14 𖢨 Maaf Gue Mengindar

37 3 0
                                    


"Kak... dipanggil bunda" kepala Arsyi muncul diujung pintu kamar.

"Iya bentar" tetap melanjutkan mengerjakan tugas.

Arsyi teriak dan masuk kamar. "CEPETAN!!!"

Dheera menoleh tajam dan mengusir adiknya.

"Apaaan sih? iya tunggu dikit lagi nanggung" Dheera mendorong adiknya.

"Kak, kata Ustadzah Arsyi: kalo orang tua manggil, langsung datang gitu" seorang kakak dinasehati adiknya.

"Arrrrgh... Okay fine, gue turun" Segeralah cewek yang mengenakan sendal rumahan berbentuk boneka kelinci mendatangi bunda kesayangannya.

"Gitu kek daritadi, weeek!" Arsyi mencibir jelek.

Dilihatnya Bunda tengah membungkus cake, dengan pita emas cantik diatas meja.

"Apa Bun?"

"Hi anak gadis bunda. Nggak baik berkurung di kamar aja. Kamu udah makan?" Bunda mengelus rambut Dheera.

"Bun, Dheera tadi lagi bikin tugas. Dheera nggak lapar, bunda udah makan?" Tanyanya.

Bunda menggangguk.

"Cake buat siapa Bun?" Dia mengintip isi box cake yang dibungkus dengan rapi.

"Buat Ar-kim" jawab bunda sembari tersenyum pada putrinya.

"Ooh... Arkim" Lalu Dheera hendak berbalik menuju toilet.

Bunda heran tumben Dheera tak merespon. Tiba-tiba Dheera teringat kalo Arkim adalah nama asli Imong. Dia kembali pada bunda...

"HA ? IMONG ? Kenapa Bun? Dia mesen cake ?" Banjir pertanyaan dari mulut pink Dheera.

"Iya, jadi kemaren dia belanja ke toko. Trus bunda lagi coba resep baru kan, bunda udah janji, kalo cakenya berhasil, nanti dikasih ke Arkim. Gitu kak " Bunda menjelaskan sambil membereskan meja makan.

"Dia ngapain aja di toko, Bun?" Dheera penasaran.

"Beli kue dong, masa' beli nasi Padang" Ibu dan anak sama aja.

"Iya, maksud Dheera kue apa? Trus ngapain aja Bun?" Dheera duduk disebelah Bunda.

"Ehem... kepo nih..." Arsyi mendehem keras, sengaja.

Dheera menaikkan alisnya sebelah dan melotot pada Arsyi.

"Apa ya? Kemaren dia beli cake tiramisu yang kecil. Terus cerita sekolah dan balik, bentar aja kok."

Dheera meneguk salivanya.

"Arkim cerita apa aja Bun? Nggak cerita tentang Dheera, kan?" Dheera berharap bunda menceritakan detailnya.

"Nggak ada tuh, kenapa kak?"

"Mana tau kan Bun, dia ngelapor sama Bunda." Sepertinya memang kedatangan Imong ke toko kue, murni buat belanja. Nggak ada hubungan dengan dirinya.

Dheera menelan tubuhnya pada sofa nan empuk, ada perasaan kecewa. Andai dia ada di toko kemaren.

"Kamu besok bawa cakenya, kasih ke Arkim ya" Pesan bunda.

Dheera menggeleng cepat.

"Maaf bun, kali ini Dheera nggak bisa patuh sama bunda" setelah Dheera berpikir panjang, dia memutuskan tak mau berurusan lagi dengan Imong, agar hidupnya kembali aman sentosa.

"Kan cuma ngasih cake doang, nggak ketemu setan kan?" Bunda tercengang, nggak biasanya Dheera menolak perintahnya.

"Bunda aja nggak tau kelakuannya, parah kek setan" gumam Dheera.

Le Ciel Bleu ✔️ [From True Story-On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang