Srek!
Ruri menyayat lengan nya sendiri, membuat belatinya di lumuri darahnya sendiri
"Apa yang kau lakukan? Kau ini memang bodoh!" maki iblis itu
Ruri dengan secepat kilat maju pada iblis itu dan menancapkan belati itu tepat pada leher iblis itu
Jleb!
"Arghhh"
"Darahku sudah di penuhi dengan racun! Entah ini akan membunuhmu atau tidak, aku tidak peduli! Tapi setelah ini kau tidak bisa bergerak dalam waktu yang lama!" ucap Ruri datar dan dingin
Ruri mencabut kembali belatinya dari leher iblis itu lalu pergi meninggalkan iblis itu yang mengerang kesakitan, racun Ruri menyebar dengan cepat keseluruh tubuhnya dan iblis itu benar benar tersiksa.
"Ruri! Ruri!" Rengoku berteriak mencari Ruri dan tanpa sengaja bertemu iblis yang sudah di racun oleh Ruri
"Arghhh gadis itu! Benar... benar sialan arghhh!" ucap iblis itu sambil menahan rasa sakitnya yang menyiksa
"Apa yang kau maksud itu Ruri? Dimana dia?" tanya Rengoku
"Aku tidak tau arghh! Kenapa aku tidak mati saja arghh!" teriak iblis itu
Percuma bertanya padanya, lalu Rengoku pun melanjutkan mencari Ruri
"Ternyata kau di sini ... Hantengu!" ucap Ruri pelan karena dia sudah benar benar mencapai batasnya
Ruri terbatuk dan mengeluarkan darah lagi. Itu semua di sebabkan fisiknya saat ini benar benar lemah dan dia memaksakan untuk bertarung di tambah lagi tadi dia membentur pohon besar cukup keras
"Kau terlalu ... membuatku muak!"
"Kau hanya ... bisa bersembunyi!"
"Kau ... sangat lemah!"
"Bagaimana bisa kau ... menjadi iblis bulan atas? Sedangkan kau ... hanya seorang pengecut .... yang hanya bisa ... bersembunyi dan lari!"
"Aku akan ... membunuhmu ... sekarang ... juga!"
Sekali lagi Ruri terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya
"Ruri!" Rengoku telah menemukan Ruri dengan keadaan nya yang jauh dari kata baik
Srek!
Ruri berhasil menebas kepala iblis itu. Namun, iblis itu masih hidup dan tiba tiba menghilang melewati celah yang ada di tanah
Ruri ambruk tidak tahan menopang berat tubuhnya sendiri, untungnya Rengoku ada di sampingnya
"Aku ... membuat kesalahan. Iblis itu ... tidak mati!" ucap Ruri dan kembali terbatuk dan mengeluarkan darah lagi
"Ruri cukup! Biarkan saja iblis itu! Sekarang pikirkan dirimu sendiri!" ucap Rengoku yang saat ini sangat panik
Rengoku menggendong Ruri kembali menuju kediaman Tamayo
"Ruri!" teriak Giyu dan Sanemi panik melihat keadaan Ruri yang mungkin saat ini dia kritis
"Jangan khawatir kan aku. Sepertinya aku tidak punya banyak waktu lagi," Ruri tiba-tiba sadar dan berucap demikian bahkan senyum dari wajahnya tidak luntur
"Jangan katakan itu!" tegas Giyu dirinya sudah banjir keringat dingin karena melihat keadaan Ruri seperti ini
"Kumohon, dengarkan aku sebentar saja, dan jangan menyela," pinta Ruri dirinya masih sanggup untuk berbicara menyampaikan keinginannya pada Giyu dan yang lainnya, meskipun semakin lama napasnya semakin sesak
"Sebentar lagi kita semua akan berperang, mungkin sekitar 3 sampai 4 bulan lagi."
"Nezuko, dia akan bisa menaklukkan matahari, sehingga Muzan mengincarnya dan akan tercipta sebuah perang besar pertama dan terakhir kali nya."
"Dalam perang besar itu, Tamayo-san akan mengulur waktu, dan kalian akan melawan iblis bulan atas. Selamatkan Shinobu Kocho, dia akan melawan Douma."
"Sanemi, lindungi adikmu Genya dan juga tolong selamatkan Muichiro Tokito, kalian akan melawan Kokushibo iblis bulan atas satu."
