2. Rumah Baru

8 4 18
                                    

Siang itu Bulan dan Bintang sudah rapi dengan masing-masing koper dan beberapa tas besar yang memuat barang-barang mereka.

Memang jadwalnya hari ini mereka akan langsung pindah ke rumah mereka sendiri.

Karena hal itu pula, anggota keluarga Bulan juga ikut berkumpul di kediaman keluarga Allison untuk makan siang bersama. Setelahnya Bintang harus menghela nafas lelah melihat orangtuanya yang membuat suasana tampak begitu drama karena mereka hampir menangis ketika melepas kepergian Sang anak.

Bintang tentu tidak mengerti. Padahal mereka sendiri yang bersikeras agar dia dan Bulan menikah, sama hal nya dengan masalah tinggal di rumah baru, tapi di saat yang sama mereka seolah tidak mau berpisah dari Bintang beserta istri.

"Bunda ga nyangka kamu udah jadi istri orang." Sinta-bunda Bulan- memegang erat kedua lengan gadis itu.

Sementara Bulan dalam hati berujar:

"Lah, Bintang kan bukan orang-

-mana ada orang seganteng itu hehe"

"Nak, kamu kok senyum? Kamu bahagia mau ninggalin Ayah sama Bunda?" Kini giliran Alvaro-Ayah Bulan- yang berujar kala mendapati anak semata wayangnya tengah tersenyum sendiri.

Bulan yang sadar akan kebodohannya itu lantas menjawab asal.

"Ah enggak kok yah. Aku juga bakal kangen sama kalian. Pokoknya ayah sama bunda harus sering mampir ke rumah kita yaa."

Sebagai respon dari perkataan sang anak, Alvaro dan Sinta lantas mengangguk.

"Mama juga ga nyangka sekarang Bintang udah punya istri. Anak kita udah besar pa." Ujar Veni dengan mata berkaca-kaca.

Bintang memutar bola mata malas. Ada apa dengan suasana yang di paksa menjadi sedih ini?! Hei mereka tidak akan pergi ke alam kubur atau pun planet lain! Mereka hanya pindah rumah, dan tidak akan berpisah sejauh itu.

"Kamu harus jadi suami yang bertanggung jawab Bintang. Papa percaya sama kamu."

"Paa. Ga sekalian suruh aku kerja sambil sekolah terus ngurus anak juga?" Tanyanya malas.

Mendengar itu ke empat orang tua di sana lantas terkejut.

"Bintang kamu udah mau punya anak?! Ya ampun.." Veni berseru semangat.

"Sayang kita bakal punya cucu!" Ujar Alvaro.

"Tunggu tunggu! Bunda ga setuju yah. Bulan harus sekolah dulu dong. Bintang sayang... kamu mau nunggu kan? Cuman setahun lagi kok. Sabar yaaa.."

Mendengar perkataan Sinta, hadirin di sana lantas mengangguk setuju kecuali Bulan dan Bintang yang kini menatap cengo ke arah orang tua mereka.

"Dah lah, Bu ayok pergi!"

Bintang mengabaikan seruan dari para orang tua disana yang menggodanya karena memanggil Bulan dengan panggilan 'Bu'. Dia membawa koper di tangan kanan dan tas besar di tangan kirinya, melangkah keluar dari rumah besar itu di ikuti Bulan di belakangnya.

Yaa, seharusnya masalah siang itu berakhir di sana.

Tapi kenyataannya,

"Pokoknya gue duduk di depan!"

"Gak! Lo harusnya ngalah sama cewek!"

"Bulan katanya lo suka gue, kok malah ga mau ngalah sih!"

Mereka kembali berselisih tentang masalah yang sebenarnya sepele. Hanya perihal posisi duduk di mobil. Memang tadi Bintang menyuruh supir keluarganya untuk mengantar mereka karena terlalu malas untuk menyetir.

100% CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang