Saat ini di sela-sela hembusan angin sore yang seharusnya menyenangkan, tetapi terlihat menyedihkan bagi Allea saat ini. Beberapa menit yang lalu dirinya sudah melakukan hal menjijikan dengan orang yang selama ini selalu menyakitinya. Allea memeluk tubuhnya sendiri sembari menangis, ia saat ini merasa miris terhadap dirinya sendiri.
"Pulang yuk cepetan! Udah mau jam 5 nih" Ujar Andika yang dengan santainya saat ini sedang duduk di sofa sembari merokok.
Andika melirik ke arah Allea dan ia sedikit merasa kasihan ketika melihat kekasihnya itu sedang menangis akibat perbuatannya. Namun, dengan cepat ia menepis rasa bersalahnya itu dengan senyuman smirk dibibirnya sebagai tanda dirinya merasa telah menang atas perempuan itu. Andika mendekat ke arah Allea, lalu ia berjongkok agar posisinya sejajar dengan wanita itu.
"Engga usah lebay deh, nanti juga lo ketagihan" Ucap Andika, lalu menghembuskan asap rokoknya ke wajah Allea sehingga membuat wanita itu terbatuk-batuk.
"Dik..jangan gitu.." Lirih Allea, sungguh saat ini dirinya tak tahu harus berkata apalagi karena ini menyakitinya.
Andika lalu memutar bola matanya dan mengangkat paksa Allea agar wanita itu berdiri.
"Cepet bangun, jangan manja deh" Andika menarik lengan Allea sehingga kini wanita itu sudah berdiri.
"Bra aku kemana?" Tanya Allea dengan tatapan yang sulit dijabarkan lagi.
"Udah gue robek,yaudah sih pake aja seragam lo. Ribet" Balas Andika yang sedang mematikan api di rokoknya.
Allea hanya mengangguk dan mulai memakai baju seragam putihnya kembali. Bahkan ketika Andika menarik tangannya menuju lift, wanita itu hanya terdiam. Jujur saja,saat ini Allea sudah pasrah dengan apapun yang akan Andika perbuat kepadanya. Saat di dalam lift tanda sengaja Andika melihat kalau baju seragam Allea menerawang. Entah karena hal apa, Andika lalu melepaskan hoodie yang sedari tadi ia pakai lalu memberikannya kepada Allea.
"Nih pake" Ujar Andika lalu melemparkan hoodie itu ke tangan Allea.
Allea hanya terdiam tanpa menjawab apapun.
"Baju lo terlalu nerawang Le"
"Peduli apa kamu sama aku?" Tanya Allea dan Andika hanya menarik nafas kasar.
Andika yang sudah mulai hilang kesabaran akhirnya ia memasangkan hoodie itu ke tubuh Allea. Sepertinya saat ini wanita itu benar-benar sudah tunduk kepadanya. Allea tidak bereaksi apapun terhadap hal yang dilakukan Andika kepadanya, padahal biasanya satu perhatian kecil yang Andika berikan kepadanya dapat membuatnya menjadi sangat senang, tetapi kali ini tampaknya tidak begitu.
Andika melihat rambut Allea yang terkuncir dengan berantakan akibat pergulatan liar mereka tadi. Jika orang-orang melihat kondisi Allea yang kacau seperti ini bisa-bisa Andika terkena masalah. Akhirnya Andika juga memutuskan untuk menguncir ulang rambut Allea.
"Engga usah kepedean, gue engga mau aja orang-orang nyangka yang aneh-aneh kalau lo berantakan kayak tadi"
Allea tidak menjawab perkataan Andika barusan,wanita itu lebih memilih untuk menghapus sisa-sisa air matanya agar tidak terlihat aneh? Walaupun sebenarnya ia memang berbuat yang aneh-aneh. Pintu lift terbuka, mereka turun di lobi lantai satu sekolah. Sepertinya saat ini sekolah sudah benar-benar kosong, bahkan sepertinya para murid yang melaksanakan ekstrakulikuler kini sudah selesai dan pulang. Hanya tersisa Allea dan Andika saja di sekolah ini.
Andika memegang tangan Allea, kali ini tidak kasar. Andika sepertinya sadar bahwa ia tadi sudah berbuat sangat menyakitkan bagi Allea. Saat sampai di parkiran ,baru saja Andika ingin membukakan pintu mobil untuk Allea tetapi, wanita itu sudah membukanya sendiri. Melihat hal itu Andika tetap santai, pikirnya yang penting ia sudah mencoba melakukan hal baik bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Please it's Hurt
RomanceDISCLAIMER⚠️⚠️ CERITA PLEASE IT'S HURT SEBELUMNYA TER-BAN OLEH WATTPAD,JADI AKU BIKIN ULANG Namaku Allearsyi Indira,panggil saja Allea atau terserah pada kalian saja. Jika kalian melihatku sepintas mungkin aku akan terlihat seperti wanita berpipi c...