KEMBALI.

917 131 10
                                    

"Sialan! Awas saja jika dia tidak jadi menikahiku!!"

"Benar benar cari mati!"

"Sepertinya ingin mengakhiri nyawanya di tanganku! Kim jisoo sialan! Kau selalu saja membuatku darah tinggi, bagaimana jika sudah menikah nanti?! Aku khawatir bahwa aku akan cepat tua yg di buat marah marah terus! Ck! Jisoo! Di mana kau?!"

"Ya tuhan! Kim jisoo sungguh membuatku gatal! Sumpah...aku ingin menangis rasanya menunggu dirinya seperti menunggu bulan purnama! Menjengkelkan! Hiks! Hiks!"

"Awas kau! Nanti tidak ada malam pertama! Pokonya kau harus tidur di luar. Titik!"

"Sayang, sabar...kau harus tenang"

"Bagaimana aku bisa sabar mom?! Jisoo jam segini belum datang, acaranya akan di mulai jam 9, ini sudah jam 8 lewat 40 menit, astaga anak itu, uh!" Wajah jennie sudah merah bak tomat matang, selain kepanasan dan menor oleh make up gadis itu juga semaksimal mungkin tengah menahan emosi yg hampir meledak. Tak jarang tangannya bergerak mengipasi wajah cantiknya y sudah di rias dengan sempurna, gaun pengantin yg menjutai lantai menambah kesan kecantikannya. Layaknya tuan putri sang kerajaan yg cantiknya tak terhingga.
Tetapi wajah murungnya jelas terlihat oleh semua tamu undangan yg sudah hadir sejak setengah 9 pagi.
Sang pendeta sudah duduk mantap di kursi tersedia untuknya dengan kumis memblenya, jennie menatap sang pendeta tetapi kumis memblenya menambah kesan emosi jennie, rasanya ingin mencakar pria paruh baya tersebut itung itung melampiaskan perasaannya yg kacau tetapi ia ingat, pria paruhbaya tersebut yg akan menyatukan ikatan cinta mereka ke tahap yg sah.
Sifat bar barnya masih berlaku, ia melihat orang tua jisoo yg memang sudah datang dari jam 8 pagi, jennie ingin sekali rasanya menjambak rambut camernya yg berdiri elegan di balut konde, apalagi melihat bagaimana wanita paruhbaya itu sering bertingkah lebih darinya...berjalan bolak balik sambil menggigit ujung jarinya atau duduk sambil mendongak resah, atau berdiri dengan pose ala ala model barat sembari nyender ke tihang khiasan bunga, belum lagi suara dumelan yg keluar tidak memanusiakan kepada jisoo yg sepertinya sama sama jengah kepada anaknya yg belum muncul juga, jennie yg sedang emosi kalap ingin rasanya menampar ibu jisoo karna sudah memberi pemandangan yg menambah emosinya naik, tapi ia sadar wanita itu akan menjadi mertuanya dalam waktu beberapa menit lagi. Jennie hanya menghela nafas lemah bersamaan dengan menunduk. Hatinya sangat dongkol!!

"Sayang, kau baik baik saja?" Tanya irene mengusap bahu jennie yg tengah membendung air mata

"Aku baik baik saja mom" jawabnya memaksakan senyuman, emosi yg membakar dirinya membuatnya ingin menangis, jennie tidak bisa menahan emosi karna itu menyakitkan, tetapi untuk kali ini ia harus menahannya demi menjaga image dan wibawanya di depan penghulu dan juga kerabat orang tua dari dua pihak, terutama kerabat penting mommynya yg formal semua. Jennie tidak bisa bersikap gegabah sekarang karna itu akan merusak nama baik sang mommy sebagai ceo.

Orang tua jisoo turut menatap jennie yg mengerti bagaimana perasaan calon menantunya itu saat ini, karna dirinya juga merasakan hal yg sama.

Jam 08:50

Jisoo sedikit buru buru turun dari mobilnya. Lalu segera masuk pada hotel yg kedungnya menjulang tinggi. Untung sajah ia langsung parkir di lobby lantai 10 karna acara pernikahannya juga di lantai 10.

"Mami?" Panggil jisoo melihat ibunya yg tengah mindar mandi yg kini otomatis menatapnya

"Jisoo?!" Balas ibu jisoo mengundang semua mata menoleh pada jisoo.

Takjub, terpesona. Terpaku...begitulah semua mata yg menatap jisoo yg sudah lengkap dengan gaun pengantin, gaun pengantin yg simple namun lelegan dan menarik kesan tersendiri yg modelnya beda dari milik jennie, jisoo sangat memukau, mempesona yg memikat hingga semua mata kini masih tertuju padanya tak terkecuali calon istrinya yg sejak tadi tanpa kedip menatapnya dengan degupan jantung yg berdetak.

■KECEWA DALAM SETIA■ ( JENSOO )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang