Benar-benar nikmat dipagi hari bisa melihat lelaki tampan melewati koridor fakultas Sasing tanpa harus aku yang nyari-nyari keberadaan Winwin. Pergerakan lelaki itu ternyata tidak sengaja tertangkap oleh indera penglihatanku karena dari jauh pun, dia bersinar meski dalam ruangan gelap.
Apa aku yang terlalu berlebihan?
Apapun sebutannya itu, pokoknya ini hari terbahagia ku bisa melihat Winwin lagi. Belakangan ini dia selalu pergi kemana-mana bersama Yiyang dan aku tidak ada kesempatan sama sekali untuk menguntitnya, jadi sekarang aku akan beraksi.
Perlahan aku mulai mengikutinya dari belakang. Bahkan wangi parfumnya saja mampu membuatku candu. Dia adalah definisi lelaki perfect yang sangat digilai banyak wanita dan aku salah satunya.
"Keluar atau aku yang akan menarikmu?"
Langkahku tiba-tiba terhenti dan segera bersembunyi dibalik papan pengumuman. Astaga! Apa jangan-jangan dia tahu aku mengikutinya?
"Jung Chaeyeon ku hitung sampai tiga kalau kau gak mau keluar juga, ku permalukan satu fakultas."
Mataku terbelalak ketika dia menyebut namaku barusan. Bahkan meski nada bicaranya terkesan kesal, tapi aku tetap merasa tersanjung.
Kapan lagi Winwin meyebut namaku dengan lantang? Biasanya dia hanya memanggilku dengan embel-embel junior karena aku sempat gapyear setelah lulus SMA. Jadi meski kami seumuran, dia tetaplah seniorku.
"Satu.."
Ya Tuhan aku harus apaa?!
"Dua.." dia kembali menghitung sedangkan aku ragu akan keluar atau tidak.
Siapapun bantu aku..
"Jung Chaeyeon!"
Dengan terpaksa aku melangkah maju dan berdiri dihadapannya dengan kepala yang terus menunduk kebawah.
Astaga, mau ditaruh mana muka ku sekarang?
"Junior Chaeyeon?"
"Iya.. kak?"
Ku dengar helaan nafas keluar dari bibirnya yang berarti, kemungkinan besar dia tengah memendam kekesalan.
Apa aku memang se-menyebalkan itu?
"Awalnya ku pikir, kau cuma mengagumiku. Tapi sekarang aku rasa.. kau terlalu melampaui batas."
"Maaf kak. Aku tau tingkah ku ini mirip seperti penguntit."
"Bukan seperti penguntit lagi, tapi kau memang menguntit ku."
"Abisnya kak Winwin ganteng, jadi aku tertarik untuk menjadi pacar kedua kakak."
"Apa?"
Aku segera memukul bibir. Ya ampun kenapa malah jadi keceplosan sialan?!
"Bisa kau ulangi?"
"Itu kak.. anu.."
"Kenapa?"
"Kakak cocok sama kak Yiyang."
"Kalau kita lagi bicara berdua, kau cukup memanggilku dengan nama. Kita ini seumuran kan?"
"Tapi kakak duluan yang memanggilku pakai sebutan junior."
"Oke, iya. Lain kali aku akan memanggilmu dengan nama."
"Baik kak, terima kasih."
"Jadi gimana, Chaey?"
Aku menatapnya. Kali ini dengan pandangan speechless karena..
CHAEY?? TADI DIA BILANG CHAEY KAN?!
"Maksud nya jadi apa nih kak? Jadian?"