SEMICOLON | Z E R O

28 15 10
                                    

SEMICOLON

Tanda titik koma adalah tanda baca dengan beberapa penggunaan, terutama untuk jeda pada kalimat dan pemotongan pada suatu daftar. Dalam bahasa Inggris, semicolon, istilah bahasa Inggris untuk tanda titik koma, digunakan secara umum mulai tahun 1591. 

___

⚠️TW⚠️ : HARS WORD, PHYSICAL ABUSE, SUICIDAL, ETC.

Akibat yang didapat setelah membaca fiksi ini diluar tanggung jawab penulis.

Kenakan sabuk pengaman sebelum menaiki Roller coaster, karena cerita ini akan membuat emosi naik turun!

TIDAK UNTUK YANG BERMENTAL LEMAH!!

Last but not least, Aku minta kalian yang mau promote cerita jangan disini ya! Ini bukan LAPAK PROMOSI, Kalau mau promote di Conversation aja.

Dark Background recommended!

___

Z E R O

Angin sore berhembus menerjang tubuh gadis itu, membuat rambut bergelombang dan dress putih tulangnya berlarian kesana-kemari.

Gadis itu memandang ke atas. Langit sore yang mulai berubah warna menjadi jingga, pertanda matahari sebentar lagi akan memutar kembali rotasinya seperti yang seharusnya. Pertanda bahwa semua orang sudah harus kembali ke rumahnya masing-masing setelah seharian bekerja membanting tulangnya sendiri demi menghidupi keluarganya, atau hanya untuk sekedar mengisi waktu luangnya.

Rentetan suara klakson mobil dan motor memenuhi telinga gadis itu. Ia yakin dibawah sana sedang terjadi kemacetan lalulintas.

Gadis itu, Asha menghela napas panjang sembari menutup matanya untuk menghirup bau matahari yang masih memancarkan cahaya ke arah tubuhnya.

Rooftop itu dikelilingi pagar besi yang menjulang tinggi, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Meloncat dengan sengaja, misalnya.

Diantara lubang-lubang kecil berukuran kurang lebih 7 x 7 centimeter itu terdapat tali yang sudah diikat sempurna dengan lubang besar yang dibiarkan menggantung bebas. dibawahnya ada sebuah kursi kayu yang sudah reot dan tidak layak pakai.

Setelah puas menghirup aroma khas disana. Asha mengangkat salah satu kakinya agar terpijak dengan benar di atas kursi itu. Ia menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. Gadis itu meraih tali di hadapannya lalu membalikkan badannya dengan hati-hati.

Matanya mulai terasa pedih yang membuat cairan bening berkumpul di pelupuk matanya. Gadis itu menahan tangisnya, tetapi percuma saja karena setelahnya buliran-buliran itu berhasil lolos dari sudut matanya.

Ini terlalu menyakitkan.

Asha memasukan kepalanya sendiri kedalam tali yang dilubangi seukuran kepalanya itu. Kursi yang dipijaknya sedikit bergerak karena sudah tua. Namum, Asha masih berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya.

Kepalanya mendadak memutar kembali memori-memori menyakitkan dalam hidupnya. Tidak hanya ada dua atau tiga kenangan menyakitkan. Entahlah, Asha sendiri tidak tahu sudah puluhan atau bahkan ratusan memori menyakitkan dalam hidupnya. Mengingat Asha sudah mendapatkan hal semacam itu sejak ia baru saja dilahirkan.

Ini terlalu kejam untuk gua yang nggak tau apa-apa.

Asha tidak tahu Tuhan sedang menghukumnya untuk apa. Asha tidak tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai-sampai Tuhan menghukumnya dengan begitu kejam. Asha tidak tahu Perbuatannya dahulu sampai-sampai Tuhan tidak membiarkan Asha hidup walaupun sebenarnya ia hidup. Karena itu, Asha ingin menanyakan hal itu langsung di hadapan Tuhannya.

Tidak ada hal lain di kepalanya selain kenangan menyakitkan itu. Bahkan ia melupakan seseorang yang sangat berperan dalam hidupnya.

Gadis itu mendongak ke atas, Langit masih berwarna jingga. Masih terlihat menakjubkan dan indah. Berbanding terbalik dengan kehidupan Gadis bersurai hitam kecoklatan itu.

Gadis itu menguatkan rahangnya, menahan suara tangis yang meronta ronta agar bisa keluar dari pita suaranya. Sehingga membuat lehernya mulai terasa sedikit sesak.

Breathe In.

Breathe Out.

Gadis itu menghela napas untuk menetralkan emosinya.

Setelah merasa cukup tenang, ia menatap kakinya. Jari-jari kakinya mengkerut beberapa kali, Asha masih memikirkan akankah ia mendorong kursi dengan kakinya, atau membiarkannya seperti itu untuk beberapa saat sampai keinginan untuk hidupnya kembali lagi.

Lalu ia menoleh ke depan, tersenyum kecil- sangat kecil. Kemudian kakinya mendorong kursi tersebut dengan penuh keyakinan sehingga tali yang tadinya longgar ikut tertarik karena terbawa beban yang menggantung di lubangnya.

Sakit.

Perih.

Tetapi tidak semenyakitkan kehidupan yang sudah ia jalani.

Tangannya sempat naik beberapa centimeter untuk menahan tali yang mengikat lehernya agar terlepas. Namun Asha tahu, keinginannya untuk mati lebih besar daripada rasa sakit yang sedang ia alami saat ini. Gadis itu menahan tangannya supaya tetap di tempatnya dan tidak menganggu proses kematiannya. Walaupun otaknya memaksa mereka untuk meraih tali yang mengikat kencang lehernya itu.

Buliran air mata berhasil meleleh dari sudut matanya. Reflek, Asha membuka mulutnya berusaha mendapatkan oksigen di sekitarnya. Tetapi ia tahu, keinginannya untuk mati lebih besar daripada untuk menghirup semua oksigen yang tersisa.

Ia menutup mulutnya paksa.

Lalu sesaat kemudian, tubuh yang tergantung itu menjadi sedikit rileks.

Dia

gadis itu

Asha menutup kedua matanya.

____

Gimana?
Mental masih aman, kan?
Semoga aja masih yaa

SEMICOLONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang