-spin off: kangen nggak?

55.7K 7.2K 2.5K
                                    




"Siapa yang terakhir ke sekre dan nggak matiin lampu? Gue sampe ditanyain yang jaga kampus, nih."

Hampir pukul 12 malam, Dimas mengirimkan pesan pada grup kepengurusan yang mulai diabaikan.

"Udah lewat jam kerja, nggak mau bales." Respons Yudhit, yang padahal dengan mengirimkan pesan itu, sama aja dengan dia membalas.

"Bukan gue." Jawab Tyo singkat.

"Yang lain?"

Tidak ada jawaban.

"Sampe kita disuruh bayar listrik, lu pada patungan, yak."

Tetap tidak ada jawaban.


-


Kelas pagi selalu menjadi beban tersendiri bagi para mahasiswa, apalagi kalau mata kuliahnya terhitung berat, ditambah dengan dosen yang killer. Kalau bisa nggak tidur supaya nggak datang terlambat, mending nggak usah tidur sekalian, deh.

Pukul 7.30, beberapa mahasiswa sudah mengisi bangku kelas di lantai tiga. Bukan, mereka ini bukan golongan mahasiswa ambisius, melainkan mahasiswa yang mending gue dateng pagi daripada nggak dibolehin masuk kelas dan harus datang duluan biar nggak kena sisa bangku paling depan; Dimas salah satunya.

Ia berdiri di luar kelas setelah menaruh tas di barisan bangku keempat. Matanya melihat ke arah lapangan sambil sesekali menenggak teh dalam kemasan botol yang dibeli di kantin fakultas. Teman-teman dekatnya; yang juga merupakan pengurus inti himpunan belum ada yang datang. Hal ini kadang bikin Dimas cemas, tau karena apa?

Karena ketika pengurus inti himpunan datang terlambat atau tidak melakukan sesuatu sesuai aturan, ia akan mendengar kalimat rutin sebagai berikut:

"Harusnya, sebagai pengurus inti himpunan, kalian itu bisa memberikan contoh yang baik buat mahasiswa-mahasiswa lain, bukannya malah terlambat begini."


Apakah Dimas lelah mendengar kalimat tersebut?

Ya.

Apakah Dimas memarahi para anggotanya?

Tentu saja iya. Tapi paling marahnya sebatas, "elu, sih!"


Teman dekat sekaligus pengurus intinya datang dengan hoodie berwarna biru yang menyembunyikan rambut berantakannya. Selain membawa tas ransel, ia juga membawa kotak berwarna putih di tangan: danusan.

Ia berjalan mendekat sambil menguap, kemudian hanya mengangguk sebagai bentuk sapaan.

Ia adalah Jefri, Kepala Departemen Humas yang pandai memikat hati wanita–kecuali teman-teman seangkatannya yang sudah kenyang melihat penampilan kelas paginya seperti sekarang.

"Apaan, tuh?" Tanya Dimas.

"Danus." Jawab Jeffri, sambil menyodorkan kotak berisi gorengan ke depan wajah Dimas.

"Berapa?"

"Dua rebu."

"Emang jadwalnya elu?"

"Jadwalnya anak Humas sama PSDMO hari ini. Udah dititipin di pos satpam dari pagi."

"Ada keju aroma nggak?"

"Itu dibawa Maraka. Beli nggak lu? Kalo nggak gue mau masuk kelas."


Dimas mengambil satu gorengan dan menyelipkan uang lima ribuan di plastik terpisah.

"Thank you!" Jawab Jeffri sambil lagi-lagi menguap sebelum masuk kelas.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIMPUNAN VOL.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang