Bruk!!
"Ah, maaf." Aku merundukkan tubuh berkali-kali pada seorang lelaki yang tak sengaja ku tabrak ini. Agaknya dia merasa kesal karena hanya memandangku intens tanpa berkedip sama sekali. Bahkan bibirnya tak berbicara sepatah kata pun. Benar-benar aneh.
"Hei? Kau marah padaku?"
"Darahmu.. manis,"
Aku yang mendengar hanya sekilas mengerutkan dahi. "Apa? Bisa kau ulangi?"
"Kau.. manis." Ulangnya lagi.
Bukannya tergoda atau tersipu, aku malah diam memaku. Memandang lelaki yang tengah menatapku dengan lamat seakan aku adalah santapan paginya.
"Kau aneh."
"Siapa namamu?"
"Aku? Jung Chaeyeon."
"Kita memiliki marga yang sama."
"Kalau begitu, aku pamit dulu." Kepalaku merunduk dan kembali melangkah.
Selalu saja seperti ini. Aku akan terbangun di dunia yang berbeda setiap kali tertidur. Dan aku yakini, ini akan selesai ketika aku membuka mata nanti.
Kalian pasti bingung kan, kenapa aku dengan mudahnya memberi tahukan namaku pada pemuda itu? Percayalah ketika aku terbangun nanti, tak ada yang bisa ku ingat sama sekali. Bahkan aku akan lupa bagaimana rupa lelaki itu.
Semuanya hanya sementara. Aku tak perlu mengingat setiap momen.
Sebenarnya aku sedang bingung kemana langkah kaki ini membawaku pergi. Asal kalian tahu saja, kemarin aku menjadi putri dari seorang raja serigala. Cerita aneh macam apa itu? Mana ada hybrid di dunia modern seperti ini?
"Pagi Chelsea Jung!" Sapa seseorang yang ku ketahui bernama Rossie (karena aku melihat nametag yang dipakainya). Mendengar bagaimana dia menyapa, pasti perempuan ini sangat dekat denganku!
Tapi.. tunggu dulu! Dia memanggilku apa tadi? Chelsea?
"Bu Jung baru datang?"
Dan aku baru sadar kalau sekarang kaki ku terhenti di sebuah ruangan besar yang memiliki meja dengan sekat yang terdapat papan nama dibagian atasnya.
"Selamat pagi," jawabku sekenanya. Masih bingung dengan situasi dimana-kali ini aku hidup sebagai apa?
"Bu Chelsea baik-baik aja?"
"Ah iya." Masih dengan keraguan, aku menaruh tas dan mengambil buku-buku yang berada diatas meja kerjaku. "Aku harus apa kira-kira Eunseo-ssi?"
Bukannya menjawab, yang ku tanya barusan justru malah tertawa. "Hei, kau lupa ingatan? Kepalamu terbentur sesuatu sampai kau gak bisa ingat begini?"
"Aku pikir begitu."
"Apa mengajar anak-anak terlalu membebani mu?"
Jadi aku seorang guru?
"Sebenarnya yang tadi itu.. aku hanya bercanda." Kataku kikuk. Benar-benar seperti orang idiot.
Kenapa sih hidupku harus seperti ini? Ketika aku bertanya pada temanku tentang apa yang terjadi setiap kali aku tertidur, dia hanya berkata bahwa aku sleepwalking, halusinasi atau karena keadaan ku yang terlalu lelah membuat tidur ku menjadi tidak nyenyak.
Padahal aku sudah bilang kalau ini Lucid Dream. Aku benar-benar bisa mengendalikan mimpi, meski pada endingnya tetap ke alur yang sama.
Akhirnya sampailah aku di suatu kelas. Seperti biasa anak-anak kecil disini ada yang tertawa riang, bermain pesawat kertas, juga mengobrol. Dan ketika pandanganku tertuju pada anak laki-laki yang tengah menunduk sambil menulis sesuatu di buku, rasa penasaran tiba-tiba melonjak.