🌊 Ombak ke-10 || Too Fools to Understand

453 162 79
                                    

Kinda Fly to the Sea
[Update Kamis & Minggu 20.00 WIB]

🍀Story by Ana Latifa 🍀
Instagram: Onlyana23 | Wattpad: Onlyana23 | GWP: Onlyana23 | WA? Gabung GC DHS aja. Feel free to ask!

🌊

[Random Question]

Bedanya teman dan sahabat?

Happy Reading❤

🌊

Bahagia itu tentang kamu. Bukan tentang kapan, di mana, atau dengan siapa.

🌊

Langkah panjang Laut yang tergesa membuat Hujan kesulitan menyusulnya. Beberapa kali kaki Hujan tersilap langkah, membuatnya nyaris menyerah mengikuti Laut.

Dada Laut bergerak naik dan turun. Keringat bercucuran di pelipis dan lehernya. Beberapa kali Laut menggeram dan mengentak napas, melepas kekesalannya. Sementara di balik punggungnya, Hujan hanya bisa mengernyit ngeri melihat kakak kelasnya seperti sedang dilahap api.

Laut membuang sembarang seragam yang dia pakai, menyisakan tubuhnya yang berbalut kaus putih. Seragam yang dipungut Hujan karena takut tanah bisa menempel di sana.

"Bang Laut?" Laut tidak mendengar. Tidak mau mendengarnya. "Lo kenapa dah?"

Panas tubuh Laut semakin membakar sesuatu yang meledak di balik tulang rusuknya. Dirasa cukup jauh meninggalkan riuh di stadion, Laut segera berhenti, lalu memanah Hujan dengan iris serupa belatinya.

"KENAPA LO NGGAK PERNAH BILANG KE GUE?!" sentaknya.

Hujan bisa melihat urat di leher Laut menyembul menyerupai tato kehijauan saat tangan kakak kelasnya itu mengepal kuat. Terlalu kuat sampai Hujan takut tulang Laut bisa remuk di dalam.

"Bang, tenang dulu."

Laut membuang napas kasar. Dia benar-benar ingin membakar Leon karena orang kepercayaannya malah dijadikan mainan. Senakal-nakalnya Laut, dia tak pernah mengendalikan siapa pun. Mungkin tingkahnya memang menyebalkan dan tak suka ditentang, tetapi dia tidak pernah menjadikan siapa pun budaknya.

Laut akui dia brengsek. Tapi tak sebrengsek Leon.

"Gue selalu minta tolong kalau perlu apa-apa ke elo, 'kan?" Hujan mengangguk. "Apa pernah gue nyuruh lo kayak Si Loyo itu?"

Hujan menggeleng. "Lo selalu minta tolong," dia meringis, "tapi kadang maksa juga, sih, Bang."

Bersama tubuhnya yang meluruh ke kursi kosong di depan ruang tata usaha, Laut mengatur napasnya yang bersusulan. "Karena lo suka banyak alesan! Tinggal bantuin juga."

Hujan menyodorkan seragam Laut dengan segaris senyum. "Gila, kemampuan basket lo nggak nurun padahal udah setahun nggak maen."

Laut melotot pada Hujan. Dirampasnya seragamnya lalu Laut membanting itu ke bagian kursi yang tersisa. Anak itu malah membahas permainan basketnya. Itu masih separuh dari yang bisa Laut tunjukkan untuk Leon. Sebagai Kapten Basket di SMP, Laut pernah berlatih sangat serius demi bisa sombong ke pembina yang merendahkannya.

Demi meraih satu piala untuk melawan puluhan piala milik kakaknya di rumah.

Piala, yang tidak berguna pada akhirnya.

"Gue pikir nggak bakal bisa ngeliat lo nge-dance lagi," Hujan terkekeh kecil sebelum dua jempolnya melayang ke udara, "Sugoi! Keren! Mantul!"

Kinda Fly to the SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang