Pesawat mendarat dengan sempurna di Kualanamu International Airport, dan hal pertama yang ketiga remaja ini lakukan ialah me-non aktifkan mode airplane untuk membuka ruang bagi pesan yang tertunda untuk masuk.Suara notifikasi langsung berbunyi tanpa henti di ponsel Akmal. Belasan pesan penuh kekhawatiran dari Bunda mengisi satu layar penuh sejak tiga puluh menit lalu.
Ah, Akmal lupa. Ia tidak mengabari Bunda bahwa pesawatnya delay hampir satu jam.
"Ayo turun," ajak Mark. "Tas lo yang mana, Jan?" Tanyanya seraya membantu Renjani mengambil tasnya dari kabin.
Akmal ikut berdiri dan meraih tas ranselnya, menutup ponsel dan memasukannya ke dalam saku.
Seperti sekelompok anak hilang, mereka bertiga celingak-celinguk sambil menggeret koper, mencari LO yang seharusnya menjemput mereka hari ini.
Seorang anak perempuan dengan rambut coklat gelap dan panjang melambai ragu ke arah mereka. Mencoba bertukar sinyal apakah ketiga orang itu adalah delegasi yang harus ia jemput.
Akmal mendorong Renjani, menyuruhnya untuk menghampiri LO mereka karena keduanya sama-sama perempuan. Baru Renjani berniat jalan menghampiri, namun LO tersebut nampaknya hanya memiliki pandangan untuk Mark, karena ia berjalan lurus dan langsung menyalami Mark tanpa melihat kedua temannya yang lain.
Renjani langsung menengok ke belakang, kemudian mengangkat pundak, sementara Akmal menahan tawa.
"Hai, aku Rindy," perkenalnya seraya menjabat tangan Mark.
"Hai, Mark. Ini temen-temen aku yang ikut jadi delegasi juga," tunjuknya pada Akmal dan Renjani di belakang.
Renjani mengangguk dan tersenyum, sementara Akmal melambai kecil ke arah Rindy.
"Cantik, Jan." Bisiknya. Renjani hanya mengerlingkan mata mendengar itu.
Mark berjalan di sisi Rindy, diikuti oleh Akmal dan Renjani di belakangnya. Mungkin Rindy lupa bahwa delegasi yang menjadi tanggungjawabnya bukan hanya Mark, melainkan ada dua orang lagi yang sedaritadi hanya bisa mengekor.
"Perjalanan dari sini ke penginapan lumayan jauh, bisa sampai satu jam, kalau kalian capek—" penjelasan Rindy terpotong oleh Akmal yang sibuk mengeluarkan ponsel dari saku celana.
Panggilan video datang dari Bunda.
Akmal mengusap wajah kasar. Ia sudah tahu bahwa ia pasti akan diomeli habis-habisan karena mengabaikan pesan dari Bunda. Sebelum mengangkat, Akmal mempersiapkan senyum terlebih dahulu.
"Bunda! Ecan udah sampeeee!" teriak Akmal sebelum Bunda sempat berkata apa-apa.
Suaranya yang nyaring membuat Rindy menengok ke belakang. Bahkan Aldo, bagian akomodasi yang sedaritadi fokus menyetir ikut mencuri pandang melalui spion tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIMPUNAN VOL.2
Fanfiction"Ternyata capek ya ngurus himpunan." "Emang siapa yang bilang ngga capek?"