"Setelah melenyapkan iblis bulan atas. Kalian semua akan berhadapan dengan Muzan, kalian tidak bisa melenyapkan nya, kalian hanya bisa mengulur waktu hingga matahari terbit."
"Aku melihat banyak sekali dari kalian yang mati, sejak kedatangan Muzan hingga Muzan mati. Aku benar benar tidak tau harus bagaimana."
"Hingga aku mengerti, jika ada satu cara yang sangat mematikan agar kita bisa menang dengan sedikitnya korban jiwa,"
"Hanya satu cara! Memasuki dunia transparan. Orang yang memiliki fisik lemah sekalipun bisa melakukannya,"
"Aku belum bisa mencapainya. Tapi, aku yakin kalian bisa."
"Tanjirou. Dia mengetahui tentang dunia transparan. Karena dia bisa memasuki dunia transparan tepat waktu, dia bisa menyelamatkan Giyu dari Akaza."
"Hanya ini yang bisa aku sampaikan, semoga ... kalian bisa memenuhi harapan ... terakhirku." napas Ruri sudah mulai tidak beraturan
"Kenapa ... kalian mengeluarkan air mata? Tersenyumlah ... aku ingin melihat senyuman kalian sebelum ... aku benar benar menutup mataku ... untuk selamanya." entah bagaimana saat Ruri mengatakan hal tersebut seketika mereka semua langsung tersenyum. Namun, itu tidak bertahan lama
"Sampaikan pesan terakhir ku pada ... Takao dan yang lainnya juga ... agar mereka selalu ingat apa nasehat ku ... selama ini!"
"Cukup! Kau akan sembuh!" ucap mereka bertiga kesal dan sedih
"Giyu, aku mulai ... melihat ibu dan ayah!"
"Tidak! Jangan katakan itu!"
"Aku hanya ingin kau tau saja, Ruri. Jika aku ... Benar benar tidak mengharapkan ini." ucap Rengoku jujur
Sanemi tercengang mendengar Rengoku mengatakan itu. Sanemi juga sadar jika dirinya ... hanya mengagumi sosok seorang Ruri
"Senang mendengarnya."
"Aku ... sudah tidak kuat,"
"Tidak Ruri, aku mohon bertahanlah!" ucap Giyu pelan dengan air mata yang tak pernah berhenti mengalir
Uhuk! Uhuk!
Ruri terbatuk darah lagi, tatapannya juga mulai sayu, napas Ruri semakin sesak.
"Sepertinya ... ini sudah waktunya, kakak ... jaga dirimu baik baik!"
"S-sayon-nar-ra." ucap Ruri terbata dengan senyum manis yang sedari tidak pernah luntur, tatapan hangatnya sudah tertutup oleh kelopak matanya sendiri
"RURIII!!"
'Sayonara' itu lah kata terakhirnya hingga dia benar benar menutup matanya. Tamayo dan Yushiro juga tak kuasa menahan tangis mereka. Mereka sangat menyayangi Ruri, tapi kenapa Ruri harus meninggalkan mereka dengan cara seperti ini
"Giyu, kau harus tabah, denyut nadi Ruri benar benar sudah berhenti, dia sudah ... Meninggal," ucap Tamayo sambil menangis
"Tidak! Itu tidak mungkin! Adikku baik baik saja! DIA MASIH HIDUP!" teriak Giyu
"Kami juga sangat terpukul. Tapi, Ruri benar benar sudah meninggal!" ucap Yushiro, nada bicaranya sedikit melembut
"Itu tidak mungkin! Ruri adalah adikku dia adalah gadis yang kuat! Itu tidak mungkin!" racau Giyu
"Ruri, aku mohon bangunlah!" gumam Giyu
Kematian Ruri mengingatkan Giyu pada kematian keluarganya dan juga Sabito
"Ini semua terjadi karena aku tidak bisa menjaga mereka dengan benar. Karena aku lemah!" batin Giyu
"Sudah Giyu, tenaglah!" ucap Rengoku
"Ini takdir! Kita tidak bisa menyangkal nya!" ucap Sanemi
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsuki Hashira (Kimetsu no Yaiba)
Narrativa generaleTsukikara Ruri, seorang Pilar Rembulan. Namun, lebih cenderung seperti seorang bayangan. Ia juga adik angkat dari Tomioka Giyu, sang Pilar Air. Ruri juga seorang keturunan yang memiliki julukan "darah bulan" dimana keturunan yang termasuk berdarah l...