1. Ambercio

347 21 10
                                    

Ambercio duduk di hadapan ayahnya. Pria tua itu menyodorkan dua foto pada putranya. Ambercio hanya menggerakkan bola matanya ke arah dua foto wanita itu tanpa menggerakkan tubuhnya.

"Rissa, dokter kandungan." Ayah menunjuk foto wanita dengan jas dokternya, dia tersenyum dan rambutnya di tata sedemikian rupa. Sangat rapi, sepertinya Ambercio pernah melihat wanita ini sebelumnya, tapi entah di mana?

"Cantik kan?" goda ayah karena putranya seperti berminat padanya.

"Biasa aja." sahut Amber masa bodoh.
Ayah terkekeh sejenak.

"Kalian pernah bertemu, tapi sudah lama sekali, dia masih kecil. Kamu lebih tua dua tahun ayah rasa, Terus kamu berangakat ke Amerika."

"Terus yang satunya?"
Ambercio tidak butuh penjelasan, dagunya segera menunjuk pada foto yang satunya.

"Tasha, adiknya, dua puluh tahun, mahasiswa,  jurusan Manajemen da dan Bisnis, sepertimu."

Amber menatap foto gadis berambut pendek yang terlihat manis dan ceria, bermata bulat dan kelihatan supel.

"Tentukan pilihanmu Ambercio, karena Prasetyo tidak akan mudah memberimu kedudukan tinggi jika tidak menikahi salah satunya." ucap ayahnya.

"Aku tidak tertarik." celetuk Ambercio  dingin.

"Perusahaan kita ini bukan milik kita seorang, Prasetyo memiliki lebih dari setengah dari apa yang kita punya. Jadi hak kita hanya tiga puluh persen, tapi sepenuhnya akan menjadi milikmu jika kamu menikahi salah satu putrinya. "

Ambercio diam. Otaknya berpikir, pria itu mengusap bibirnya berkali-kali, memikirkan perkataan ayahnya.

"Ayolah Ambercio, Om Prasetyo itu bukan orang lain, dia sudah seperti keluarga, harta dan kedudukan kita tidak akan kemana-mana." Indrawan menjelaskan.

"Aku rasa itu bukan ide bagus, kalau aku tidak akan pernah jadi CEO, putri mereka bisa jadi CEO juga kan?"

"Memang, Natasha masih terlalu muda dan Rissa tidak pernah tertarik menggntikan ayahnya. Ayolah Ambercio." ayah Ambercio terus memaksa.

Latar belakang pendidikan Amber yang membuat Ayahnya sedikit memaksanya untuk memperjuangkan apa yang sudah di perjuangkan orang tuanya selama bertahun-tahun. Bisnis perhotelan memang memerlukan seorang pemimpin yang bijaksana dan mumpuni. Menurut ayah S3 Ambercio mampu membawanya ke arah sana. Dia bisa jadi CEO.

"Bagaimana kalau aku menolak?"
Tanya Ambercio datar.

"Yeah... Tidak apa-apa, paling Prasetyo akan menjual The Season Hotel, dan ia akan gagal jadi King Hotel ternama di negara kita."
Ayah bicara santai namun menegaskan jawabannya membuat Ambercio berpikir panjang dan harus melakukan sesuatu.

"Aku tidak bisa memutuskan dengan cepat."

Ambercio berdiri sambil meraih ponselnya yang kebetulan berdering, Ayah Ambercio sempat melirik nama si penelfon. Luna Maya.

Ternyata Ambercio masih berhubungan dengan artis TV itu.

"Halo Maya, maaf  aku tidak bisa menemuimu, aku agak sibuk."

Ambercio menjawab telepon sambil berlalu, Indrawan ayah Ambercio menatap putranya yang menjulang sangat tinggi meninggalkannya. Indrawan tersenyum sekilas, Ambercio tidak akan tahu jika ia akan memisahkannya dari Luna Maya.

Ambercio nyasar, ia lupa jalan menuju rumah kelurga Prasetyo, bertahun-tahun tinggal di luar negeri membuat ia lupa jalanan di negaranya sendiri.

"Bangsat, kenapa gue jadi error gini sih, ya ampun."

Ambercio memukul steering,  Dia harus kemana sekarang? Ambercio geram bukan main.
Ambercio berhenti di tepi jalan, menatap gelap dan sepi di hadapannya. Sudah dua jam Ambercio berkeliling, berputar-putar di dalam komplek yang ia sendiri tidak pasti, di mana rumah keluarga Prasetyo?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Pilihan CEO ( Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang