Hah? " tanyanya dengan remeh
Agustian hanya menatapnya tanpa ekspresi sedikit pun " Kita tau sekolah ini adalah swasta, milik pribadi. Semua orang tau jika akulah pemiliknya, " dengan bangga dia mengucapkan hal itu, " Benarkan? " lanjutnya pada guru-guru yang menyaksikan
KAMU SEDANG MEMBACA
TENENG (On Going)
General Fiction" Gila, enteng bener tuh makhluk ngomongin setan. " " Kayaknya lo lebih gila dari setan deh. " *** Kisah ini bukan tentang perebutan harta, rebutan tahta apalagi rebutan cowo. Kisah ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis, yang mencari jati...