ch.2

7.5K 1K 88
                                    

"Apa kau tidak bisa melepas gandenganmu? Kita sudah sampai."

"Aku ingin tetap seperti ini."

"Tapi aku.. sedikit tidak nyaman." Tentu saja, (name) belum pernah bergandengan dengan satu pun laki-laki kecuali papa nya.

"Itu bukan urusanku, kau berhutang padaku."

Yang diucapkan tadi memang tidak salah, dan jika pria tua di stasiun kereta tadi benar-benar akan melakukan hal buruk pada (name) pasti sekarang perempuan itu menangis memohon pertolongan.

Film dimulai, studio sangat senyap hanya suara dari film yang terdengar. (name) tidak berhenti menutup mata, bagaimana bisa film yang tengah ia tonton ini adalah film bergenre psychopath yang terobsesi dengan satu wanita.

(name) melirik sedikit raut muka pria disampingnya itu, pria itu tersenyum

tersenyum

"Apa sekarang aku dalam bahaya??"

"Aku ingin ke toilet sebentar."

"Aku temani."

"Tidak. Tidak perlu. Hanya sebentar, nanti kau melewatkan film nya."

Pria itu merubah raut muka nya dingin, dan melepas genggaman tangannya dari (name).

Dengan cepat (name) keluar studio dan berlari sejauh mungkin dari bioskop, ia tidak tenang.

Pikirannya tentang pria tadi benar-benar buruk.

Yang penting (name) sudah menemani pria yang masih tidak (name) kenal itu menonton setengah dari film nya, jadi tidak masalah jika ia meninggalkannya bukan? (name) merasa sudah membayar hutang budinya.

Setelah sampai disuatu cafe, (name) meraih ponselnya karena berdering.

"Halo Emma-chan."

"Bukankah aku bilang kita akan reuni di rumahku?"

"Eh?? Baji-san bilang kita akan ke cafe seperti biasa?"

"Baji! akan ku bunuh kau!!"

"Seharusnya (name)-chan tidak percaya laki-laki bodoh ini!"

Terdengar suara Baji yang malah balik menyalahkan (name).

"Baiklah, aku akan kesana. Akan ku pastikan Baji mati ditanganku."

"Tentu, aku akan menyisakan sedikit nyawanya untukmu."

"Hei, apa yang dibicarakan dua perempuan gila itu!!!"

"Ini semua karena kau Baji-san!"

Menutup kembali ponselnya, (name) menarik napas berat dan pasrah.

(name) berencana datang lebih cepat karena jarak cafe dengan rumahnya sangat jauh, tapi ternyata ia harus berpindah lagi menuju rumah Emma yang malah lebih dekat rumah (name).

"Baji-san... seharusnya kau tidak cari gara-gara denganku!"

"Lihat apa yang aku lakukan dengan dua bijimu!"

Kutuk (name) selama diperjalanan menuju stasiun kereta, beberapa orang yang mendengarnya pun menatap perempuan itu ngeri.

(name) menarik rambut yang panjang nya mencapai pinggul itu kebelakang, mengikatnya tinggi-tinggi agar lehernya terkena angin sejuk.

R U D E || Sanzu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang