13. AVOID

154 29 5
                                    





Hari demi hari terus berlalu, sudah terhitung satu bulan lewat sejak Mark dan Gun resmi menjalin hubungan. Keduanya sudah bertunangan, dan semakin lama, rasa cinta dalam diri mereka semakin besar. Gun sudah mulai melupakan rasa dendam nya pada Mark. Tentu saja, cinta telah mengalahkan dendam itu sendiri.

Tapi, ibu kandung Gun terus mencari cara agar Gun kembali ke pihaknya. Dendam dalam dada nya terus membara. Sang ibu tidak mungkin membiarkan Bas mati dengan tangan kosong. Dia harus membunuh Mark, karena Mark adalah penyebab Bas bunuh diri. Ibu Gun memutuskan ke rumah Gun dan kembali berbicara padanya.

Saat sampai ke rumah besar Na Ranong. Ternyata disana sedang ada pertemuan keluarga. Terlihat Mean, ayahnya Mark, lalu ada calon papa nya Mark (Plan) dan juga calon saudara tiri Mark (Perth). Sebenernya Mark malas harus sekeluarga dengan mereka. Tapi apa boleh buat jika ayahnya bahagia dia juga ikut bahagia.

Mark dan Gun terlihat di tempat berbeda dengan para keluarga. Ya, mereka berada di meja makan, tepat di samping sofa yang di duduki keluarga. Mark sengaja memperlihatkan kemesraan nya dengan Gun, agar Perth hilang harapan untuk mencintai pacar Mark ini.

Kemudian, bel pintu berbunyi, pembantu membuka nya. Gun yang melihat ibunya langsung memalingkan pandangan nya dengan kesal. Dan Mark terlihat biasa saja, sepertinya dia tidak mengenal sosok ibu Bas.

"Siapa dia sayang?"

Gun dengan kesal menjawab. "Ibu ku, ibu kandung ku."

Mark tersenyum. "Ah... Calon mertua ya, tapi sepertinya wajah nya tidak asing."

Gun menatap Mark dengan aneh. Dalam otaknya Gun terus berpikir mana mungkin Mark tidak tahu jika wanita itu adalah ibunya Bas. Apa Mark tidak pernah melihat nya? Pasti pernah ada pertemuan orang tua disekolah dan Mark pasti pernah bertemu dengan ibunya Bas, tapi kenapa Mark tidak mengenalinya?

"Kau tidak mengenal nya?"

"Tidak, tapi wajah nya tidak asing, sayang. Tapi aku tidak ingat pernah bertemu dimana dengan nya. Ah..." Gun tidak sabar mendengar ucapan Mark selanjutnya. "Pasti aku bertemu dia di mimpi, dan disana dia hadir di pernikahan kita." Lanjut Mark dengan wajah yang berbinar. Tapi Gun tidak senang dengan perkataan Mark, dia berdecih meremahkan ucapan menghayal itu. "Dasar, tukang mimpi!"

"Hehe," Mark tertawa tanpa rasa bersalah. Dia kembali melihat ke pintu, berusaha memperjelas pandangan pada ibu Gun. Wanita itu memang tidak asing bagi nya. Tiba-tiba kepala nya sakit. Mark menyentuh dan menekan nya sedikit.

Gun yang menyadari nya langsung menyentuh dahi Mark. "Kau baik baik saja?"

"Ah iya sayang, hanya sakit kepala ringan."

"Mau ku antar ke kamar?"

Belum Mark menjawab pertanyaan kekasihnya. Ibu Gun sudah tiba di depan mereka. "Gun, mae ingin bicara dengan mu."

Gun menatap ibunya lalu kembali menatap Mark. "Ah kau bicara saja dengan ibumu, aku bisa ke kamar sendiri."

Padahal Gun tidak ingin bicara dengan ibunya, tapi apa boleh buat. Terpaksa Gun mengikuti langkah ibunya, seperti biasa mereka bicara di halaman belakang rumah.

"Ada apa?"

"Gun, ibu merindukan mu." Wajahnya di buat semelas mungkin. Menyentuh kedua pipi Gun dan membawa anak semata wayang nya itu ke pelukan nya.

Karena terlanjur kecewa, Gun mendorong pelan ibunya. "Jangan pura-pura baik." Gun menghindari tatapan ibunya.

"Gun, maafkan Mae, Mae salah karena tidak mengatakan yang sejujurnya pada mu. Mae mencintai lelaki itu, ayah mu sudah punya wanita lain. Apa Mae tidak boleh mempunyai pria lain?" Akting ibunya sangat pintar, Gun sangat percaya dengan ekspresi sedih itu.

Revenge ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang