Bulan mencuci muka dengan gerakan cepat. Membuat make up tipisnya terhapus karena berkali kali di usap kasar oleh telapak tangan gadis itu.
Hal tersebut membuat salah satu temannya meringis ngeri.
"Bulan jangan gitu, nanti wajah lo bisa luka kalo kena kuku lo." Ujar temannya.
Gadis bernama Evelyn atau biasa di panggil Eve itu hanya menghela nafas pasrah kala Bulan tidak mendengar ucapannya.
Dan benar saja, beberapa saat setelahnya Bulan tiba-tiba menjerit kecil kala kulit pipi kiri nya tergores kukunya sendiri, meninggalkan luka goresan yang tidak terlalu panjang tapi cukup mencolok di wajahnya yang putih mulus.
Semakin emosi, Bulan menaikkan tatapannya melihat ke arah cermin di depannya. Kedua tangan gadis itu mencengkeram erat masing-masing sisi watafel. Melihat penampilannya yang sudah acak-acakan di lengkapi luka yang di timbulkan karena tingkahnya sendiri.
"Bangsat!!" Umpatnya setengah berteriak. Dia menjadi sebegini kacau hanya karena Bintang?
Seorang siswi yang baru hendak masuk ke dalam toilet itu lantas langsung berbalik arah kala melihat anak pemilik sekolah bersama dua temannya itu tampak sedang berada di situasi yang serius. Tidak ingin mengambil resiko berurusan dengan Bulan.
Evelyn melirik ke arah Meyca yang tampak sedang bersandar santai di salah satu pintu bilik toilet yang terkunci. Ekspresinya hanya datar seolah tanpa minat memperhatikan Bulan yang masih mencoba menetralkan emosinya sendiri. Meyca memang selalu setenang itu. Orang lain kerap kali salah paham tentang kepribadiannya yang cuek dan tidak peduli. Padahal Bulan dan Eve tau, Meyca hanya memiliki cara yang berbeda untuk menyampaikan perhatiannya.
Eve memberi kode lewat ekor mata kepada Meyca, mencoba bertanya akan apa yang sebaiknya ia lakukan sekarang.
Melihat itu Meyca hanya menggeleng kecil. Berisyarat bahwa mereka tidak perlu melakukan apapun. Sudah sewajarnya Bulan marah dengan kejadian di kantin tadi. Perlakuan kedua orang tadi itu tentu saja menyakiti egonya. Dan Meyca tidak ingin memperkeruh situasi hanya untuk menanyakan bagaimana keadaan gadis itu sekarang.
Sebenarnya Bulan itu tidak seperti ini. Karena itu Eve sendiri juga tidak paham bagaimana menanggapi Bulan yang akhir-akhir ini selalu meledak-ledak.
Bulan itu tergolong orang yang santai. Dia humble, pintar, cantik, berbakat, jarang menyombongkan statusnya di sekolah itu. Maka tak mengherankan jika tidak sedikit orang yang mengaguminya.
Akan tetapi, setelah dia menikah dengan Bintang, Bulan seolah menjadi paranoid. Tidak jarang dia menerima komentar kebencian yang membuat rasa percaya dirinya semakin menurun. Mereka seolah mengatakan bahwa dirinya tidak pantas bersanding dengan Bintang. Karena itu, Bulan seperti ini sebagai bentuk pertahanan dirinya terhadap orang-orang tidak tahu malu seperti mereka. Biar Bulan di anggap sombong atau bagaimana. Gadis itu hanya ingin meyakinkan diri bahwa dia pantas berada di tempatnya sekarang.
Setelah berkali-kali mencoba mengatur emosinya, Bulan akhirnya mampu menenangkan diri. Matanya melirik ke arah Evelyn lewat cermin di depannya.
"Tas lo Eve." Ujarnya pelan.
Evelyn yang tidak mengerti lantas lagi-lagi melirik ke arah Meyca, meminta bantuan.
Selanjutnya setelah Meyca menunjuk ke arah tas kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana itu, Evelyn langsung ber-oh ria dan dengan gerakan cepat memberikan tas tersebut kepada Bulan.
Bulan kembali menata tampilannya, mulai dari rambut yang sedikit basah, lalu bajunya yang juga tampak kusut. Gadis itu lalu memoles bedak tipis yang ia dapatkan dari tas kecil milik Evelyn ke wajahnya. Meringis kecil kala ia mencoba menutupi luka yang masih baru itu dengan bedak walaupun tidak berhasil tertutupi sepenuhnya. Bulan hanya mencoba berpenampilan layaknya dia pada hari biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
100% Cintaku
Teen FictionOrang bilang Bulan dan Bintang itu serasi. Senantiasa bergandengan mesra di tengah malam yang gelap. Tapi kenyataannya.. Bintang lelaki, Bulan perempuan. Bulan suka kucing, Bintang membencinya. Bintang suka makanan pedas, Bulan tidak pernah menyentu...