7 ᐛ Surprise!!!

43 4 0
                                    


Dheera nggak habis pikir, berasa mimpi dia bisa naik motor Imong yang notabenenya motor gede mahal. Sepanjang perjalanan Dheera hanya diam, ntah darimana Imong tau lokasi toko kue Bundanya.

Gue lari kedalam toko, minta pegawai pada siap-siap. Dan saat Imong masuk...

"SURPRISE....!!!!!!!!!!!!!"
"Happy birthday to you.... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday... Happy birthday to ARKIIIIM...."

Balon-balon dan panveti berhamburan keluar. Dia shock, lalu tersenyum sumringah. Belum pernah gue liat
Imong senyum seperti itu sebelumnya. Kita sambut dengan sebuah cheese cake, diatasnya ada lilin angka 18.

"Tiup lilin nya, tiup lilinnya..." sorak pegawai toko, bunda dan Arsyi pun ikutan.

Imong meniup lilin, gue serahkan cake padanya dan langsung merekam momen surprise party kecil-kecilan buat Imong.

"Ya ampun, sampe sibuk begini. Makasih Tante dan kakak-kakak", ucapnya sopan.

"Aku?" Tanya Arsyi yang masih mengenakan seragam sekolah.

"Iya makasih ya dek" dia jongkok, mengelus rambut Arsyi dengan senyuman tulus. Gue melongo ga pernah liat Imong bersikap lembut.

Kemudian kami duduk bersama, dimeja bundar yang ukurannya tidak terlalu besar. Imong memotong kue dan membagikannya untuk kami semua. Bunda memulai percakapan.

"Enak nggak Arkim, kuenya?"

Arkim ? Ucap gue dalam hati, aneh kedengarannya.

"Enak banget Tante, ini kue pertama aku, udah lama nggak dapat birthday cake" jujur Imong.

"Alhamdulillah, Bunda seneng kalo kamu suka cakenya. Dheera udah cerita kalo mendiang suami Tante, temen papa dan mama kamu? Mereka sama sekolah dulu. Oiya kamu manggil bunda aja, sama kayak anak-anak bunda"

"Belum Tante, eh... Bunda" ujarnya. Dia menoleh ke gue, seperti seolah meminta penjelasan, tapi gue membuang muka.

"Permisi Bun, ada telpon dari pelanggan" Ucap seorang pegawai.

"Bunda tinggal bentar ya. Kak, ajak ngobrol Arkim dong" usul Bunda yang tau gue diem aja sedari tadi.

"Iya bun" jawab gue pelan. Gue masih asing dengan suasana begini.

Kita diam, tak ada yang mau duluan bicara. Bosen, gue memainkan ponsel.

"Mmm... Gue baru tau loe anak temen bokap nyokap, gue"

"Sekarang kan Lo udah tau" balas gue, tanpa melihat padanya.

"Kalo gue boleh tau, kapan bokap Lo meninggal?" Selidik Imong.

"Waktu gue SMP"

Gue teringat ucapan bunda di kolam renang, nggak seharusnya gue dingin begini. Baiklah, gue coba untuk bersikap ramah. Gue letakkan handphone dan menatap wajahnya yang semakin gue liat, semakin rupawan. Cepet gue istighfar.

"Udah lama juga ayah pergi, bunda single parent. Gue punya dua adek cowok, Arsyi dan satunya Arsya." Gue melihat Arsyi yang ketauan nguping pembicaraan gue dan Imong, dasar bocah!

"Kalo loe?" Gue berharap dia mau membuka dirinya, setidaknya dia cerita secuil tentang keluarganya.

"Mungkin bunda loe udah ngomong, Nyokap gue di Paris, Bokap gue nikah lagi." Ntah mengapa Imong yang gue liat sekarang begitu lemah, banyak masalah hidup yang dia pendam, berbeda dengan dia disekolah yang biasa judes, sering adu mulut dengan gue.

Le Ciel Bleu ✔️ [From True Story-On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang