-REZA- 9

0 2 0
                                    

Semua pertemuan pasti ada maksud tersendiri,entah Tuhan sedang merancang apa tapi gue yakin bahwa pertemuan yang terus terulang ini adalah awal dari cerita kita.

*

|| REZA ||


Sudah Reza duga kalau omongan tante Karin itu hanyalah tahayul belaka buktinya Reza datang dengan selamat di cafeteria dekat sekolahnya. Setelah menstandarkan motornya di tempat parkir, Reza menyugar rambutnya yang menghalangi pandangan mata. Jika dilihat dari kaca spion rambut hitam legamnya kini sudah lumayan gondrong.

Tapi tidak apalah. Konon katanya lelaki yang rambutnya gondrong atau bahasa halusnya bisa di bilang panjang dan lebat seperti Arbani Yazis lebih menawan. Reza tidak sedang ingin narsis tapi ya bagaimana jika memang dirinya ini seganteng itu.

Dilihat dari luar cafeteria ini sedang ramai karena mungkin hari sabtu ini termasuk hari libur jadi banyak orang yang menyempatkan untuk nongkrong ria di tempat seperti ini. Bukan berarti Reza tidak suka tempat ramai hanya saja menurutnya kurang cocok jika belajar di tempat seperti ini walaupun cafenya sangat nyaman tapi menurutnya kurang efektiv saja.

Reza berjalan santai tanpa mempedulikan pandangan segelintir perempuan remaja yang menatapnya kagum. Reza berdecak kecil ketika saat akan sampai pintu masuk, sebelah tali sepatunya malah terlepas.

Takut jika terjadi kejadian yang kurang mengenakan seperti ia terjatuh karena menginjak tali sepatu nya sendiri Reza berjongkok untuk membenarkan ikatanya hingga lupa jika harus menepi dari posisinya yang sekarang berjongkok di tengah jalan.

Dari arah bersamaan, lumayan jauh di belakang Reza ada dua remaja perempuan serta satu remaja laki-laki sedang mengobrol ria.

"Sebel banget gue! Udah dari pagi cuma makan sedikit karena katanya Emak si Arya mau masak banyak eh taunya berakhir di usir gini!" Dengan masih mengingat kejadian beberapa jam sebelumnya Risma kembali mengomel.

"Udah kali, maklumin aja namanya juga emak-emak lagi sakit gigi. Yang perlu di tanyakan sekarang adalah 'kenapa gigi bisa sensitif sama suara padahal gigi enggak punya kuping?'. " Tanya Prita.

Risma meringis, baru sadar kalau temannya ini sudah semakin tidak waras karena terlalu di biarkan berkeliaran bebas.

Pertanyaan yang menimbulkan tatapan nanar dari kedua sahabatnya membuat Prita kikuk, ia merangkul Risma dari samping sambil tersenyum manis. "Tapi gapapa. Gue aja masih hepi kok,"

"Happy-happy kalian itu di atas penderitaan kantong kering dompet gue!" Cibir Wahyu mengingat dirinya dan dompetnyalah yang menjadi tumbal atas ketidak jadian pesta ulang tahun Emak Arya karena sang empunya dilanda sakit gigi mendadak.

Maka dari itu Wahyu ingin mengucapkan bela sungkawa pada giginya Emak Arya yang sudah pasti akan di cabut lagi setelah tiga bulan lalu gigi Emak Arya pernah di cabut juga.

"Hilih!" Prita berjalan mendahului lalu berbalik berjalan mundur di depan Risma dan wahyu "Udah bagus kita selametin, dari pada lo ngikut nganter Emaknya si Arya ke kelinik bareng sama Dimas! Udah pasti pala lo ikut di remes-remes buat pelampiasan sakit gigi!"

Bersamaan dengan itu Reza berdiri dari jongkoknya dan Prita yang masih berjalan mundur tanpa melihat di depannya memantik pelototan kaget Risma dan Wahyu yang sadar jika akan terjadi tubrukan punggung yang tidak bisa terelakan.

Bruk

Reza terhuyung kedepan sedangkan Prita yang kehilangan keseimbangan mulai meraba-raba udara untuk mencari pegangan agar tidak jatuh ke tanah. Reza yang akan tersungkur kedepan terselamatkan oleh tarikan kencang tangan di jeketnya hingga dengan sentakan dirinya berbalik paksa.

REZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang