🌊 Ombak Ke-41 || Too Close to Hurt

295 120 45
                                    

Kinda Fly to the Sea
[Update Kamis & Minggu 20.00 WIB]

🍀Story by Ana Latifa 🍀
Instagram: Onlyana23 | Wattpad: Onlyana23 | GWP: Onlyana23 | WA? Gabung GC DHS aja. Feel free to ask!

🌊

Astaghfirullah keasikan revisi bab lain, malah jadi lupa upload wkwk


Maaf, kemaren ngilang ya. Besok ku-update lagi deh mwehehe

🌊

Isyarat perubahan seperti melodi asing yang tiba-tiba menyelinap dalam irama kehidupan. Mengacaukan nada-nada kebiasaan. Perlahan mengalihkan perhatian. Lalu di suatu kejadian, mengubah masa depanmu.

🌊

"Ada-ada aja yang bikin gituan. Menurut gue sih nggak mungkin cuma iseng doang. Kayak ada pesan yang mau disampein gitu. Ngeri banget, ya, Bang?" Hujan beragumen, lebih pada dirinya sendiri.

Laut dan Hujan duduk berhadapan di tempat mi bakso. Hujan tersenyum riang begitu keluar dari ruang BK menyambut Laut seolah kecemasan Laut hanya lelucon baginya. Kalau kepala Hujan itu bakso, sudah Laut cincang dari tadi!

"Lo seneng?"

Hujan memainkan sedotan di minumannya. "Seneng es jeruk? Iya lah!"

"Seneng diskors," tegas Laut. Matanya menggelap. Mengunci mangsanya.

Hujan terkekeh pelan. Buru-buru menunduk dari tatap mengerikan Laut. "Ya gapapalah kali-kali. Gue juga pengin ngerasain diskors kayak lo. Lo diskors pas ngapain yak? Ah, nyampurin obat cuci perut, ya? Iseng banget lo, Bang."

Laut tidak tahu harus marah atau menangis. Bisa-bisanya Hujan malah mengikuti jejak bobroknya! Laut kena mental breakdown.

"Gimana orang tua lo kalau tahu?"

"Ya jangan lo kasih tahu karena mereka bakal tahu sendiri."

Brak! Bakso kecil di sendok Hujan meloncat ketika Laut menggebrak meja dengan kepalan tangannya. Hujan menatap prihatin bakso yang jadi terbalut debu di atas meja. Lalu menatap takut-takut Laut yang tak melepas tatap nyalangnya.

"Jangan gila, Bego! Siapa yang lagi lo bela sekarang? Kakak lo lagi dirawat di rumah sakit dan lo malah ngaku jadi pelakunya? Orang gila aja tahu itu tindakan nggak normal! Apa sih yang lo pikirin?!"

"Lo ...."

Kalimat Hujan menggantung, membakar seisi dada Laut. "Apa?!" tukasnya menyalak.

"Kakak gue bukan cuma Kak Inay, tapi juga elo, Bang Laut."

Laut tersentak. Api dadanya merambat cepat naik ke mata. Dia tak pernah menduga jawaban seperti itu, bahkan dalam imajinasinya.

"Gue nggak kenapa-napa," ucap Laut penuh penekanan.

"Lo belum denger kalau lo bakal dipaksa mundur dari pemilihan bahkan diminta keluar sekolah karena banyak orang yang masih ngira kalau lo ada sangkut-pautnya, Bang?"

Laut tahu, tetapi menolak peduli. Dia akan membuktikan dirinya benar meskipun semua orang menuduhnya sebaliknya. Laut bukan orang yang mudah gentar.

"Dengan begini pun orang-orang bakal mikir ini cuma keisengan antara adek sama kakak yang agak kelewatan. Gue ngaku harusnya tanahnya itu tumpah, bukan malah bentur kepala dia. Karena gue panik takut disalahin jadi telat ngaku. Sekolah percaya dan ngasih keringanan hukuman karena akhirnya gue berani ngaku. Gimana pun itu kejadiannya di sekolah, jadi gue dihukum karena nyaris membahayakan nyawa orang lain di sekolah."

Kinda Fly to the SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang