Pamit

923 139 12
                                    

Di sinilah jennie berdiri dengan segala rasa yg sangat risau. Perasaan yg membuatnya lemah. Menatap lemas pada pintu kayu cat putih sembari menenteng tas kecil, rasanya berat untuk memasuki kamar tersebut untuk berjumpa dengan orang yg amat di cintainya dengan akan berpamitan untuk yg terakhir kalinya.
Bagaimana bisa jennie telah sampai kedepan pintu kamar jisoo?!
Jennie berusaha kekeuh memohon pada sang mommy agar bisa bertemu jisoo untuk terakhir kalinya sekaligus berpamitan yg dirinya akan di bawa ke mana oleh sang mommy!
Jennie masih diam, kadang menunduk menetralkan kesiapan atas semua yg akan ia hadapi.
Sejujurnya ini sangatlah menyakitkan baginya harus berpisah, tetapi membantah sang mommy semua akan sia2. Irene terlalu tegas mendidik dalam hal seperti ini, tiada daya melawan untuk dirinya.
Sudah setengah jam jennie berdiri di sana.

"Tuhan, kuatkan aku. Aku mohon!" Doanya dalam hati

Pintu yg bercat putih di tatap hampa dengan tangan yg lemas mulai terangkat untuk mengetuknya, setelah ketukan ke2 ia lakukan jennie lantas meraba knop dengan pelan, kemudian membukanya secara waswas.
Dengan perasaan resah ia mulai memasukan badannya yg langsung mendapati gadis di dalam tengah duduk nyender di kepala kasur yg segera menatapnya dengan beringsut.
Jennie berusaha santai meski jantungnya bergemuruh ombak kian menutup pintu kembali.
Berjalan gontai menghampiri gadis yg enggan untuk berpaling darinya.

"J-jennie?! Kenapa-"

"Aku ke sini hanya untuk berpamitan, beri aku waktu sedikit saja!"

Mendengar kalimat yg memotong ucapannya, praktis bola mata jisoo beringhas kala mendengar kata2 serius terlebih lagi kalimat berpamitan!!

Jennie berdiri tepat di samping jisoo yg tak lepas menatapnya dengan tatapan serius.

"Bagaimana kabarmu hari ini?" Pertanyaan basabasi namun dalam yg jennie lontarkan justru yg jisoo dengar bukanlah pertanyaan biasa, ralat. Nada itu langsung mengganjel ke ulu hati. Beda!!

"Maaf jika aku mengganggu waktumu dan kembali setelah kau benar2 tidak ingin ku ganggu!"

Jisoo terus memperhatikan gadis di depannya, sejak tadi gadis itu tampak gelisah melihat kondisi jennie yg tidak biasa di tambah suara serak dengan mata sembab. Dan ia tau itu karnanya.
Jennie menatap jisoo sakit, entahlah...untuk saat ini melihat wajah yg tadinya adalah sumber bahagianya kini berubah seperti penyakit mematikan secara perlahan.
Jennie tengah mati2an menahan gejolak sesak, menahan air mata agar tidak sampai jatuh.
Jisoo sempat berpaling guna menghindari sorotan mata merah yg mendam luka. Jisoo tau betul bahwa gadis di depannya hampir menangis tapi ia tidak mau membahasnya lantaran dirinya juga merasakan jua apa yg di rasai gadis di depannya.

"Bicara langsung ke intinya saja!"

Siap mental siap resikonya, jennie menarik nafas untuk bicara, tenggorokannya butuh proses untuk melancarkan kata demi kata yg akan ia lontarkan.

"Mulai sekarang dan seterusnya aku tidak akan mengganggumu lagi-"

"Hidupmu akan tenang karna mulai sekarang aku tidak akan lagi menemuimu, ak-aku akan pergi sejauh mungkin seperti yg kau inginkan. Akan benar2 pergi jisoo...ak-aku akan pergi darimu..."

Sia2, air mata yg sejak tadi ia tahan ternyata sangatlah jujur bahwa si air mata menunjukan betapa sakitnya atas perpisahan ini. Diam2 tangan jennie merayap guna mengurut bagian organ tubuhnya yg sesak, kali ini dadanya lebih sesak.
Sementara itu gadis yg sejak tadi diam membisu dengan perasaan takut menatap jennie kini air matanya menetes, mulutnya mendadak gagap,
Tidak! Apakah kali ini jennie akan benar2 pergi dari hidupnya??! Apakah jennie sudah menyerah??
Apakah jennie akan meninggalkannya?!!
Praktis otak jisoo berandai andai bergelut resah.

■KECEWA DALAM SETIA■ ( JENSOO )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang